Sabtu, 24 Desember 2011

NATALAN dikandang DOMBA

Allah pasti memiliki harapan besar, benar dan mulia yang kenyataannya sering bertabrakan dengan idealisme manusia. Supaya kita tidak terus terkejut dengan realita kehidupan yg dipimpin oleh Tuhan ternyata tidak selalu menjawab kebutuhan dan sejalan dengan harapan walaupun kita sedang berjalan dalam pimpinanNya. Natal perdana adalah pelajaran spiritual yg sanggup membimbing kita hidup mengikuti standar harapan Allah.
Matius 2: 1-22
Adalah gambaran sebuah harapan yang tak sejalan dengan kenyataan. Para majus telah menempuh sangat , sekitar 1000 km dalam mengikuti sebuah bintang yang akan membawa mereka ke tempat kelahiran Raja besar. Hati mereka penuh dengan semagat yang menyala-nyala lengkap dengan hadiah terbaik sudah dipersiapkan untuk dipersembahkan kepada sang raja.
Setelah berbulan-bulan menempuh perjalanan yang penuh bahaya, mereka berharap dapat menemukan sesuatu yang agung dan mulia di akhir perjalanan mereka. Istana Herodes menjadi tempat persinggahan mereka! Bayangan pikirannya adalah berjumpa Sang Raja Besar lahir di istana megah dengan suasana yg seba waaah. Namun tak ada Raja Besar di istana Herodes! Mereka harus terus melangkah dan mencari bintang yg terus memimpin  dan akhirnya berhenti di goa sebagai kandang hewan! 

Kenyataannya sangat bertentangan dengan harapan mereka. Yang ditemukan adalah Yusuf dan Maria orang Nasaret yg tidak terpadang, sedang membaringkan seorang bayi yg tidak berdaya di palungan. Woooooow sama sekali jauh dari apa yang diharapkan! Perjalanan mengikuti jalan Allah yang dipimpin bintang ternyata membawanya pada tempat yg dinilai hina dimata manusia.
Kekagetan bahkan tidak menutup kemungkinan kekecewaan bercampur menjadi realita yg harus dihadapi. Namun yang luar biasa adalah sikap yang mereka tunjukkan kala menemukan sebuah kandang. Berjalan bersama dengan Tuhan tidak selalu dapat diukur dari nilai kepuasan diri ,tercapainya cita-cita atau tuntasnya suatu persoalan. Para Majus saat akan berhadapan dengan pengalaman kandang domba walupun berharap singgah di istana raja, namun mereka tetap sanggup melihat Allah dalam bayi Yesus yg sedang berbaring dipalungan.Adalah realita yg tidak dapat kita bantah:
Ketika kita mengharapkan kelimpahan, namun yg datang adalah kekurangan
Ketika mengharapkan kesehatan, namun sakit dan derita harus kita hadapi
Ketika sedang memimpikan kesuksesan, namun tersandung dengan kegagalan.
Kalau kita sedang mengalami pengalaman dipimpin ke dalam sebuah kandang kehidupan, belajarlah dari para majus!
I. Pengalaman kandang domba tidak menutup mata hati untuk tetap melihat Allah.
Secara fisik, gambaran yang dilihat para majus nyaris tanpa kesan! Tidak ada kemegahan raja, tidak sambutan yg gegap gempita, semua berjalan apa adanya bahkan sangat amat sederhana. Yang mengherankan aadalah mata rohani tidak buta, mereka mampu melihat kemuliaan dibalik kehinaan; Kemegahan di balik kesederhanaan; Keperkasaan dibalik kerapuhan; dalam diri Yesus Kristus, Sang bayi Natal
Iman mereka menembus batas kemanusiaan bahkan terus bersinar melewati kebutuhan, harapan dan kepentingan diri sendiri. Sanggup melihat penampilan Allah yg berperan sebagai raja diatas segala raja didalam bayi Yesus.
Orang kristen yang dewasa sanggup melihat Allah baik dalam susah maupun senang. Orang percaya yang dewasa melihat Allah tidak hanya dikala dalam kesenangan dan istana kerajaan, melainkan juga di pekarangan, bahkan di kandang kehidupan.
II. Pengalaman kandang domba tidak menghentikan semangat memberi yg paling baik.
Di kala kita susah, gagal, kecewa, ada kecenderungan bagi kita untuk menutup diri kita kepada Allah dan kebutuhan-kebutuhan yang ada di sekeliling kita!
Pengalaman ” menghadapi sebuah kandang: kadang membawa kita kepada ”egosentrisme” yang terwujud dalam bentuk mengasihi diri sendiri dan tak peduli pada yang lainnya, termasuk Allah!
Para majus bersikap sebaliknya dengan tetap memberikan yang terbaik dari mereka untuk sang bayi, meski sang bayi hanya tidur beralaskan jerami.
Apakah yg harus kita kerjakan dalam natal tahun ini?
Tetap memberi meski rugi! Tetap melayani meski sakit! Tetap beribadah kepada Allah dengan tulus meski beragam persolan manusiawi belum terselesaikan.
Natal adalah spiritualitas untuk memberi yg paling baik bagi Tuhan
Spirit of Christmas is the spirit of GIVING.
III. Pengalaman kandang tidak menumpulkan kepekaan dalam pimpinan Allah.
Pengalaman di dalam sebuah kandang bukan saja menjadi pengalaman berharga namun menjadi keharusan untuk melihat kemana selanjutnya arah Tuhan memimpin kita. Di dalam sebuah kandang para majus menemukan ”Mesias”. Di dalam sebuah kandang para majus menyambut tantangan Allah untuk terlibat dalam penyelamatan sang Mesias dari keganasan  Herodes yg berencana memotong ditengah jalan upaya keselamatan Allah dalam mengembalikan manusia dalam rancanganNya! Pengalaman di dalam kandang akhirnya mengubah arah dari rencana perjalanannya semula! sama sekali tidak mengikuti siasat licik Herodes.
”Pengalaman di dalam sebuah kandang” – pengalaman-pengalaman pahit di dalam hidup kita kadang menggemakan suara Allah untuk mengubah arah hidup kita
Natal bukan saat untuk bersorak sorai larut dalam gegap gempita perayaan yg habis hanya dalam beberapa saat saja. dan menyisakan segudang persoalan di dalamnya tanpa mengukirkan perubahan yg mendasar yg mengubahkan arah pelayanan, mengubahkan karakter dan mengubahkan dedikasi kita kepada Allah. 
Natal bukanlah agenda gerejawi, kenangan histori atau menjadi kesempatan unjuk diri dalam pementasan acara yg dikemas secara rohani, seolah olah kita telah bekerja untuk Tuhan atau sudah melakukan yg benar.
Allah hendak mengubah arah jalan kita yg berorientasi Tuhan.

Natal kali ini....jangan biarkan berlalu tanpa makna....atau memuaskan perasaan sesaat!
Jadikan natal tahun ini sebagai kesempatan besar untuk mentransformasi hidup: keluarga, pekerjaan, pelayanan, studi apapun juga memandang nilai kekekalan sehinga situasi apapun tidak menghentikan langkah kita untuk maju bersama Tuhan, 
Teruslah berkarya...tataplah masa depan dengan kepastian. karena di dalam kandang domba sekalipun Allah sanggup bekerja ddidalamnya. amin

Selamat Natal 2011 dan tahun baru 2012 God Bles U all....


by Haris Subagiyo, tinggal dikaki Merapi

Rabu, 21 Desember 2011

FOCUS of CHRISTMAS

Allah memusatkan perhatian secara penuh dengan mengerahkan seluruh kekuatan dan kasihNya untuk mengembalikan manusia dalam rancanganNya yg kekal. 
Tidak ada tendensi kepentingan Allah, tidak ada tuntutan hak dan tidak ada pamrih. Semua karya Allah yg dahsyat dikerjakan Tuhan Yesus untuk kita dilakukan dengan kerelaan yg besar. 
Pusat perhatian yg menggelora dalam hati Allah adalah keselamatan kekal manusia sehingga Dia rela mengorbankan apapun membayar harganya tanpa memperhitungkan nilai kemuliaanNya sendiri. 
Natal merupakan presentasi perjuangan Allah membela kita dengan turun langsung kedunia menjadi hina, menghampakan diri, memberikan seluruhnya, yg paling baik dan paling besar untuk tanpa syarat . Sasaran kasih Allah ditumpahkan seluruhnya tanpa batas kepada seluruh isi dunia. Tidak harapkan balasan, semua dikerjakan dengan penuh kesadaran dan kerelaan supaya kita menikmati keselamatan yg disediakanNya. Natal merupakan kesempatan Allah mengasihi manusia tiada batas, dalam kesempatan anugerah yg sangat luas dan untuk dunia yg tidak terbatas. 

