Konsep yg kita bangun dalam kekristenan sering dirajut menurut pemahaman, selera dan kepentingan sendiri. Besarnya ekspresi kasih dan kuasa Tuhan sering kita anggap sebagai BUKTI melekatnya spiritualitas kita kepadaNya. Sehingga secara tidak sadar kita terus menerus meminta TANDA dari Tuhan untuk mempertegas bahwa kualitas iman kita memang sudah berjalan secara benar karena telah dijawab oleh Tuhan dengan turunnya secara melimpah berkat-berkatNya.
Benarkah kualitas iman kita dapat diukur dari sejumlah besar realiasasi berkat-berkatNya secara materi?
Belajar dari pengalaman para murid menanggapi kebangkitan Kristus
Benarkah kualitas iman kita dapat diukur dari sejumlah besar realiasasi berkat-berkatNya secara materi?
Belajar dari pengalaman para murid menanggapi kebangkitan Kristus
Peristiwa kebangkitan Kristus telah terbukti membawa pengaruh yang sangat luar biasa bagi kehidupan kita sepanjang masa bahkan berdampak kekekalan.
Yang menjadi catatan adalah, peristiwa kebangkitan Kristus ditujukan bukan untuk menarik kehidupan manusia supaya hanya bersentuhan dengan perkara rohaniah belaka. Kebangkitan Kristus juga harus dipahami sebagai fakta-fakta logis yg dapat kita percayai. Bahwa eksistensi Kristus yg bangkit itu dapat dipahami dengan nalar dan dicermati oleh panca indera manusia. Perhatikan bahwa Alkitab menyaksikan berulangkali Kristus yang bangkit menyatakan diriNya dan menyuruh para muridNya untuk menyentuh tubuhNya.
Yang menjadi catatan adalah, peristiwa kebangkitan Kristus ditujukan bukan untuk menarik kehidupan manusia supaya hanya bersentuhan dengan perkara rohaniah belaka. Kebangkitan Kristus juga harus dipahami sebagai fakta-fakta logis yg dapat kita percayai. Bahwa eksistensi Kristus yg bangkit itu dapat dipahami dengan nalar dan dicermati oleh panca indera manusia. Perhatikan bahwa Alkitab menyaksikan berulangkali Kristus yang bangkit menyatakan diriNya dan menyuruh para muridNya untuk menyentuh tubuhNya.
Di Yoh. 20:20
Tuhan Yesus menunjukkan tangan dan lambungNya yang terluka kepada para muridNya.
Tuhan Yesus menunjukkan tangan dan lambungNya yang terluka kepada para muridNya.
Di Luk. 24:39
Kristus berkata: “Lihatlah tanganKu dan kakiKu; Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada padaKu”.
Kristus berkata: “Lihatlah tanganKu dan kakiKu; Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada padaKu”.
Kisah kebangkitan Kristus dibangun berdasarkan pengalaman nyata yang eksistensial dari mereka yg telah berjumpa Yesus. Para murid diperkenankan seara langsung untuk bersentuhan dengan tubuh Kristus yang bangkit.
Yohanes 20:25
Namun ketegangan muncul ketika salah seorang murid Yesus yakni Tomas waktu itu tidak hadir. Sebab Tomas menyatakan sikapnya yang tidak akan percaya sebelum dia menyentuh lubang bekas paku di tangan dan lambung Yesus.
Realita JIKALAU sudah melihat TUHAN menjadi ukuran iman
Tomas merupakan representasi tuntutan iman kita yg memaksa Tuhan supaya memberikan bukti nyata secara personal sebagai syarat bagi manusia untuk menjadi semakin percaya kepadaNya.
Perhatikan pra-syarat yg diajukan oleh Tomas sebelum turut mempercayai Kristus yang bangkit,
"Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya"
Problem teologis muncul ketika iman kepada Kristus yang bangkit harus dibuktikan terlebih dahulu dengan pengalaman melihat dan meraba luka-lukaNya. (syarat material)
Pemahaman ini menyadarkan kita bahwa membangun teologi kebangkitan Kristus berdasarkan peristiwa faktual dan pengalaman personal akan berdampak pada lahirnya iman kristen yg kecenderungan bersikap seperti Tomas: mengajukan pra-syarat untuk mempercayai kepada Yesus JIKALAU telah melihat dan dapat menyentuh tubuhNya Tuhan Yesus.
