Minggu, 17 April 2011

Hamba Tuhan yg tak di MABOK PENDERITAAN


* Iman Kristen  tidak pernah melegitimasi atau menyetujui status dan sistem perbudakan yang berlaku pada zaman itu. Justru sebaliknya umat yang percaya kepada Kristus di tengah-tengah situasi yang buruk tetap tidak mau terjebak pada sikap duniawi yang lebih cenderung membalas kejahatan dengan kejahatan, sikap kejam dengan kekejaman, perlakuan tidak adil dengan ketidakadilan. 

* Iman kepada Kristus menyadarkan umat percaya sepanjang zaman, yaitu bahwa hanya kasih Allah yang rela berkorban akan mampu mengubah setiap sistem dan pola kehidupan yang buruk. Walau kasih Allah tidak segera direspon oleh dunia ini , namun Realita KASIH KRISTUS yg besar yg didemontrasikan dikayu salib telah lebih dahulu merubah hati kita untuk dipenuhi kasihNya. kasih Allah itu yg memampukan kita berhasil mentransformasi segala situasi yang jahat menjadi kebaikan.


* Kualifikasi penderitaan yang sesuai dengan kasih karunia Allah manakala umat yang menderita itu berada di posisi sebagai korban (victim). Allah akan melimpahkan kasih karuniaNya kepada umat yang diperlakukan secara sewenang-wenang dan tidak adil. 


* Allah tidak pernah berpihak kepada para pelaku kejahatan, yaitu orang-orang yang menimbulkan penderitaan  dan kesusahan bagi sesamanya. Sehingga apabila para pelaku kejahatan tersebut menderita, maka penderitaan mereka pada hakikatnya merupakan hukuman dan murka Allah. 


Sejarah mencatat bahwa setiap pelaku kejahatan tidak pernah diberkati oleh Tuhan secara spiritual, yaitu damai-sejahtera. Mereka tidak pernah mengalami makna penyertaan Tuhan yang menentramkan .Mereka mungkin mampu menutupi semua kesalahan dan kejahatan mereka di hadapan orang banyak, tetapi mereka tidak dapat menyembunyikannya di hadapan Tuhan. Itu sebabnya mereka selalu hidup dalam kecemasan, perasan takut, dikejar-kejar oleh hukuman Allah dan gelisah. Mereka kehilangan anugerah yang sangat besar yaitu perasaan damai-sejahtera dan keselamatan dari Allah. Sebab mereka telah memposisikan diri sebagai musuh-musuh Allah dan musuh bagi sesamanya.


Hamba Tuhan yang sering diperlakukan secara tidak adil sehingga mereka hidup menderita; seringkali justru memperoleh kekayaan spiritualitas, berkat dan kasih Allah.


Jadi siapakah yang “kaya” dalam arti yang sesungguhnya, yaitu: Para tuan yang telah mendera atau menyiksa para budaknya, ataukah para budak yang telah menemukan kekayaan kasih Allah di dalam Kristus?  
Para tuan pemilik budak umumnya orang-orang yang sangat kaya dan dihormati banyak orang; tetapi mereka kehilangan damai-sejahtera dan berada di bawah hukuman Allah. 
Sedang para budak umumnya hidup serba miskin, dihina, dan selalu hidup menderita tetapi di dalam iman kepada Kristus mereka telah memperoleh anugerah keselamatan dan sukacita yang tidak dapat diberikan oleh dunia ini. 


Betapa sering kehidupan kita seperti para tuan pemilik budak itu. Kita mungkin memiliki banyak hal dan sering mengeksploitasi sesama tanpa perasaan kasih. Dalam hal ini kita berhasil menumpuk kekayaan dari penderitaan dan air mata orang lain. Tetapi apakah kita sungguh-sungguh bahagia? 


Justru fakta juga membuktikan orang-orang yang telah dieksploitasi tadi ternyata sering memiliki kekayaan spiritualitas yang lebih unggul dan bermakna dari pada diri kita, sebab mereka lebih bersandar kepada pertolongan dan keadilan Allah. 
Jika demikian, di manakah posisi kita saat ini berada? 
Apakah kita menderita karena menjadi korban, ataukah kita menderita akibat kelakuan kita yang jahat? 
Catatlah dalam lubuk hati kita: nasihat dari firman Tuhan, yaitu: “Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah” (I Petr. 2:20).  Amin.



Godmorning all...
Godbless U all...


By Haris Subagiyo



Tidak ada komentar:

Posting Komentar