Jika natal kita peringati setiap tahun, itu bukanlah tuntutan Tuhan supaya memperingati hari kelahiran Kristus. Karena esensi natal bukanlah peringatan, permenungan makna, bukan acara gerejawi dan bukan liturgi tetapi ambisi Allah untuk mengubah hati kita. Natal adalah momentum yg seharusnya menggiatkan kita secara konsisten untuk berinteraksi dan memberikan respon setiap hari sebagai bukti keseriusan kita menyambut kehangatan anugerah Allah yg sangat amat besar dalam mengubahkan hidup kita.
itulah FOCUS of CHRISTMAS

Simeon adalah pribadi yg memusatkan pada NATAL 
Lukas 2:25 - 35

 2:25 Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh   yang menantikan penghiburan   bagi Israel. l  Roh Kudus ada di atasnya, 2:26 dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan. 2:27 Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orang tua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan  hukum Taurat, 2:28 ia menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah, katanya:2:29 "Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera,  sesuai dengan firman-Mu, o  2:30 sebab mataku telah melihat keselamatan p  yang dari pada-Mu, 2:31 yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, 2:32 yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel. q 2:33 Dan bapa serta ibu-Nya amat heran akan segala apa yang dikatakan tentang Dia. 2:34 Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu r Anak itu: "Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan s  atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan 2:35 --dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri--,supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang."


I. FOKUS PADA KEHENDAK ALLAH  (ayat.25-27)

Simeon bersukacita karena harapan imannya terpenuhi: Allah memperkenankan untuk melihat bahkan menatang bayi sang Messias. 
Untuk dapat melihat Allah secara langsung, apakah ini terjadi secara acak ataukah kondisional? Alkitab mencatatnya secara eksplisit bahwa Simeon seorang yg benar dan saleh serta Roh Kudus diatasnya. Jelaslah bahwa respon keyakinan kepada Allah dikembangkan bersama sikap hidupnya yang benar (“dikaios”) dan saleh (“eulabes”) di hadapan Allah

Kata “dikaios” dapat berarti: benar dan adil
Kata “ eulabes” berarti: saleh, sangat berhati-hati dan takut akan Tuhan. 

Sehingga pengertian “benar dan saleh” menunjuk kepada suatu kedalaman hidup rohani yang dipraktekkan oleh Simeon sedemikian kental sehingga sepanjang hidupnya dia senantiasa berlaku benar, adil, sangat berhati-hati, hidup saleh dan takut akan Tuhan. Semua orientasi hidupnya hanya ditujukan kepada penantian akan datangnya Messias yang diutus oleh Allah. 

Tidaklah mengherankan jikalau kehidupan Simeon senantiasa dipenuhi oleh Roh Kudus.  Itu sebabnya pula secara sengaja Allah memperjumpakan Simeon dengan Messias yang dinantikan dan diharapkan di Bait Allah. Mata Simeon dapat melihat secara langsung wujud inkarnasi Firman Allah, dan juga kini dia dapat menatang dengan kedua tangannya sendiri. 

Efektivitas mata rohaniah kita yang mampu melihat keselamatan dari Allah sangat ditentukan oleh keterbukaan diri terhadap proses pembaharuan dalam kehidupan kita. Semakin kita terbuka terhadap pekerjaan Roh Kudus dengan senantiasa hidup saleh dan benar , maka kita dimampukan untuk melihat keselamatan Allah di setiap bidang dan peristiwa yang terjadi dalam kehidupan kita. kita akan memperlakukan setiap orang dan setiap situasi dengan sikap yang benar, adil, serba hati-hati dan dipenuhi oleh roh yang takut akan Tuhan. Apabila setiap peristiwa dan pengalaman merupakan manifestasi dari karya keselamatan Tuhan, maka kita akan terus belajar merangkulnya dengan sikap iman dan memaknainya secara kreatif. Ini dimungkinkan bagi mata orang yang suci hatinya. Sebab hanya orang yang suci hatinya saja yang mampu merangkul atau menerima setiap peristiwa yang paling pahit dan sedih. Sebaliknya mereka yang hidup cemar dalam dosa, tidak akan sanggup untuk menerima hal yang paling “sederhana/kecil” dalam suatu peristiwa yang pahit. Apalagi jika mereka harus diperhadapkan dengan suatu hal yang “besar” dalam suatu peristiwa pahit seperti peristiwa yang tragis dan penderitaan! Mereka segera meledak-ledak penuh kemarahan dan mencaci-maki Allah. Setelah itu mereka kehilangan kendali, lumpuh dan tidak berdaya. Sebaliknya orang fasik tidak sanggup menghadapi suatu penderitaan atau kemalangan. Orang fasik akan dimatikan oleh kemalangan yang sebenarnya sangat sederhana dan sepele.  Kita dapat melihat ketangguhan atau daya tahan dari orang yang hidup benar dan kudus, walau mereka didera oleh berbagai kemalangan  umumnya mereka tetap tabah dan penuh syukur. Sebaliknya orang yang cemar hatinya sangat mudah terpukul oleh perkara-perkara yang sebenarnya sangat sederhana seperti: meninggalkan Tuhan karena kehilangan pekerjaan, menolak pelayanan karena kurang mendapat penghargaan sebagaimana yang diharapkan, tidak setia beribadah karena jarah rumah ke gereja menjadi sedikit jauh, dan sebagainya.


II. FOKUS PADA RANCANGAN KESELAMATAN ALLAH (ayat.29-30)

Bagi Simeon dapat melihat dan menatang bayi Yesus sebagai Messias merupakan berkat keselamatan Allah yang tak terkira. Hatinya digenangi oleh damai-sejahtera yang berlimpah, sehingga dia tidak gentar apabila ajal menjemput. Bukan karena alasan telah lanjut usia dan bosan hidup, tetapi karena dia secara langsung telah mengalami keselamatan Allah dalam kehidupannnya. Itu sebabnya Simeon berkata: "Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu” (Luk. 2:29-30). 



Keselamatan Allah dialami oleh Simeon dalam suatu perasaan damai-sejahtera yang berlimpah. Inilah pengalaman “syaloom”,  Pengalaman “syaloom” yang demikian merupakan kepenuhan hidup di mana makna dan tujuan hidup telah tercapai dalam perjumpaan manusia dengan Allah? Sikap yang sama diungkapkan oleh nabi Yesaya: Aku bersukaria di dalam TUHAN, jiwaku bersorak-sorai di dalam Allahku, sebab Ia mengenakan pakaian keselamatan kepadaku dan menyelubungi aku dengan jubah kebenaran, seperti pengantin laki-laki yang mengenakan perhiasan kepala dan seperti pengantin perempuan yang memakai perhiasannya” (Yes. 61:10)


Umat percaya dalam kesaksian nabi Yesaya mengungkapkan suatu sukacita yang begitu penuh karena keselamatan yang telah dianugerahkan oleh Allah sehingga mereka bersorak-sorai memuji Allah.  Jelas realitas syaloom Allah bukan sesuatu yang datang dari dalam diri manusia, tetapi sesuatu yang dianugerahkan dari “luar”. Seperti Simeon yang memperoleh karunia untuk dapat melihat dan menatang bayi Messias.


Kenyatan sehari hari justru sering menghadapkan kita demikian  jauh dari syaloom Allah. Bukan hanya kita tidak digenangi oleh damai-sejahtera yang berlimpah, tetapi justru kehidupan rohani kita begitu kering dari perasaan damai-sejahtera.  Apabila Simeon dapat melihat dan menatang bayi Yesus, maka yang sering  kita lihat dan tatang adalah berbagai persoalan, kegagalan, kesedihan dan penderitaan. Kehidupan sering hanya diiringi oleh suara kesedihan, rintihan dan tangisan. 


Dalam konteks ini kita perlu bertanya apakah kehidupan kita telah ditandai oleh jalan hidup yang benar dan saleh di hadapan Tuhan?  Karena betapa banyak orang yang merasa hidupnya penuh dengan kesedihan dan penderitaan yang disebabkan karena jalan hidup yang menyimpang dan jauh dari kebenaran. Pengalaman penderitaan dan kepedihan sebagai efek enuaian dari apa yang telah di tabur. 


Simeon, mampu  melihat berkat Allah yang tersembunyi di balik semua hal yang menyedihkan dan mendukakan itu?  Semakin hidup kita saleh dan benar, maka kita dimampukan untuk melihat secara jeli dan jernih karya Tuhan yang terjadi dalam kehidupan kita. Jadi dengan pola spiritualitas iman yang  semakin jeli dan jernih, maka kita tidak akan jatuh  dalam sikap yang mengasihani diri sendiri atau berputus-asa dengan apa yang menimpa kehidupan kita. 


III. FOKUS PRIBADI ALLAH WALAUPUN PENUH MISTERI

Kehadiran dan karya Kristus sepanjang sejarah senantiasa diliputi oleh berbagai perbantahan teologis karena tidaklah mudah bagi manusia untuk memahami rahasia jati-diri Kristus yang tidak terbatas. Karena itu iman kepada Kristus membutuhkan karunia atau anugerah dari Allah. Kita tidak mungkin dapat percaya kepada Kristus hanya karena pengertian dan akal-budi kita yang serba terbatas. 



Simeon yang diliputi oleh perasaan damai-sejahtera dan sukacita keselamatan saat menatang bayi Yesus menyadari permasalahan tersebut. Dia berkata kepada Maria, ibu Yesus: "Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri--,supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang"  (Luk. 2:34-35).


Kehadiran Kristus bukan hanya dapat menimbulkan perbantahan teologis, tetapi Dia juga ditentukan oleh Allah untuk menjatuhkan dan membangkitkan banyak orang. KedatanganNya ke dalam dunia bukan sekedar membawa suatu revolusi dalam perjalanan sejarah, tetapi juga  membawa arah perjalanan sejarah bergerak ke arah DiriNya.  Kehidupan umat manusia bergerak ke arah diriNya. Ini berarti kehadiran, pemikiran, dan karya Kristus menjadi parameter  yang terus-menerus memberi pencerahan kepada umat manusia sepanjang abad. Bahkan keselamatan dan hidup kekal tidak dapat dilepaskan dari iman kepadaNya.
Itu sebabnya di hadapan Kristus setiap orang dipanggil untuk berani melepaskan segala kebanggaan dan kebenaran diri sendiri. Selama kita masih memiliki kebanggaan-kebanggaan duniawi dan kebenaran-kebenaran yang bertentangan dengan kehendak Allah, maka Kristus  yang adalah batu penjuru Allah dapat berubah menjadi batu sentuhan bagi kita. Sebab kita tersandung jatuh karena kita berbenturan dengan Kristus. Tetapi sebaliknya bagi setiap orang yang rendah-hati, terbuka terhadap anugerah dan keselamatan Allah; maka kehadiran Kristus justru akan membangkitkan dia untuk menjadi alat Tuhan yang efektif. 


Apabila kehidupan kita berproses ke arah Kristus tidak berarti seluruh misteri Kristus dapat kita pahami dengan kapasitas otak kita yang serba terbatas. Ada hal-hal yang cukup jelas kita pahami tentang Kristus, tetapi juga ada  banyak hal yang belum sepenuhnya kita pahami seperti bagaimana proses inkarnasi Kristus yang menjadi janin melalui Maria yang masih perawan, bagaimana Dia dapat membuat berbagai mukjizat, bagaimana proses kebangkitan Kristus dan kenaikanNya ke sorga. Tetapi iman kita telah diteguhkan bahwa segala yang difirmankan Alkitab tentang Kristus adalah benar dan dapat dipercaya. Justru iman yang mau berhadapan dengan misteri ilahi akan mendorong kita untuk terus belajar dan terbuka agar Allah berkenan melengkapi kita sedikit demi sedikit. 


Pengenalan kita tentang karya Allah di dalam Kristus membutuhkan proses yang progresif ke depan.  Saat kita berjalan bersama dengan Kristus, maka segala pertanyaan dan perbantahan tentang Dia berubah menjadi sumber inspirasi, kekuatan dan pencerahan hidup yang menyegarkan. Dengan demikian saat kita berjalan bersama dengan Kristus, kita tidak hanya melihat keselamatan Allah, tetapi kita seperti Simeon diperkenankan untuk menatang keselamatan yang dianugerahkan Allah kepada kita.

Minggu, 18 Desember 2011

Sukacita Murni dan Abadi

Karakteristik Natal adalah momentun perayaan, suasana meriah dan ekspresi sukacita seolah jauh dari kesedihan dengan berbagai persoalan.  Ornamen natal dihadirkan didalam gereja tampil gemerlap bahkan memukau seolah sudah men-sugesti kita telah merayakan natal ditempat yg benar. wooooow lalu suasana natal berkumandang menyirnakan sejuta rasa duka dan beban persolan yang harus dipikul,.... itulah sukacita natal.

Benarkah perayaan Natal yang penuh dengan sukacita merupakan peristiwa faktual yang menyenangkan pada natal yg pertama?

Atas perintah kaisar Agustus, Maria dan Yusuf harus pergi sementara waktu dari kota Nazaret ke Betlehem untuk melaksanakan pendaftaran sensus penduduk. 

Jarak tempuh dari Nazaret ke Betlehem sekitar 150-170 km, tanpa menggunakan alat transportasi modern pastilah perjalanan Yusuf dan Maria bukanlah suatu perjalanan yang menyenangkan.
Selain perjalanan tersebut sangat jauh dengan cara berjalan kaki atau naik keledai, Maria dalam sedang hamil tua. Kesulitan dan penderitaan dalam perjalanan   dari Nazaret ke Betlehem yang dialami oleh Maria terjadi sebagai konsekuensi respon Maria yang bersedia untuk mengandung dari Roh Kudus (Luk. 1:38). Seandainya Maria menolak panggilan dari malaikat Gabriel untuk mengandung dari Roh Kudus, Maria tidak akan mengalami penderitaan yang seberat ini. Mungkin dia tetap akan berangkat ke Betlehem tetapi bukan dalam keadaan hamil. Seandainya dia menolak perkataan malaikat Gabriel, Maria juga tidak perlu menanggung risiko berupa sanksi sosial dan keagamaan  dengan kehamilannya yang di luar kewajaran

Sukacita diukur dari perubahan keadaan

Makna sukacita sering dipahami sebagai perjalanan yg melewati zona nyaman tanpa penghalang, berjalan bertabur mawar disepanjang jalan.  Konklusi yg kita buat sudah merumuskan bahwa sukacita adalah ritme kehidupan ini selalu berjalan serba datar, menjauh dari tantangan, dan mulus tanpa masalah.  Sesungguhnya banyak alasan bagi Maria dan Yusuf menolak panggilan Allah demi rasa aman mereka, maka karya keselamatan Allah dalam inkarnasi Kristus juga tidak akan terwujud. Dunia dan umat  manusia tidak akan pernah mengalami kehadiran Allah dalam sejarah kehidupan mereka. Umat manusia sepanjang zaman tidak akan dapat mengalami sukacita sorgawi dengan datangnya sang Raja Kehidupan. Justru melalui kesulitan dan penderitaan yang dialami oleh Maria dan Yusuf maka terbukalah wilayah yang luas tanpa batas anugerah keselamatan dari Allah bagi umat manusia.  Sehingga melalui kerelaan dan sikap iman yang diperlihatkan oleh Maria telah mewujudkan perkataan nabi Yesaya: “Sebab inilah yang telah diperdengarkan TUHAN sampai ke ujung bumi! Katakanlah kepada puteri Sion: Sesungguhnya, keselamatanmu datang”  (Yes. 62:11). Sukacita Natal dapat kita  alami secara penuh karena keselamatan dari Allah telah datang!

Mengukur sukacita dari keberhasilan memiliki

Makna sukacita dalam kehidupan sehari-hari seringkali dilepaskan dari keselamatan Allah. Sukacita dalam kehidupan sehari-hari justru seringkali dikaitkan dengan keberhasilan untuk memiliki. Semakin banyak kita memiliki, maka semakin banyak pula kita bersukacita. Tetapi semakin banyak yang kita miliki hilang, maka hilang pula sukacita yang kita miliki. Ketika  nilai saham yang kita miliki merosot jatuh, maka hilanglah segala sukacita yang pernah kita miliki. Ketika investasi atau harta kekayaan yang kita miliki disita, maka hancurlah segala kebanggaan dan kebahagiaan hidup kita. 

Dengan demikian makna sukacita dan kebahagiaan yang kita miliki berubah-ubah seiring dengan apa yang kita dapatkan dan apa yang tidak kita dapatkan. Justru peristiwa Natal hendak menegaskan bahwa nilai sukacita bukanlah ditentukan oleh seberapa banyak yang kita miliki, tetapi ditentukan oleh seberapa besar kita menyambut keselamatan Allah yang telah datang. 

Peristiwa Natal justru merupakan momen yang penuh makna saat kita mampu melepaskan segala hal yang kita milliki agar terbukalah ruang hati yang luas untuk menyambut  peristiwa inkarnasi firman Allah menjadi manusia. Saat hati kita penuh sesak dengan berbagai barang atau milik secara dunia,  maka kita tidak dapat menyambut sukacita dan kebahagiaan Natal.

Mengusahakan sukacita dengan kekuatan diri
              
Martin Seligman (salah satu pendiri dari psikologi positif )dalam bukunya yang berjudul “Authentic Happiness” (Kebahagiaan yang otentik), , menyatakan bahwa kebahagiaan terdiri dari “emosi-emosi positif” (positive emotions) dan “aktivitas-aktivitas positif” (positive activities) yang terentang dari masa lampau, kini dan masa mendatang. Sehingga manakala masa lampau dan masa kini kita penuh dengan kepuasan, rasa bangga dan ketenteraman; serta sikap kita memandang masa depan dengan sikap yang optimistik, berpengharapan dan keyakinan maka niscayalah kita akan berbahagia. Efek dari kebahagiaan yang demikian akan membebaskan diri kita dari penghalang-penghalang emosi, sehingga kita dapat lebih mampu menikmati pekerjaan dan aktifvitas-aktivitas yang lebih kreatif. Dengan cara hidup yang demikian, kita akan dapat mengalami makna hidup yang lebih penuh sebab kita mengarahkan tujuan hidup yang lebih besar dari pada tujuan-tujuan jangka pendek. 

Pemikiran Martin Seligman tersebut pada satu sisi boleh dianggap benar untuk  menemukan makna sukacita  Tetapi pandangan ini jelas menempatkan makna sukacita sebagai hasil upaya manusia untuk mengelola emosi-emosi secara positif agar dapat menghasilkan aktivitas yang positif. Mereka memandang kebahagiaan sebagai hasil dan upaya manusiawi. 

Tetapi tidaklah demikian dengan berita Natal. Kebahagiaan dan sukacita pada hakikatnya merupakan anugerah keselamatan dari Allah. Di Tit. 3:4-6, menyatakan: “Tetapi ketika nyata kemurahan Allah, Juruselamat kita, dan kasih-Nya kepada manusia, pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita, bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh Kudus, yang sudah dilimpahkan-Nya kepada kita oleh Yesus Kristus, Juruselamat kita”.  

Justru di saat kita gagal untuk berpikir positif dan hidup yang tidak tenteram serta penuh penderitaan, di situlah berita sukacita natal digemakan, disaat kita tidak berpengharapan dan lelah dengan berbagai persolan hidup , Allah memperkenankan sukacita menjadi milik semua bangsa. Saat hidup kita terpuruk dan tidak berharga, kita memperoleh pengharapan baru bahwa sukacita yg abadi sudah ada ditengah kita. Sukacita yg boleh dimiliki mulai dari para rakyat jelata, penggembala domba hingga para raja, diberikan anugerah yg sama untuk menikmatinya.
Itulah SUKACITA NATAL yg hendak mengembalikan ketidakberdayaan kita dalam menikmati persekutuan yg permanen bersama dengan Allah, ditengah gelora persoalan dunia yg tidak pernah berhenti. Sukacita yg murni dan abadi didalam persekutuan bersama TUHAN YESUS dapat menjadi bagian selama lamanya, amin

Joy of Xmast 2011
by Haris subagiyo

Minggu, 11 Desember 2011

Menjadi Makin Besar dimata Tuhan

Seharusnya "Kapasitas diri" yg besar selalu bekerja konsisten menghasilkan kualitas hidup yg besar. Namun betapa sering besarnya kapasitas diri terdiam dalam kondisi lembam,  menganggur atau bekerja seadanya dengan standar sedang-sedang saja. Seolah-olah pekerjaan mengejar mutu hanya berhenti pada kepuasan mendapatkan kontribusi yg cukup hanya pada diri sendiri saja. Tidak bisakah kita memacu selangkah lagi untuk mencatatkan prestasi yg semakin cemerlang?

Laporan kemajuan pelayanan yg berdampak semakin efektif adalah karakter orang yg bersedia mengubah MUTU KEBAIKAN menjadi MUTU KEMULIAAN.

Bagaimanakah kita dapat meningkatkan mutu pelayanan yg semakin berkenan dihadapan Tuhan? 
Belajar dari tokoh wanita bernama Maria
Milikilah Keberanian Besar dalam menuruti Firman Allah

“Salam kepadamu Maria yang diberkati Allah. Engkau dikaruniai Allah…” 
Kesempatn yg diberikan Allah untuk menjadi pribadi yg agung, berbahagia dan diberkati adalah kesempatan terbuka dengan konsekuensi yg tidak ringan. Ini menjadi taruhan hidup yg harus dipindahkan dari kualitas baik menjadi keagungan dimata Tuhan.

a. Berani menerima kehendak Allah walaupun mengandung konsekuensi
kata Maria: "Jadilah kehendakMu atasku, karena aku ini hamba Allah,”
Allah tidak pernah memaksakan kehendaknya, karena pilihan hidup menjadi kekuatan secara personal yg harus diputuskan sendiri dengan segala konsekuensinya.
Maria berani mengambil pilihan Menerima kehendak Allah mengandung konsekuensi yang luar biasa. Kemungkinan yang terbaik yang akan terjadi kepada Maria setelah dia menerima kehendak Tuhan di dalam hidupnya adalah dia diceraikan oleh calon suaminya dan dipermalukan dimuka umum bahkan lebih dari itu. Di Timur Tengah sampai sekarang masih terjadi, menganggap sebagai kehormatan untuk membunuh mereka yg dianggap telah berbuat dosa amoral. Sehingga konsekuensi yg paling buruk yg dihadapi Maria adalah ayahnya terlalu malu dan membunuh dia.

Alkitab mencatat bagi wanita yang hamil di luar nikah, dia berhak dirajam dengan batu.
Yusuf mengambil kemungkinan yang paling buruk yaitu menceraikan Maria.
Kelahiran Kristus dimuka bumi tidak akan terjadi kalau tidak ada seorang wanita yang berani  menyerahkan diri, mengambil kehendak Tuhan itu untuk dirinya dan itu memberikan konsekuensi pengorbanan yang tidak bisa terbayangkan yang akan terjadi kepadanya.

b. Berani menerima kehendak Allah walaupun tidak populer

Berjalan mengikuti arus besar adalah langkah yg paling cepat dan mudah namaun pada waktu malaikat datang kepada Maria, Maria menerima panggilan untuk memakai kandungannya sebagai alat Tuhan mengerjakan pekerjaan besar.
Kita tidak akan bisa melihat hidup ini sebagai pintu kesempatan. kalau kita tidak membawanya di hadapan Tuhan dengan satu penghargaan penilaian yang terindah,segala sesuatu dapat menjadi berkat karena Allah. Kalau kita tidak punya prinsip seperti itu, tawaran yang terbaikpun kadang-kadang kita akan tolak. Tetapi pada waktu kita melihatnya sebagai berkat, kita akan menjalani pengalaman yang mungkin berbeda.
Berani untuk menerima sesuatu yang mungkin belum pernah kita lakukan dalam hidup ini bersama Tuhan. Kalau Tuhan memberi kesempatan tahun depan mendapat pekerjaan yang lebih baik, pelayanan, yg lebih baik, why not , sementara kita memandang kapasitas diri yg kecil atau belum pengalaman. Jika Tuhan yg memanggil kita, katakan YA saya bersedia apapun resikonya karena saya tahu Tuhan yg mengutusnya
Hidup ini bukan soal happy or unhappy tetapi kita diberkati atau tidak. Apapun yang kita dapat, apapun yang kita raih, jika tujuannya untuk membuat kita happy, kita akan menggerutu karena kita merasa semua itu hasil kerja dan usaha kita sendiri, itu hal yang berhak dan layak kita dapat. Tetapi berkat konsepnya terbalik. Walaupun kita mengejar sesuatu, walaupun kita meraih sesuatu, ada satu perasaan sebenarnya hal ini tidak layak datang kepada hidupku. Kalau akhirnya itu terjadi, kita berbahagia karena kita merasa itu sebagai berkat dari Tuhan.
Maria menerima ini sebagai berkat ,ia bersukacita meskipun dia sadar dia akan diejek dan dipermalukan, tetapi dia melihat ini sebagai anugerah baginya. Maria menerima kehendak Tuhan. Itu perlu keberanian. Tetapi dia melihat itu sebagai kesempatan, sebagai berkat, sebagai anugerah dari Tuhan.

c. Berani Mengerjakan perkara yg tidak mungkin sebagai kesempatan yg mungkin
Maria berkata: bagaimana mungkin?” Maria sesungguhnya sadar bahwa ia tidak dapat melihat kemungkinan itu terjadi, realitanya tidak bisa, sebab dia belum bersuami. Tetapi ia bersedia dipakai Tuhan dengan caranNya sendiri yg tidak mungkin menurut perspektif manusia.
Pada waktu orang Eropa pertama kali datang ke South Africa mereka kaget. Mereka melihat anak-anak kecil sedang bermain kelereng. Batu yang dipakai berwarna putih, waktu mereka asah, batu itu menjadi berlian. Di balik hidup kita mungkin banyak material yang seperti itu yang tidak terlihat dan hanya dipakai untuk bermain saja. Tetapi kalau kita sungguh-sungguh melihat itu dari mata Tuhan, nothing is impossible. Itu bisa menjadi berlian yang indah di dalam hidupmu. Put it in your perspective, meskipun belum terjadi sekarang.
“Tidak ada satu orangpun lahir langsung sukses.
Tidak semua orang bisa jadi orang sukses.
Tetapi kesuksesan bisa datang kepada siapa saja.
Bagaimana kita mengubah hidup dari baik menjadi agung, berbahagia dan diberkati?
Jangan gentar jika Tuhan meminta kita untuk mengerjakan kehendakNya, sekalipun engkau belum pernah mengerjakannya.

Jangan pahit memegang apa yang sudah lewat di masa lampau sehingga kita tidak mau melangkah untuk hari depan.
Ketakutan akan kegagalan masa lampau yang terus kita simpan di dalam hidup kita sehingga kita tidak berani untuk maju.
Pertanyaannya: apakah nasib kita di masa depan harus ditentukan oleh pengalaman kepahitan kita di masa lampau?
Memang betul masa lampau tidak bisa kita hapus dari sejarah hidup kita, tetapi jangan sampai dia mengontrol hidup kita.
Tingkatkan terus standar pengharapan kita bersama dengan Allah

Kita ingin ekspektasi hidup kita terus maju, demikian juga hidup rohani kita. Tercapai atau tidak, itu urusan belakang. Tetapi naikkan terus ekspektasi itu. Jangan ingin terus mengerjakan hal yang sama dalam hidup ini. Jangan merasa kita sudah melakukan pengorbanan yang besar dalam hidup ini. More than that.
Di dalam sejarah American Football pernah tercatat satu hal yang sangat mengesankan. Seorang pemain football bernama Roy Riggles dalam pertandingan final melakukan satu touchdown lari begitu jauh. Seluruh penonton terdiam. Baru dia sadar ternyata dia berlari ke gawang sendiri. Dia malu bukan main. Dia menolak untuk melanjutkan permainan di babak selanjutnya. “I’m finish,” katanya. Setengah permainan, pelatih masuk ke dalam dan berkata kepadanya, “Kau bisa pilih, terus duduk di situ dan mengakhiri game ini dengan memory orang tidak pernah lupa Roy Riggles did a memorable touchdown in a wrong side. Atau, you keluar, sebab the game is half over.” Dia berdiri lalu keluar dan dia main. Dan sejarah mencatat di sisa game itu Roy Riggles bermain seperti kesetanan.
Sudah gagal? Sudah salah? Ingat, the game is half over. You still have another game. He raised his bar of expectation.
Saya bikin satu kegagalan, saya akan bikin lima kesuksesan. Saya bikin dua kegagalan, saya akan bikin sepuluh kesuksesan. Tahun ini saya baru mengerjakan satu hal. Tahun depan saya akan mengerjakan tiga hal. Itu namanya hidup. Itu namanya ekspektasi. Itu namanya keinginan desire dalam hidup kita. Tidak ada orang besar dalam dunia ini tidak lahir dari mimpi yang besar. Dan tidak ada orang besar dalam dunia ini yang menjadi besar karena tidak memiliki mimpi yang besar. Walaupun kita tahu tidak semua mimpi menjadi realita dalam hidup kita.
Tingkatkan terus kualitas pelayanan kita, kerahkan seluruh potensi besar yg sudah Allah percayakan dalam diri kita.

Selamat Natal 2011 gbu all

Selasa, 06 Desember 2011

Sekuntum Mawar ditengah Belukar

Add caption
Membongkar Rahasia pekerjaan Allah dalam memilih Maria sebagai wanita diantara jutaan wanita lainnya untuk menjadi media kelahiran Juru Selamat dunia
Maria menjadi pribadi  istimewa, mulia dan sangat berbahagia yg tak pernah terlupakan sejak Natal yg perdana.


Kualifikasi apakah yg menarik hati Allah sehingga harus menjatuhkan pilihannya kepada Maria. bukankah Maria berasal dari Nasaret, desa yg tertinggal dengan kondisi sosial yg tidak terdidik bahkan dianggap tidak kurang bermoral, sehingga cemooh wajar sering terlontar: " adakah sesuatu yg baik dari Nasaret"  Ya....memang tidak dapat dibantah bahwa Maria memang bukan berasal dari kalangan bangsawan, orang yg tidak memiliki reputasi sosial bahkan tidak terpelajar. Namun Allah memandangnya bagaikan sekuntum mawar ditengah belukar, Allah mempertaruhkan reputasiNya dalam pribadi sederhana dan serba terbatas.

Bagaimana pertimbangan Allah mempercayakan pekerjaan sangat besar kepada Maria?

Maria Dipersiapkan Menggenapi Janji Allah
 
Pilihan Allah atas Maria bukan suatu pilihan acak atau tidak berdasar. Pilihan Allah yg dijatuhkan pada Maria pastilah pilihan terencana dan tepat. Walaupun dalam perspektif manusia tampak jauh dari ideal. Diluar kompetensi dan kapasitas diri Maria, dasar pilihan Allah terhadap Maria adalah untuk menggenapi janjiNya kepada Daud. Sebab kepada raja Daud, Allah berjanji akan mengokohkan takhtanya melalui keturunannya (II Sam. 7:12)

Beberapa orang  bertanya, di manakah dasar theologis yg menjelaskan bahwa Maria berasal dari keturunan Daud? karena secara eksplisit Injil Matius dan Injil Lukas tidak pernah menyebut Maria sebagai keturunan Daud. Hanya Yusuf yg diberi catatan secara lengkap dalam daftar keturunan Daud. Faktanya sangat jelas bahwa Yusuf bukanlah ayah biologis dari Yesus. Yusuf adalah ayah angkat atau ayah yang bertindak sebagai pengasuh bagi Yesus. 

Perkara ini dapat dipahami bahwa Injil Matius dan Lukas ditulis dalam konteks masyarakat Patriakhal, di mana nama wanita sebagai seorang isteri tidak pernah disebut. Sebab menurut tradisi Yahudi, jika garis keturunan dibuat melalui istri, maka bukan nama wanita itu yang disebut dalam daftar silsilah, melainkan nama suaminya. 
a. Yusuf adalah keturunan Daud melalui Salomo. 
b. Maria berasal dari keluarga Lewi, tetapi dia juga adalah keturunan Daud melalui Natan. Dengan demikian Yesus yang dilahirkan oleh Maria secara hukum dan biologis berasal dari keturunan raja Daud. 

Lukas 1:32-33 malaikat Tuhan berkata kepada Maria: “Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan."   Pernyataan malaikat Tuhan tersebut juga merupakan acuan yang sangat mendasar untuk menegaskan bahwa Yesus adalah keturunan raja Daud. Ini berarti melalui Maria, Allah telah menggenapi janjiNya untuk menegakkan “takha” kerajaan Daud.  

Tidak semua orang  tampil secara istimewa dengan goresan tinta emas yg dicatat oleh Alkitab namun  peristiwa natal, menegaskan kembali bahwa kehadiran Kristus hendak mengembalikan NILAI DIRI manusia yg segambar dengan Allah. Manusia dengan segala persolaannya: yg dianggap tidak berguna, gagal, terbuang dalam penderitaan dan tidak bermasa depan. Namun kita semua diberi NILAI yg sangat mahal dimata Tuhan, terbukti dengan kerelaan Allah untuk menjadi manusia untuk kebaikan kita, wooooow ini adalah perbuatan yg sangat mengagumkan.
Allah masih melihat potensi besar dan harapan baru didalam diri kita , walaupun tertutupi semak belukar, sekuntum mawar yg tengah merekah tak luput dari pandangannya.

Maria Berjuang Mentaati Kehedak Allah
 
Maria adalah satu-satunya wanita yang terpilih dan mendapat kasih-karunia Allah yang sangat istimewa untuk melahirkan sang Messias. Tetapi pada sisi lain, kasih-karunia dan berkat Allah yang istimewa tersebut mempertaruhkan masa depan bahkan pengorbanan nyawa . Ini adalah pilihan yg sangat sulit karena harus berani menyingkirkan kebutuhan, cita-cita, harapan dan semua kepentingan diri. 


Maria bersedia taat dengan cara memberi seluruh hidupnya

Situasi pilihan Maria yg bersedia dipakai TUHAN membawa dampak yg membahayakan Karena sudah ada aturan hukum yg harus ditegakkan. 

Siapakah yang tahu bahwa waktu itu Maria mengandung dari Roh Kudus. Masyarakat hanya tahu bahwa Maria saat itu belum menikah, level statusnya sedang bertunangan, sehingga peristiwa kehamilan Maria akan menjadi suatu persoalan besar. Di Ul. 22:23-24, hukum Taurat menyatakan: “Apabila ada seorang gadis yang masih perawan dan yang sudah bertunangan, jika seorang laki-laki bertemu dengan dia di kota dan tidur dengan dia, maka haruslah mereka keduanya kamu bawa ke luar ke pintu gerbang kota daenan kamu lempari dengan batu, sehingga mati: gadis itu, karena walaupun di kota, ia tidak berteriak-teriak, dan laki-laki itu, karena ia telah memperkosa isteri sesamanya manusia. Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu dari tengah-tengahmu”.   Inti dari hukum Taurat  ini hakikatnya adalah untuk memelihara kekudusan perkawinan, sehingga segala sesuatu yang cemar haruslah dihapuskan. Termasuk pula wanita yang masih gadis, atau wanita yang telah bertunangan dan wanita yang telah bersuami – semuanya harus hidup kudus sebagai umat perjanjian Allah. Dengan demikian, Maria yang mau menyambut kabar  dari malaikat Tuhan sebenarnya berada dalam situasi yang sangat berbahaya bagi keselamatan dirinya. Masyarakat yang tinggal di Nazaret dapat menghukum Maria dengan hukuman rajam. 
Maria Taat dengan cara mengosongkan diri

Maria menjawab berita dari Malaikat Tuhan tersebut dengan kerendahan hati dan sikap iman yang luar-biasa. Dia berkata: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu” (Luk. 1:38). 
Maria menyadari keadaan dirinya bahwa ia adalah orang papa, tidak berdaya, tidak ada yg dapat dibanggakan dan tidak lebih dariseorang hamba.
Maria yang masih punya masa depan dengan berbagai kesenangan namun ia justru menempatkan diri sebagai "hamba Tuhan" dan menempatkan kehendak Allah di atas segala-galanya. Dia menyambut kehendak Allah tersebut dengan hati yang tulus, walaupun dia menyadari bahwa ketaatannya dapat berakibat buruk. 


Keagungan pribadi Maria, sangat layak menjadi alasan bagi TUHAN untuk memilihnya sebagai wanita yg melahirkan Juru Selamat dunia. Karena sikapnya menyingkapkan keagungan iman dan kasihnya kepada Allah. Dia lebih menonjolkan ketaatannya yang mutlak dan siap menanggung risiko asal kehendak Allah terlaksana. 

Sikap Maria yang taat tanpa syarat bahkan rela turun samapi titik nol menjadi seorang budak yg tidak bernilai, asal kehendak Allah dilaksanakan, ia rela melakukan semuanya dengan segala konsekuensinya. Ini merupakan model spiritualitas orang beriman yang paling ideal? sangat berbeda dengan model spiritualitas yang sering kita kembangkan digereja saat ini. Gereja sering entah sadar atau setengah sadar menjadi agen yg memperagakan model ketaatan yang serba bersyarat. Mengajak orang memberi kepada Tuhan supaya banyak diberi, Mendorong orang untuk menyembah Tuhan supaya diberkati, mengajari orang melayani supaya Tuhan balas melayani. Perhatikan apa yg sedang kita kerjakan sekarang ! Ketaatan yg berorientasi berkat, kepentingan diri sendiri, berfokuskan kebutuhan jasmani. Kita mau taat kepada Tuhan, asalkan keinginan dan harapan kita dapat terpenuhi.  Kita mau setia kepada Kristus, asalkan menguntungkan diri kita. Kita mau mengikut dan percaya kepada Kristus, asalkan kita tidak menanggung risiko yang buruk. Mutu iman kristen seperti ini adalah proses penguatan dari egoisme diri, di mana kehendak atau kepentingan diri begitu ditonjolkan sehingga ruang untuk kehendak Allah tidak tersedia. Ruang hati kita yang begitu luas lebih banyak didominasi oleh kehendak dan keinginan diri, sedangkan ruang untuk kehendak Allah ditempatkan di ruang yang paling sudut dan terpencil. yaaaaaaaaaa........Bagaimana mungkin Allah dapat mempercayakan pekerjaanNya yg besar jika kualitas iman kita bertumbuh didalam semak-semak duri?
Spirit Natal adalah adalah pemberian Allah yg paling baik, yg paling besar dan semuanya dikerjakan tanpa syarat.! bagaimana mungkin kita masih menuntut Allah untuk terus mengerjakan tanggungjawabNya sedangkan kita tidak sedang bergiat mengerjakan bagaian kita sendiri untuk memberi, melayani, beriman dan taat kepada kehendakNya tanpa syarat?

Belajarlah pada sekuntum mawar yg sanggup tumbuh merekah walaupun ditengah semak belukar!

God Bless U, have nice day all

by Haris Subagiyo

Minggu, 04 Desember 2011

HERODES AGUNG, YANG GILA KUASA


Temuan makam Talpiot merupakan temuan kontroversial dan terbukti bukan sebagai makam Yesus dan keluargaNya. Tetapi penemuan makam raja Herodes Agung membuktikan bahwa kesaksian Injil Matius bukanlah sekedar isapan jempol. Sesungguhnya Herodes Agung seorang yang sangat religius sebab dialah yang membangun kembali Bait Allah, tetapi mengapa dia juga seorang yang kejam? Terbukti seorang yang religius tidak berarti dia selalu memiliki spiritualitas.

Beberapa waktu yang lalu kita sempat mendengar tentang temuan makam di Talpiot, Yerusalem. Temuan arkeologis tersebut menjadi sangat heboh dan sensasional sebab dalam peti-peti tulang (osuarium) tertulis inskripsi nama-nama tokoh utama dalam Perjanjian Baru seperti: nama “Matius”, “Maria”, “Yesus”, “Yusuf”, dan sebagainya. Sehingga dalam film “The Lost Tomb of Jesus” dan buku “Dynasty of Jesus” baik Simcha Jakobovici dan James Tabor beranggapan bahwa makam Talpiot merupakan bukti peninggalkan arkeologis makam dari keluarga atau dinasti dari Yesus. Dengan temuan makam Talpiot mereka menyatakan bahwa Yesusdari Nazaret sebagaimana yang diimani oleh orang Kristen sesungguhnya tidak bangkit. Tetapi kini anggapan atau dugaan Simcha Jakobovici dan James Tabor telah dapat dibantah dengan mudah, sehingga pandangan mereka lebih tepat merupakan suatu spekulasi dari pada suatu bukti arkeologis. Selain itu kini juga telah ditemukan makam dari raja Herodes Agung di wilayah yang disebut sebagai “Herodium” yang terletak sekitar 12 km Yerusalem. Dengan demikian kesaksian Injil Matius tentang tokoh Herodes Agung bukanlah sekedar isapan jempol. Letak penemuan makam raja Herodes Agung ini sesuai pula dengan kesaksian seorang ahli sejarah kuna yaitu Flavius Josephus.

                Dari dokumen sejarah, tokoh Herodes Agung dikenal memiliki pengaruh dan kekuasaan yang cukup luas. Selain itu dia dikenal sebagai seorang yang pandai merancang berbagai pembangunan kota dan tempat-tempat terkenal. Hasil karyanya terlihat dari pembangunan kota Kaisarea, benteng Masada, kota Makhaerus dan pembangunan kembali Bait Allah. Sebagai seorang penguasa raja Herodes Agung telah mampu membuktikan dirinya sebagai seorang administrator negara yang baik. Dengan pembangunan Bait Allah, Herodes Agung juga menunjukkan bahwa dia sebenarnya seorang yang cukup religius. Dia ingin memberikan suatu tempat ibadah yang sangat representatif, megah dan sangat indah bagi umat Israel. Tetapi kelebihannya sebagai seorang administrator negara dan pribadinya yang religius,  ternyata tidak dapat menutup sisi gelap dan kekurangan dirinya. Sebab Herodes Agung juga dikenal sebagai seorang yang sangat kejam untuk mempertahankan kekuasaannya. Itu sebabnya dia tidak pernah segan memerintahkan hukuman mati untuk setiap pesaing takhtanya termasuk isterinya yang bernama Mariamne dan juga kedua anaknya laki-laki. Jadi dalam hal ini Herodes Agung memang memiliki kepandaian, keahlian dan kepemimpinan serta sifat religius; namun dia juga pada saat yang sama terbukti seorang yang kejam dan dapat menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan yang dikehendakinya.

 Menurut psikolog Alfred Adler, manusia pada umumnya memiliki dorongan yang sangat kuat untuk berkuasa. Manusia bukan hanya memiliki libido seksuil sebagaimana yang dikatakan oleh Sigmund Freud, tetapi juga manusia memiliki libido berkuasa. Setiap orang yang sehat pastilah memiliki libido atau nafsu seks dan nafsu berkuasa. Kedua libido tersebut pada hakikatnya merupakan anugerah dari Tuhan sehingga kita dapat memiliki dorongan alamiah untuk melanjutkan keturunan dan kemampuan untuk mengembangkan pengaruh positif dalam kehidupan ini. Sehingga tidaklah benar bahwa libido yang kita miliki itu sebagai tanda kutuk atau sekedar menunjukkan bahwa kita manusia yang memiliki libido sebenarnya hidup di bawah keinginan daging. Tetapi memang kita harus hati-hati dan selalu waspada karena sering libido yang kita miliki, baik libido seksuil maupun libido berkuasa berkembang sedemikian rupa sehingga kita kemudian dibelenggu dan dijadikan hamba oleh nafsu-nafsu kita. Dalam kasus-kasus tertentu, kita dapat melihat bahwa libido berkuasa sering berkembang menjadi ekstrem dan abnormal; sehingga mereka yang dikuasai oleh libido tersebut menjadi pribadi-pribadi yang sangat jahat dan kejam. Selain tokoh Herodes Agung, kita juga dapat melihat beberapa tokoh sejarah modern seperti Hitler yang menganggap dirinya sebagai “Fuhrer” (pemimpin) bangsa Jerman. Hitler ingin menjaga kemurnian bangsa Jerman sebagai bangsa Arya dengan cara membasmi orang-orang Yahudi, sehingga akhirnya timbullah “holocaust” yaitu korban pembantaian orang Yahudi sebanyak 6 juta orang. Tokoh lain yang berkuasa dan sangat kejam dapat disebut juga yaitu presiden Romania yaitu Ceaucescu bersama isterinya, yaitu Elena yang memerintah Romania tahun 1965-1989. Dia mengangkat dirinya sebagai “conducator” (pemimpin) dan “Genius of the Carpathians”. Demi pemujaan dirinya Ceaucescu melakukan tindakan genocide (pembantaian massal) kepada setiap musuh politiknya. Tokoh lain yang haus darah dan mengorbankan banyak orang demi  kekuasaannya adalah Sadam Hussein yang ternyata banyak membantai rakyat, orang-orang yang dianggap berbahaya atau para musuhnya dalam jumlah yang sangat besar.  Namun sangat menarik semua diktaktor kejam tersebut hampir seluruhnya mati dengan cara yang sangat mengenaskan, dan dunia hanya mengenang mereka sebagai “musuh-musuh kemanusiaan”.

                Di kisah Injil Matius menyaksikan bagaimana ambisi Herodes Agung untuk mempertahankan kekuasaannya. Di Mat. 2:16-18 menyaksikan cara Herodes Agung membunuh bayi Yesus dengan cara membunuh semua bayi yang berumur di bawah 2 tahun di kota Betlehem. Namun ambisi Herodes Agung yang sangat abnormal secara sederhana oleh Injil Matius diungkapkan terlebih dahulu dengan perasaan “terkejut”. Ketika orang-orang Majus bertanya kepada Herodes Agung tentang Messias yang akan dilahirkan, yaitu: “Di manakah Dia raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintangNya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia” (Mat. 2:2), maka disebutkan reaksi dari Herodes Agung, yaitu: “Ketika raja Herodes mendengar hal itu terkejutlah ia beserta seluruh Yerusalem” (Mat. 2:3). Tentunya Injil Matius bukan sekedar menunjukkan perasaan terkejut dalam arti yang biasa. Sebab di balik ungkapan “terkejutlah Herodes Agung” mau menyatakan sesuatu yang sangat mendasar yaitu tentang situasi pergolakan batin Herodes Agung yang mana pada saat itu dia tiba-tiba merasa sangat terancam sebab kini telah muncul “rival” atau “saingan” dalam wilayah kekuasaannya.

                Perasaan terkejut yang dialami oleh raja Herodes Agung perlu kita pahami sebagai suatu fenomena faktual psikologis yang juga dialami oleh banyak orang, termasuk anggota jemaat. Kita juga akan terkejut ketika kita mendengar bahwa di dekat rumah atau kantor kita telah berdiri sebuah toko, depot, rumah-makan, bengkel atau berbagai tempat usaha yang sejenis dengan tempat usaha yang kita miliki. Apalagi kita juga mendengar bahwa tempat usaha yang baru tersebut tampaknya lebih baik, lebih lengkap dan lebih profesional. Pastilah kita mulai merasa was-was, takut, dan terancam. Bukankah dalam kondisi ekonomi yang sulit dan kompetitif ini kita makin sensitif dengan muncul berbagai tempat usaha atau bisnis yang sejenis dengan tempat usaha yang kita miliki? Demikian pula kita merasa was-was, takut dan terancam ketika muncul gedung gereja  dari jemaat lain yang baru dan lebih profesional dibandingkan dengan gedung gereja yang kita miliki. Kita kuatir apabila anggota jemaat kita berpaling meninggalkan kita dan mereka lalu berbondong-bondong masuk menjadi anggota di gereja yang baru berdiri itu. Jadi tampaknya rasa terkejut, was-was, takut dan terancam telah menghinggapi kehidupan manusia. Sehingga dalam masyarakat kita juga berkembang perasaan terkejut, was-was, takut dan terancam ketika mereka mendengar kemajuan dan perkembangan agama lain. Timbul perasaan tidak suka, benci, dan iri-hati ketika bangsa kita mendengar dan melihat agama lain berkembang lebih pesat dari pada agamanya sendiri. Karena itu mereka kemudian menggunakan cara-cara kekerasan, cara-cara yang licik dan jahat untuk menghancurkan agama lain sebab “agama lain” tersebut dianggap dapat membahayakan eksistensi dan perkembangan agamanya. Jika demikian, apa bedanya semua sikap tersebut dengan sikap Herodes Agung yang terkejut, takut, was-was dan terancam karena itu kemudian dia menggunakan kekerasan dan pembantaian?

                Pada satu sisi sangatlah jelas bahwa Herodes Agung seorang yang kuat, memiliki pengaruh yang luas, dan berhasil dalam memajukan negaranya. Tetapi pada sisi yang lain ternyata Herodes Agung seorang yang sebenarnya lemah dan gagal dengan dirinya sendiri. Dia berhasil menanamkan pengaruh dan kekuasaannya di seluruh wilayah kerajaannya, tetapi dia gagal menanamkan kepercayaan diri dan martabat dirinya secara sehat dan proporsional. Itu sebabnya dia sangat mudah merasa terancam oleh eksistensi orang lain. Sebenarnya dia seorang yang sangat religius tetapi dia miskin dalam spiritualitas. Herodes Agung memiliki kekuasaan yang luar biasa, tetapi dia tidak memiliki kekuasaan bagi dirinya sendiri. Itu sebabnya dia tidak pernah merasa tenang dengan apa yang dia miliki. Herodes Agung ingin memiliki kepastian bahwa kekuasaan dan pengaruhnya mutlak, sehingga tidak boleh ada yang menyaingi dan mengganggu kekuasaannya. Manakala Herodes Agung memanggil semua Imam Kepala dan Ahli Taurat bukan karena dia ingin mendengar kebenaran firman Tuhan, tetapi dari nubuat firman Tuhan yang ada dia  kemudian  memiliki rencana untuk membunuh Kristus yang baru lahir. Dalam hal ini betapa sering kita memiliki sikap seperti Herodes Agung. Kita tidak dapat hidup sejahtera dan tenang dengan perkembangan atau kemajuan orang lain. Sehingga kita kemudian lebih mengembangkan perasaan iri hati dengan keberhasilan orang lain. Kita juga lebih suka mengembangkan kebencian dan keinginan untuk merusak ketika agama lain berkembang dengan pesat. Kalau kita memiliki iman yang sehat dan mantap, seharusnya kita tidak perlu merasa takut tersaingi. Semakin kita berkualitas, memiliki spiritualitas yang sehat dan mantap secara profesional; maka kita siap memasuki berbagai persaingan dengan semua pihak. Bahkan lebih dari pada itu kita bersedia untuk terus berbenah diri.

                Apabila kita mencermati kisah Injil Matius pasal 2, kita dapat menjumpai bahwa rasa terkejut yang dialami oleh Herodes Agung muncul dari pertanyaan orang-orang Majus. Herodes Agung terkejut bukan karena mendengar laporan dari para detektif atau perwira pasukannya. Tetapi dia terkejut karena kabar dari tamu asing yang datang dan singgah di wilayah kerajaannya. Selain itu orang-orang Majus jelas bukan umat Israel, dan mereka juga bukan warga-negaranya. Jika demikian, siapakah sebenarnya orang-orang Majus itu? Dalam hal ini ada beberapa pendapat tentang identitas orang-orang Majus, yaitu:

a.       Imam-imam dari Persia
                b.      Orang yang ahli dalam ilmu rahasia/memiliki kemampuan sihir/tenung.
                c.       Ahli-ahli perbintangan (astrologi)
Tetapi juga ada pendapat lain yang sangat menarik. Orang-orang Majus sering disebut pula sebagai “orang-orang bijaksana dari Timur”. Sehingga ada yang berpendapat bahwa Timur menunjuk wilayah India, yang mana orang-orang Majus tersebut sebenarnya menunjuk kepada para pengikut Budha yang telah memperoleh pencerahan. Mereka datang ke Betlehem karena mereka telah mendapat pencerahan dan dituntun oleh bintang bahwa sekarang telah lahir seorang yang menjadi inkarnasi dari sang Budha di kota Betlehem.

Semua hal tersebut di atas lebih tepat masih merupakan suatu spekulasi. Kita tidak boleh terjebak dalam berbagai spekulasi tentang latar-belakang dan identitas orang-orang Majus. Sebab yang lebih penting, apapun dan bagaimanapun latar-belakang mereka, orang-orang Majus yang datang ke Betlehem pada hakikatnya memiliki tujuan yang sangat mulia. Mereka hanya ingin menjumpai bayi Yesus dan menyembahNya, serta mereka ingin memberikan persembahan yang telah mereka siapkan secara khusus di negeri asalnya.

Dengan melihat motif orang-orang Majus yang datang dari negeri yang sangat jauh, sehingga mereka telah mengalami berbagai kesulitan selama perjalanan dengan tujuan menyembah dan mempermuliakan Kristus yang lahir; maka kita dapat melihat secara kontras jati-diri yang asli dari Herodes Agung. Jadi pada prinsipnya orang-orang Majus bersedia datang dari jauh karena mereka memiliki kepekaan yang luar biasa tentang keilahian dan keTuhanan Yesus sebagai seorang Raja. Pada sisi lain ternyata Herodes Agung yang tinggal di dekat kelahiran Kristus sama sekali tidak mengetahui. Apabila orang-orang Majus datang untuk menyembah Kristus, maka Herodes Agung justru ingin membunuh dan menyingkirkan Kristus. Bukankah gambaran 2 tokoh ini kini juga terjadi dalam kehidupan kita? Betapa banyak orang-orang yang telah diubahkan hatinya dan diperbaharui oleh Tuhan, sehingga mereka kini mau berkorban diri untuk mempermuliakan nama Kristus. Tetapi juga betapa banyak orang yang ingin mengorbankan orang lain atau sesama agar mereka dapat mempermuliakan diri dan agamanya sendiri? Betapa banyak orang yang karena cinta kasih Kristus, mereka bersedia untuk menderita dan berkorban; tetapi juga betapa banyak orang yang ingin menyingkirkan dan menghancurkan nama Kristus dengan menciptakan berbagai opini yang buruk. Dalam hal ini mereka melupakan satu fakta yang penting bahwa kekudusan dan keilahian Kristus tidak dapat diragukan oleh siapapun. Semua agama monotheis mengakui Kristus sebagai wujud dari inkarnasi Firman Allah. Sehingga siapapun yang menghina nama Kristus, sesungguhnya mereka telah melawan dan menghina Allah yang telah berinkarnasi dalam firmanNya, yaitu di dalam diri Kristus.

Kita telah belajar melihat 2 tokoh yang sangat kontras yaitu Herodes Agung dan orang-orang Majus. Tetapi sesungguhnya mereka berdua sebenarnya juga orang-orang yang memiliki kesamaan. Herodes Agung dan orang-orang Majus sebenarnya mereka sama-sama memiliki keuletan, idealisme dan cita-cita yang tinggi. Herodes Agung sangat ulet untuk mempertahankan kekuasaannya. Dia percaya akan idealisme yang dimilikinya. Demikian pula orang-orang Majus juga ulet sehingga mereka bersedia menempuh perjalanan yang sangat jauh dan berbahaya. Orang-orang Majus juga memiliki cita-cita yang tinggi untuk datang menjumpai bayi Yesus yang mereka yakini sebagai raja. Tetapi di antara kedua tokoh tersebut terdapat faktor pembeda antara Herodes Agung dan orang-orang Majus. Dalam hal ini Herodes Agung tidak memiliki sikap kerendahan hati dan kebijaksanaan sebagaimana yang dimiliki oleh orang-orang Majus. Sifat ambisius dan egoisme atau egocentrisme dari Herodes Agung begitu menguasai dia, sehingga dia tidak memiliki spiritualitas kerendahan hati dan kebijaksanaan.

Selaku umat Kristen kita perlu memiliki aspek-aspek spiritualitas secara seimbang dan proporsional. Jadi kita perlu memiliki ambisi dan keinginan diri untuk berkembang secara wajar serta sehat. Tetapi kita harus menolak segala bentuk dorongan sikap yang ambisius, egoisme dan sikap egocentrisme yang mana kita kemudian hanya memiliki kecenderungan untuk selalu memaksakan kehendak diri. Sebaliknya kita perlu mengembangkan “perasaan cukup” dengan penuh rasa syukur sehingga kita selalu mampu mengendalikan dorongan nafsu untuk “memperoleh banyak hal”, tetapi kemudian kita “kehilangan semua hal”. Apabila kehidupan kita dikendalikan oleh spiritualitas diri yang rendah-hati dan bijaksana, maka seluruh ambisi kita tidak pernah kita kembangkan untuk kepentingan diri kita atau keluarga sendiri; sebaliknya ambisi dan cita-cita serta idealisme kita haruslah kita kontribusikan untuk kesejahteraan dan keselamatan umat manusia. Amin