Bahaya teologisnya adalah ketika pengalaman melihat dan meraba tubuh Kristus yang bangkit dijadikan pra-syarat iman: PERCAYA dengan kualifikasi JIKALAU bukan WALAUPUN.
a. Tidak akan tersedia lagi ruang bagi misteri kerja Ilahi (kebangkitan Kristus).
b. Panca indra: secara khusus mata dan tangan manusia yang paling berperan untuk mengukur seluruh kebenaran atau misteri kebangkitan Kristus. Padahal ketika indra mata dan tangan yang menjadi alat ukur, maka iman akan bersadar pada fakta yg kelihatan bukan pada FAKTA YG ABADI.
Dalam konteks ini manusia tidak lagi membutuhkan iman kepada Kristus yang bangkit.
Kita hanya butuh pengalaman melihat dan meraba tubuh Kristus yang bangkit. Jika demikian, apa maknanya Kristus yang bangkit jikalau tujuannya hanya mau membuktikan bahwa Dia tidak mati?
Padahal Kristus bersedia mati dan dibangkitkan dari kematian sama sekali bukanlah bertujuan untuk memuaskan rasa ingin tahu (curiosity) manusia.
Sebab tujuan utama kematian dan kebangkitanNya adalah agar seluruh umat manusia dapat terbebas dari belenggu kuasa dosa.
I Yohanes 1:2–3
“Hidup itu telah dinyatakan, dan kami telah melihatnya dan sekarang kami bersaksi dan memberitakan kepada kamu tentang hidup kekal, yang ada bersama-sama dengan Bapa dan yang telah dinyatakan kepada kami. Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamupun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus”.
Sehingga dengan kebangkitan Kristus, kita kemudian dimampukan untuk hidup dalam damai-sejahtera dan pengampunan Allah.
Realita JIKALAU sudah melihat TUHAN menjadi ukuran iman
Tomas merupakan representasi tuntutan iman kita yg memaksa Tuhan supaya memberikan bukti nyata secara personal sebagai syarat bagi manusia untuk menjadi semakin percaya kepadaNya.
Perhatikan pra-syarat yg diajukan oleh Tomas sebelum turut mempercayai Kristus yang bangkit,
"Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya"
Problem teologis muncul ketika iman kepada Kristus yang bangkit harus dibuktikan terlebih dahulu dengan pengalaman melihat dan meraba luka-lukaNya. (syarat material)
Pemahaman ini menyadarkan kita bahwa membangun teologi kebangkitan Kristus berdasarkan peristiwa faktual dan pengalaman personal akan berdampak pada lahirnya iman kristen yg kecenderungan bersikap seperti Tomas: mengajukan pra-syarat untuk mempercayai kepada Yesus JIKALAU telah melihat dan dapat menyentuh tubuhNya Tuhan Yesus.
Bahaya teologisnya adalah ketika pengalaman melihat dan meraba tubuh Kristus yang bangkit dijadikan pra-syarat iman: PERCAYA dengan kualifikasi JIKALAU bukan WALAUPUN.
a. Tidak akan tersedia lagi ruang bagi misteri kerja Ilahi (kebangkitan Kristus).
b. Panca indra: secara khusus mata dan tangan manusia yang paling berperan untuk mengukur seluruh kebenaran atau misteri kebangkitan Kristus. Padahal ketika indra mata dan tangan yang menjadi alat ukur, maka iman akan bersadar pada fakta yg kelihatan bukan pada FAKTA YG ABADI.
Dalam konteks ini manusia tidak lagi membutuhkan iman kepada Kristus yang bangkit.
Kita hanya butuh pengalaman melihat dan meraba tubuh Kristus yang bangkit. Jika demikian, apa maknanya Kristus yang bangkit jikalau tujuannya hanya mau membuktikan bahwa Dia tidak mati?
Padahal Kristus bersedia mati dan dibangkitkan dari kematian sama sekali bukanlah bertujuan untuk memuaskan rasa ingin tahu (curiosity) manusia.
Sebab tujuan utama kematian dan kebangkitanNya adalah agar seluruh umat manusia dapat terbebas dari belenggu kuasa dosa.
I Yohanes 1:2–3
“Hidup itu telah dinyatakan, dan kami telah melihatnya dan sekarang kami bersaksi dan memberitakan kepada kamu tentang hidup kekal, yang ada bersama-sama dengan Bapa dan yang telah dinyatakan kepada kami. Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamupun beroleh persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus”.
Sehingga dengan kebangkitan Kristus, kita kemudian dimampukan untuk hidup dalam damai-sejahtera dan pengampunan Allah.
Sebagai manusia yg berkepribadian, punya pikiran, perasaan dan kemauan, kita memang perlu memiliki rasa ingin tahu (curiosity) yang tinggi terhadap berbagai ilmu pengetahuan dan segala kebenaran termasuk rahasia penyataan Allah. Tetapi kita harus sadar bahwa tidak setiap kebenaran dan rahasia penyataan Allah disingkapkan HARUS kita ketahui.
Sebab yang terpenting dalam memaknai kehidupan ini bukanlah memuaskan rasa ingin tahu kita, tetapi apakah yang kita ketahui tersebut mampu membawa diri kita kepada kebenaran Allah dan pembaharuan hidup.
Apa gunanya kita tahu banyak hal tentang Allah, tetapi kehidupan kita jauh dari kebenaran Allah?
Apa gunanya kita rajin belajar Alkitab, menggali, menyelidiki, mengeksegesa secara detail namun terbukti gagal untuk dalam pembaharuan hidup?
Apa gunanya kita piawai berkotbah tentang kebenaran Allah namun hidup kita jauh dari realita penerapan kebenaran ?
Dalam kekristenan tidak mengisyaratkan formula Kualitas IMAN yg berbanding lurus dengan KUANTITAS BERKAT MATERI. bahkan iman sejati selalu dapat menembus batas penglihatan. Diberkatilah mereka yg percaya kepada Tuhan WALAUPUN belum melihat.
Perjumpaan Tuhan Yesus dengan Thomas bukanlah pembenaran argumentasi kita untuk selalu meminta bukti material kepadaNya. Karena saya diberkati maka saya percaya Tuhan, dan supaya saya tetap diberkati maka saya tetap percaya Tuhan dan bukti iman saya kuat adalah saya diberkati Tuhan.
ini adalah kualitas iman kristen yg rapuh.
Kuasa kebangkitan Kristus seharusnya memampukan setiap orang percaya untuk percaya tanpa syarat kepada Kristus dan menjadi pembawa kabar baik yg efektif bagi damai sejahtera bumi.
God Morning All
God bless U all
by Haris Subagiyo
Sebab yang terpenting dalam memaknai kehidupan ini bukanlah memuaskan rasa ingin tahu kita, tetapi apakah yang kita ketahui tersebut mampu membawa diri kita kepada kebenaran Allah dan pembaharuan hidup.
Apa gunanya kita tahu banyak hal tentang Allah, tetapi kehidupan kita jauh dari kebenaran Allah?
Apa gunanya kita rajin belajar Alkitab, menggali, menyelidiki, mengeksegesa secara detail namun terbukti gagal untuk dalam pembaharuan hidup?
Apa gunanya kita piawai berkotbah tentang kebenaran Allah namun hidup kita jauh dari realita penerapan kebenaran ?
Dalam kekristenan tidak mengisyaratkan formula Kualitas IMAN yg berbanding lurus dengan KUANTITAS BERKAT MATERI. bahkan iman sejati selalu dapat menembus batas penglihatan. Diberkatilah mereka yg percaya kepada Tuhan WALAUPUN belum melihat.
Perjumpaan Tuhan Yesus dengan Thomas bukanlah pembenaran argumentasi kita untuk selalu meminta bukti material kepadaNya. Karena saya diberkati maka saya percaya Tuhan, dan supaya saya tetap diberkati maka saya tetap percaya Tuhan dan bukti iman saya kuat adalah saya diberkati Tuhan.
ini adalah kualitas iman kristen yg rapuh.
Kuasa kebangkitan Kristus seharusnya memampukan setiap orang percaya untuk percaya tanpa syarat kepada Kristus dan menjadi pembawa kabar baik yg efektif bagi damai sejahtera bumi.
God Morning All
God bless U all
by Haris Subagiyo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar