Kamis, 31 Maret 2011

ezri Agusetyawati

Siapa yg tidak kenal wanita bijak ini
Lahir di Semarang, tanggal 03 Agustus 1974


Menempuh pendidikan theologia di Batu Bible School, Indonesia angkt. 38 dan 40
Tahun 1992 dan Tahun 1995.
Ia adalah wanita yg melewati masa tiga generasi,
Masa Perjanjian Lama ,zaman Perjanjian Baru hingga masa tanpa perjanjian. 
Temperamennya hangat dengan gayanya yg  renyah, ceplas-ceplos tak ragu mengundang siapapun untuk bersahabat dengannya.
Penampilannya lekat dengan kepolosan seperti domba yg tanpa gembala, namun bersyukur akhirnya ada gembala yg menemukannya; Menikah dengan Leonard Hutagaol, sebagai gembalayg baik, setia bersama melayani Tuhan.


Doa dan harapan kita
Bu Ezri semakin efekti bekerja di bendang Tuhan


Fresh4U..... goodmorning & GBU all.... 

Siapakah yang terbesar diantara kita?

   
Markus 10:35-37 
sangat menarik menyaksikan bahwa Yohanes dan Yakobus ingin memiliki cita-cita yang luhur . Mereka datang kepada Tuhan Yesus dengan mengajukan suatu permohonan: "Perkenankanlah kami duduk dalam kemuliaan-Mu  kelak, yang seorang lagi di sebelah kanan-Mu dan yang seorang di sebelah kiri-Mu" 
Pengaruh kehadiran Kristus yang membuka ruang pemberdayaan diri ternyata disikapi oleh Yohanes dan Yakobus agar mereka dapat duduk dalam pemerintahan Kristus. Mereka menghendaki agar dapat duduk di sebelah kanan dan kiri saat Tuhan Yesus kelak  berkuasa dalam kemuliaanNya.  Mereka ingin memanfaatkan hubungan dan posisi sebagai seorang murid yang dekat dengan Tuhan Yesus. Jadi walaupun Kristus telah memberi perubahan dan makna hidup, mereka masih menginginkan hal yang lain yaitu memerintah bersama Kristus dalam kemuliaanNya. 

Harapan ini dilatar-belakangi oleh konsep  Mesianis umat Israel. Sebab umat Israel menganggap relasi dengan seorang Mesias akan membawa mereka kepada kemuliaan dan kekuasaan ilahi. Tokoh Mesias dalam pemahaman umat Israel selain mampu membawa kejayaan politis dengan tangan besi penjajahan Romawi, juga bertujuan untuk membawa umat Israel menikmati kemuliaan di surga. Sehingga konsep “menjadi yg terbesar” dalam pemahaman tersebut adalah bilamana seseorang berhasil menduduki suatu kekuasaan yang pada masa kini maupun pada masa mendantang. 


Apakah harapan dan cita-cita tersebut sesuatu yang salah? 
Kita sering beranggapan bahwa tidaklah layak untuk mencita-citakan kekuasaan atau kemuliaan pada masa kini dan masa mendatang. Kita menganggap lebih saleh bilamana kehidupan tidak memiliki ambisi untuk berkuasa. Tetapi faktanya kehidupan ini justru sering sarat untuk menguasai dan mengendalikan orang lain. 
Dalam membahas masalah kekuasaan, kita sering bersikap munafik. Secara teoritis dan konseptual teologis kita sering menolaknya tetapi dalam kehidupan sehari-hari kita justru secara intensif mempraktekkannya. Padahal keinginan Yakobus dan Yohanes untuk berkuasa dalam pemerintahan Kristus pada hakikatnya sesuatu yang wajar karena mereka mempercayai Yesus selaku Mesias yang dijanjikan Allah.
Tetapi yang terpenting adalah bagaimanakah cara mereka memperoleh kedudukan dan kekuasaan dalam pemerintahan Kristus tersebut? 
Apakah kita akan menempuh untuk memperoleh kekuasaan dan kemuliaan dalam pemerintahan Mesianis secara duniawi? 




Hidup Yang Bermakna


Markus 10:41 Para murid Yesus menunjukkan reaksi marah terhadap permintaan Yohanes dan Yakobus. Tampaknya para murid Yesus tidak menyukai keinginan Yohanes dan Yakobus yang memohon agar mereka dapat duduk di sebelah kanan dan kiri dalam pemerintahan Tuhan Yesus. Sikap kemarahan para murid Yesus dapat berarti bahwa mereka tidak menyukai ambisi dari Yohanes dan Yakobus. Tetapi juga kemarahan para murid Yesus dapat berarti pula ekspresi dari sikap iri-hati sebab mereka tahu bahwa Yohanes dan Yakobus berada dalam relasi yang sangat dekat dengan Tuhan Yesus. Sehingga para murid Yesus yang lain tidak suka dengan keinginan atau harapan dari Yohanes dan Yakobus tersebut. 
Untuk menyikapi keadaan, Tuhan Yesus berkata: "Kamu tahu, bahwa mereka yang disebut pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi, dan pembesar-pembesarnya menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu” (Mark. 10:42-43). 
Inti pengajaran Tuhan Yesus tersebut adalah seseorang akan menjadi besar, jikalau dia memiliki spiritualitas yang selalu melayani. Kebesaran atau keagungan seseorang tidaklah mungkin dapat diraih dengan kekerasan, sikap arogansi dan sewenang-wenang. Sebab kebesaran diri seseorang lebih ditentukan oleh keagungan budi yang ditampilkan dengan sikap hidup yang sederhana. Semakin seseorang dapat hidup sederhana, semakin dia dimampukan pula untuk menghayati kehidupan yang kaya dengan keagungan budi. Sebaliknya semakin spiritualitas seseorang serba berlebihan, demonstratif dan unjuk kekuasaan;  semakin menunjukkan dia memiliki budi dan martabat yang rendah. Dengan demikian makna “kebesaran” atau keagungan dalam pengajaran Kristus bersifat paradoks, yaitu semakin seseorang merendahkan diri maka semakin tinggi martabatnya. Sebaliknya semakin seseorang meninggikan diri dan menunjukkan kuasanya, maka dia semakin memperlihatkan martabat yang rendah  dan inferior. 

Ciri dari karakter “orang-orang besar” adalah:
a.Selalu konsisten untuk menyembunyikan seluruh atribut kebesarannya dengan mengedepankan pengabdian yang selalu merendah dan tidak mencari muka. Karena itu setiap orang besar selalu mengutamakan peran dan kerja keras yang tanpa pamrih.

b.Selalu mampu untuk mencegah untuk membicarakan hal-hal yang sifatnya pribadi atau penonjolan diri.  Di dalam spiritualitas mereka umumnya selalu terlatih untuk mencegah atau mampu mengeliminasi setiap hal yang membuka kepada pemuliaan  atau pujian terhadap diri sendiri. Karena mereka sadar bahwa setiap kecenderungan dan tindakan yang mempermuliakan diri pada akhirnya akan menuai reaksi berupa penghinaan terhadap diri sendiri.  Mereka juga sadar bahwa pemuliaan terhadap martabat sesama hanya akan dicapai melalui kasih, bukan dengan sikap yang egoisme.
Prisip yg ditegaskan:
Semakin sikap kasih dinyatakan dengan tindakan yang merendahkan diri, kita dimampukan untuk menemukan mutiara yang tersembunyi di dalam diri setiap sesama.
Semakin kita meninggikan diri, maka semakin sulit bagi kita untuk menemukan mutiara dalam diri sesama tersebut. Itu sebabnya saat kita meninggikan diri umumnya kita hanya melihat begitu banyak “kotoran” atau berbagai hal yang sangat buruk dalam diri sesama. Sebagai akibatnya adalah kita akan selalu merasa diri selalu lebih benar dan baik dari pada sesama kita. Atau kita merasa diri lebih mulia dari pada orang lain.
Kita sering terjebak dalam kompleksitas perasaan yang menganggap diri serba kaya dan tinggi, padahal rohani kita sebenarnya sangat miskin dan dangkal. Spiritualitas yang merasa diri serba kaya dan tinggi justru akan semakin menjauhkan diri kita dari pemaknaan hidup yang transformatif.
Tetapi tidaklah demikian sikap Tuhan Yesus. Dia memilih sikap pengosongan diri walaupun Kristus memiliki hak untuk meninggikan diri. Sehingga sangatlah tepat rasul Paulus menguraikan rahasia inti dari kristologi diri Tuhan Yesus, yaitu: “Kristus Yesus yang walaupun dalam rupa Allah tidak menganggap kesetaraan dengan Allah  itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia” (Fil. 2:6-7).     

Pratek hidup menjadi yg Terbesar

Kini sikap dan spiritualitas untuk melayani sebagaimana yang diajarkan Tuhan Yesus telah dipraktekkan dalam berbagai aspek kehidupan termasuk di dalamnya bidang bisnis, managemen, pendidikan, sosial-budaya dan politik. Jika demikian makna “melayani” bukan lagi khas kehidupan iman Kristen. Arti dan spirit dari makna “melayani” pada masa kini telah diambil oleh dunia untuk mengekspresikan perannya. Sehingga tinggal satu pengertian yang belum diambil oleh dunia yaitu tindakan memberikan nyawa. 
Markus. 10:45, Tuhan Yesus berkata: “Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang”. Apabila kita memahami makna perkataan Tuhan Yesus tersebut dengan jernih, maka kita akan melihat bahwa pengertian dan tindakan melayani selalu terkait dengan tindakan Kristus untuk memberikan nyawa bagi orang lain. Tindakan Kristus yang melayani diekspresikan dengan kerelaanNya memberikan nyawa sebagai tebusan. Tetapi dunia telah memisahkan tindakan untuk melayani dengan kerelaan Kristus untuk memberikan nyawa. 



Tindakan Kristus yang melayani dan memberikan nyawa dipahami oleh surat Ibrani sebagai tindakan Kristus yang menjadi Imam Besar. Kristus menjadi satu-satunya pribadi yang layak menjadi seorang Imam Besar bagi umat manusia karena Dia adalah Anak Allah (Ibr. 5-6). Sehingga peran Kristus sebagai Imam Besar dilakukan dengan pengabdian dan kasih seorang anak, yaitu taat kepada Allah BapaNya. Surat Ibrani berkata: “Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah dideritaNya” (Ibr. 5:8). 


Jadi tidaklah cukup bagi “orang-orang besar” hanya karena mereka memberikan pelayanan kepada sesamanya,  tetapi  mereka secara faktual tidak mau menderita dan memberikan nyawanya. Seseorang akan menjadi besar di hadapan Allah dan sesamanya jikalau dia memberikan pelayanan yang lahir dari ketaatan dan kasih seorang anak kepada Allah Bapanya. Namun selama pelayanan hanya dikaitkan untuk kepentingan komersial atau bisnis belaka, maka makna pelayanan tersebut tidak memiliki arti apapun. Makna pelayanan yang baik bukan agar bisnis kita untung banyak atau karier kita menanjak. 


Sebab pelayanan Kristus sebagai Imam Besar bertujuan untuk memulihkan dan mendamaikan hubungan Allah dan manusia yang telah dirusak oleh dosa. Jika demikian bukankah seharusnya makna menjadi “orang besar” bukan sekedar seseorang mampu melayani sesamanya, tetapi apakah pelayanan yang diberikannya itu merupakan wujud dari pelayanan yang mampu mendamaikan dan memulihkan setiap hubungan yang retak. Makna pelayanan dalam iman Kristen senantiasa memiliki karakter kesediaan  diri untuk berkorban bagi orang lain agar sesama dapat mengalami pembaharuan kehidupan. Makna pelayanan dengan nilai-nilai iman Kristen tidak pernah terlepas dari transformasi kehidupan. 

Dalam kehidupan sehari-hari di tengah keluarga dan jemaat, kita sering mengartikan dan menerapkan makna pelayanan dalam pengertian yang sangat sempit. Pelayanan diartikan hanya pergi ke gereja secara rutin atau ambil bagian dalam suatu bidang pelayanan gerejawi tertentu. Padahal pengertian dan penerapan pelayanan tersebut sama sekali tidak memberikan dampak yang lebih luas. 
Kita tidak pernah menjadi besar di hadapan Allah dan sesama apabila hanya menghayati makna pelayanan sekedar sebagai upaya pemenuhan kebutuhan religiusitas kita. Padahal pelayanan yang dilakukan oleh Kristus bertujuan untuk mentransformasikan kehidupan manusia sehingga mereka mengalami pemulihan dan pendamaian dengan Allah. Jadi seharusnya pelayanan yang kita lakukan bertujuan untuk mengangkat martabat manusia yang  telah dicemarkan oleh kuasa dosa sehingga sesama dapat hidup bebas sebagai anak-anak Allah. Pelayanan kita seharusnya menjadi media penghubung sehingga sesama dapat berjumpa dengan Kristus selaku Juru-selamatnya. 


Setiap umat percaya terpanggil untuk membesarkan dan mempermuliakan Kristus. Sebab Dialah pusat dan tujuan hidup kita. Sehingga di dalam hati umat percaya tidak ada tokoh yang lebih besar dari pada diri Kristus. KeagunganNya melampaui keperkasaan setiap pahlawan dan para tokoh sejarah. Karena itu sejarah umat manusia akan berjalan ke arah keselamatan dan kebenaran jikalau menempatkan Kristus sebagai satu-satunya landasan dan tujuan hidup. Dengan demikian, sikap umat percaya seharusnya seperti sikap Yohanes Pembaptis yang berkata: “Ia harus bertambah besar, tetapi aku harus makin kecil” (Yoh. 3:30).

Jadi tindakan mencari orang besar adalah tidak lain menemukan jejak kehadiran Kristus di tengah-tengah orang-orang yang hidupnya sederhana namun tulus dan kaya dengan pengabdian. Sebab Kristus tidak pernah menghadirkan diriNya di tengah-tengah orang-orang yang hidup dengan sikap yang arogan dan bermain kuasa.
Yesaya. 53:3-4 berkata tentang sosok Mesias yaitu Tuhan Yesus: “Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan  dan yang biasa menderita  kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan. Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas  Allah”.

Jika Kristus hadir dalam setiap penderitaan yang membebaskan setiap orang-orang yang tertindas, maka sosok orang-orang besar adalah para ibu yang merelakan dirinya berkurban agar anak-anaknya berhasil. Atau orang-orang yang mempersembahkan seluruh kekayaan dan harta-miliknya untuk kesejahteraan banyak orang. Juga orang-orang yang memperjuangkan nasib sesamanya sehingga mereka kehilangan kebebasan dan masa depan karena mengalami penganiayaan dari para penguasa. Mereka semua adalah orang-orang besar yang hidupnya tersembunyi tetapi menghasilkan berkat yang nyata. Bagaimana dengan kehidupan saudara? Amin.

Fresh 4 U All GBU

Minggu, 27 Maret 2011

Jalan untuk memberi cinta



Kesulitan adalah jalan untuk menunjukkan kemampuan yang sebenarnya. Penderitaan adalah jalan untuk menunjukkan cinta yang sesungguhnya. Tidak ada kekuatan yg sanggup menahan lajunya cinta. Bahkan saat penderitaan, sakit, kekurangan dan bahaya, cinta justru menemukan jalannya sendiri.




Banyak yg mengisi harinya dengan mengeluh dengan berbagai kesulitan. Ada banyak juga yang tampil sebagai pribadi yang keras dan pemarah karena beban derita yang besar. Kita sendiri kerap tergoda untuk lebih mudah marah dan gampang membenci saat banyak masalah datang. 
Belajarlah bahwa penderitaan adalah sesungguhnya adalah jalan untuk menunjukkan cinta.



Semua penderitaan itu bermula ketika anak laki-laki mereka lahir dengan cacat bawaan. Cacat ini bukan pada fisik luarnya, tetapi pada bagian dalam tubuhnya. Otaknya tidak memperoleh suplai oksigen dengan baik. Tentu saja ini sangat berpengaruh buruk. Singkatnya, Rick, anak laki-laki mereka ini tidak akan bisa hidup normal.
Suami istri itu tidak menyerah begitu saja meski mendapati anaknya tidak akan bisa berjalan dan bicara. Mereka mencari jalan agar anaknya bisa belajar, bisa tumbuh, meski memiliki begitu banyak kekurangan. Saat Rick berusia 10 tahun orangtuanya memberi sebuah computer sederhana yang bisa sangat membantu Rick. Tentu saja tahun tersebut, 1972, tekhnologi belum sangat maju seperti sekarang. Toh kehadiran computer itu sangat menolong. Pelan-pelan Rick diajari mengeja huruf demi huruf. Kata pertama yang membahagiakan mereka adalah ketika Rick bisa menggerakkan mouse computer untuk mengeja kata sapaan, “hi Mom” dan “hi Dad”.
Pelan-pelan Rick dikenalkan dengan berbagai aktivitas anak-anak pada umumnya, meski ia menjalani dengan duduk di kursi roda. Ia diajari berenang, bermain hoki, dll. Akhirnya tahun 1975, ketika ia berusia 13 tahun, Rick di masukkan ke sekolah normal. Di sana ia belajar dan bisa mengikuti dengan baik, tentu dengan bantuan berbagai alat. Tidak hanya sampai di situ, Rick mampu menyandang gelar sarjana dalam bidang Pendidikan Khusus tahun 1993.
Seperti anak-anak dan pemuda pada umumnya, Rick sangat menyukai olah raga. Ia mengikuti beritanya dan sangat ingin terlibat di dalamnya. Di sinilah kebesaran cinta sang ayah sungguh diuji. Suatu saat di musim semi tahun 1977, Rick mengatakan ingin ikut dalam lomba lari 5 mil yanga da di kota mereka. Ayahnya menyetujui. Tentu saja, Rick tidak mampu berlari sendiri. Orangtuanya membuatkan kursi roda khusus yang bisa didorong sambil berlari. Ayahnyalah yang berlari sambil mendorong kursi roda anaknya.
Setelah ikut lomba tersebut, Rick seperti keranjingan untuk ikut lomba yang lain. Sang ayah selalu mengiyakan. Ia tidak pernah menolak keinginan anaknya. Suatu malam, Rick berkata pada ayahnya, “Dad, ketika aku ikut berlari, aku merasa bahwa aku bukan orang cacat.” Tentu saja ini sangat mengharukan bagi sang ayah.
Berbagai lomba telah mereka ikuti. Puncaknya ketika mereka terlibat dalam lomba iron-man. Lomba ini meliputi lari, bersepeda dan berenang di laut. Hal itu terjadi pada tahun 1992. Sekali lagi, sang ayah mengiyakan tanpa mengeluh akan permintaan anaknya tersebut. Saat itu usia Rick sudah 30 tahun dan ayahnya sudah 52 tahun. Setelah itu mereka masih mengikuti beberapa lomba yang lain lagi. Bapak anak ini menjadi sebuah team yang solid. Sang anak terus berusaha memberi semangat pada ayahnya dengan merentangan tangan dan menunjukkan raut muka gembira. Mereka telah menjadi satu. Mereka tidak mungkin berlomba secara terpisah. Sang ayah adalah tubuh dan anaknya adalah hati yang membakar semangat untuk terus berlari.
Mereka masih memiliki rencana akan mengikuti lomba marathon di Boston, yang merupakan lomba favoritenya Rick pada tahun 2011. Waktu itu terjadi, usia sang ayah sudah 70 tahun.
Apakah mereka masih bisa melakukan atau tidak. Namun yang pasti, ayah yang perkasa ini telah menunjukkan cinta yang sangat besar pada anaknya. Ia tidak pernah mengeluh, ia tidak menyalahkan keadaan, ia terus mencari cara untuk menikmati hidup, karena penderitaan anaknya adalah jalan baginya untuk menunjukkan cintanya.
Suatu saat Rick pernah ditanya, ‘jika bisa memberi sesuatu pada ayahmu, apakah yang ingin kamu berikan?’ Rick menjawab, ‘kalau mungkin, suatu saat ayah duduk di kursi ini dan aku yang mendorongnya.’
KIta dapat belajar banyak dari keluarga ini, dari ayah yang hebat ini.
Bapa perkasa yang penuh dengan cnta ini namanya DICK HOYT.


Kita diyakinkan bahwa selamanya kita tidak akan sendirian mengatasi persoaan didunia ini., kita memiliki Bapa yg sangat mengasihi, dengan kelembutan dan kekuatan yg bahkan tidak terbatas, Dia sanggup menjangkau kita dimana saja dan kapan saja, saat menghadapi masalah apa saja. Dia jauh- jauh lebih kuat dan hebat dari Dick Hyot
Dialah Yesus yg menjadi bapa kita sepanjang masa hingga kekekalan. Amin

God Morning Alll    ...Fresh 4 U all.................

by Haris Subagiyo
Redaktur Gracia Ministry

.
Diambil dari : KOMPASIANA

Sabtu, 26 Maret 2011

Beban yg pasti tidak melebihi kekuatan

Kadang beban persoalan tidak cukup kuat dibawa hanya dengan kedua tangan, karena kita harus memikulnya diatas pundak dengan berjalan sedikit terengah-engah. Bukan berarti, Allah tidak tahu dan tidak ikut merasakannya. Setiap orang harus tetap memikul bebannya masing-masing, besar atau kecilnya bukanlah ukuran yg perlu dipersoalkan. Selama manusia masih hidup, selama itu semua orang akan mengambil peran memikul beban. 

Bagaimanakah kita dapat belajar mengatasi berbagai persoalan hidup setiap hari tanpa harus merasa dibebani.
Belajarlah dari pengalaman Zhang Da !


Zhang Da adalah salah satu dari sepuluh orang yang dinyatakan telah melakukan perbuatan yang luar biasa dari antara 1,4 Milyar penduduk China. Pemerintah China mendengar dan menyelidiki apa yang Zhang Da perbuat maka merekapun memutuskan untuk menganugerahkan penghargaan Negara yang Tinggi kepadanya.
Tepatnya 27 januari 2006 , di propinsi Jiangxu, kota Nanjing, serta disiarkan secara Nasional ke seluruh pelosok negeri.

Kisah ini dimulai pada tahun 2001, Zhang Da ditinggal pergi oleh mamanya yang tidak tahan hidup menderita karena miskin dan karena suami yang sakit keras.
Dan sejak hari itu Zhang Da hidup dengan papanya yang tidak bisa bekerja dan tidak bisa berjalan, serta sakit-sakitan. Kondisi ini memaksa seorang bocah ingusan yang waktu itu belum genap 10 tahun untuk mengambil tanggung jawab yang sangat berat. Ia harus sekolah, ia harus mencari makan uantuk papanya dan juga dirinya sendiri, ia juga harus memikirkan obat-obatan yang pasti tidak murah.
Ia adalah salah satu sekian banyak anak yang harus menerima kenyataan hidup yang pahit di dunia ini.
Tetapi yang membuat Zhang Da berbeda adalah bahwa ia tidak menyerah. Hidup harus terus berjalan,tapi tidak dengan melakukan kejahatan, melainkan memikul tanggung jawab untuk meneruskan kehidupannya dan papanya.
Dari rumah sampai sekolah harus berjalan kaki melewati hutan kecil. Ia mulai makan daun, biji-bijian dan buah-buahan yang ia temui. Kadang juga ia menemukan sejenis jamur, atau rumput dan ia coba memakannya. Dari mencoba-coba makan itu semua, ia tahu mana yang tidak bisa ia makan dan mana yang bisa ditolerir olehnya.
Setelah pulang sekolah di siang hari dan sore hari, ia bergabung dengan beberapa tukang batu untuk membelah batu-batu besar dan memperoleh upah dari pekerjaan itu. Hasil kerja sebagai tukang batu ia gunakan untuk membeli beras dan obat-obatan untuk papanya.
Hidup seperti ini ia jalani selama 5 tahun tetapi badannya tetap sehat , segar dan kuat.
Zhang Da merawat papanya yang sakit.
Ia menggendong papanya ke WC, ia menyeka dan sekali-sekali memandikan papanya, ia membeli beras dan membuat bubur, dan segala urusan papanya, semua dia kerjakan dengan kasih.
Obat yang mahal dan jauhnya tempat berobat membuat Zhang Da berpikir untuk menemukan cara untuk mengatasi semua ini. Ia mulai belajar tentang obat-obatan melalui buku bekas yang ia beli.
Yang membuatnya luar biasa adalah ia belajar bagaimana seorang suster memberikan injeksi/suntikan kepada pasiennya.
Setelah ia rasa mampu, ia nekad untukmenyuntikkan papanya sendiri.
Orang bisa bilang apa yang dilakukan adalah perbuatan nekad, sayapun berpendapat demikian. Namun jika kita memahami kondisinya maka saya ingin katakan adalah anak yang cerdas yang kreatif dam mau belajar untuk mengatasi kesulitan yang sedang dialami dalam hidupnya.
Ketika mata pejabat,pengusaha, dan orang penting yang terkenal yang hadir dalam acara penganugerahan penghargaan tersebut sedang tertuju pada Zhang Da, pembawa acara bertanya kepada kepadanya,”Zhang Da, sebut saja kamu mau apa, sekolah di mana atau apa yang kamu butuhkan sampai lulus kuliah, pokoknya apa yang kamu mimpikan sebut saja. Karena di sini ada banyak pejabat, pengusaha orang terkenal yang hadir yaang apsti membantumu untuk mewujudkannya.
Setelah terdiam beberapa saat , lalu dengan suara bergetar iapun menjawab,”Aku mau mama kembali. Mama kembalilah ke rumah, aku bisa membantu papa, aku bisa cari makan, mama kembalilah!” Demikian Zhang Da bicara dengan penuh harap.
.
Banyak pemirsa menitikkan air mata karena sangat terharu, tidak menyangka apa yang keluar dari bibirnya.
Mengapa ia tidak meminta kemudahan untuk pengobatan papanya, mengapa ia tidak meminta sejumlah uang, 
Mengapa ia tidak minta rumah yang dekat rumah sakit, 
Mengapa ia tidak minta kabelece yang bisa membantunya.

Sementara ibunya memilih jalan untuk melarikan diri dari masalah, cari jalan yg enak dan mudah. Anak ini berani menghadapi persoalan yg seolah-olah jauh lebih besar dari kaspasitasnya. .
Tidak semua orang dewasa bisa sekuat dan secerdas Zhang Da dalam mensiasati kesulitan hidup.
Namun dari setiap kita telah dikarunia Tuhan kemampuan dan kekuatan istimewa untuk menjalani ujian di dunia.
Sehebat apapun ujian yang dihadapi pasti ada jalan keluarnya. Dalam setiap kesulitan ada kemudahan.

Apakah anda atau saya hari ini, mengalami beban persoalan yang lebih berat atau seberat dari seorang Zhang Da?


Itulah saatnya kita harus lebih bersemangat, kerja keras, lebih kreatif dan tak pernah lelah untuk memikul beban
Lari dari persoalan tidak akan pernah menyelesaikan masalah.
Merasa bisa, hanya menghiptonis diri saja!
Menyerah kalah dengan keadaan bukanlah watak kita!


Percayalah bahwa kita adalah orang yg tepat untuk memikul beban yg tepat dengan ukuran diri sendiri karena Tuhan sendiri telah menimbang bahwa:
Pencobaan yg kita alami adalah pencobaan-pencobaan  biasa yg pasti tidak akan pernah melebihi kekuatan kita!




Anda pasti bisa.....
Anda pasti mampu..
Anda pasti berhasil hari ini
Jangan pernah ada kekuatan yg  dibiarkan menahan laju kemajuan hidup Anda hari ini.
Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi kita yg mengasihi Dia yaitu bagi kita yg terpanggil sesuai dengan rencanaNya. amin...amin.....amin


God Morning.... Fresh 4 U all............
by Haris Subagiyo
Redaktur Gracia Ministry



Selingkuh Online

PIL di sini adalah ’Pasangan Idaman lain’.

Suatu ketika ada berita menarik di satu koran berjudul ’Selingkuh Online’.

”Sepasang suami istri di Bosnia memilih berpisah. Adnan Zenica (32 tahun) dan Sana Klaric (27 tahun) tanpa sadar telah saling curhat melalui internet. Mereka merasa telah menemukan belahan jiwa sejati.
Sang suami on line di kantor, sedangkan si istri di kafe internet. Keduanya memakai nama samaran dan menyembunyikan identitas yang sebenarnya. Adnan memakai nama ’Prince of Joy’, sedangkan Sana menggunakan ’Sweetie’.
Lalu mereka sepakat ”ngopi darat” di sebuah toko. Disepakati setangkai mawar merah menjadi penanda pertemuan.
”Saat kulihat suamiku menggenggam mawar merah masuk ke dalam toko, hatiku hancur,” tutur Sana. Adnanpun kaget bukan kepalang menyadari tak ada wanita lain di toko itu yang membawa mawar merah kecuali istrinya.
Akhirnya Adnan dan Sana saling menggugat cerai dengan alasan tidak setia.”
Cerita ini lucu sekaligus memprihatinkan. Mereka saling tertarik dan cocok di dunia maya. Tetapi di dunia nyata sebagai pasangan suami istri, mereka tidak seperti itu. Kemungkinan ada komunikasi yang tersumbat.
Banyak yang mengidamkan pasangan orang lain yang terlihat ’lebih’ daripada pasangannya sendiri. Padahal pasangannya sebenarnya permata berharga yang tidak bisa berkilau karena tidak ada ’sinar’ dari pasangannya di rumah.
Jadi sebelum mengharapkan pasangan anda ’berkilau’, anda harus ’menyinari’ pasangan anda dengan pengertian, kebaikan, kerja sama, dukungan, dan kebaikan-kebaikan lainnya.


Segarkan kembali "Cinta Sejati"




Sekarang ini, mungkin saja istri Anda bukan wanita dengan level cinta pertama dan terakhir, bahkan bisa jadi Anda masih dapat dengan segar menyebutkan: Maria, Marta, Marini, Marina, dan Mariatun sebagai orang yg pernah dekat dan spesial dengan Anda. namun ketahuilah bahwa istri Anda sekarang ini adalah pilihan yg paling baik diantara yg terbaik, Dia adalah pelabuhan cinta terakhir dan Cinta Sejati Anda.
Segarkan kembali cinta sejati didalam keluarga, jika  masih mungkin tersisa atau ada ceceran cinta....cinta ....yg lainnya!!!!

Belajarlah dari pengalaman cinta sejati!
Jam 8, pagi itu seorang kakek tua masuk ke klinik untuk mencabut jahitan di perutnya.  Dia bilang, saya sedang terburu-buru karena ada pertemuan lain jam 9.  Seorang dokter segera memeriksanya.  Terlihat dia selalu memperhatikan jam tangannya.  Sambil membersihkan bekas lukanya, dokter bertanya apakah bapak punya janji dengan dokter lainnya.  Kakek itu berkata: oh..... tidak ada.  Dia terburu-buru ingin segera pulang ke rumah untuk merawat dan sarapan dengan istrinya.  Lalu kembali dokter bertanya, “Memangnya istri Anda sedang sakit apa?”  Kakek itu berkata bahwa istrinya sudah sakit lumayan lama.  Dia menderita penyakit Alzheimer. (Alzheimer adalah jenis kepikunan yang 'mengerikan' karena dapat melumpuhkan pikiran dan kecerdasan seseorang.  Keadaan ini ditunjukkan dengan kemunduran fungsi intelektual dan emosional secara progresif dan perlahan sehingga mengganggu kegiatan sosial sehari-hari) 
“Apakah istri anda sedih jika anda terlambat pulang ke rumah?” tanya dokter.  Dia menjelaskan bahwa istrinya sudah tidak bisa mengenali orang lain, bahkan dia, suaminya sendiri tidak dikenalinya, semenjak lima tahun lalu.  
Dokter tersentak dengan jawaban kakek itu.  “Apakah anda tetap merawat dan sarapan bersama istri anda meskipun dia sudah tidak mengenali anda lagi?”  Dia hanya tersenyum dan sambil menepuk lembut tangan dokter dan berkata, “Istriku memang tidak mengenali aku lagi, tapi aku masih mengenali bahwa dia istriku!”
Dokter berusaha menahan air mata yang mengalir sewaktu kakek ini beranjak ke luar ruangan.  
Anda dan saya seharusnya bertekad “cinta seperti inilah yang harus aku berikan di dalam hidup”.

Cinta sejati itu milik orang yang masih mempunyai harapan walaupun mereka telah dikecewakan.


Milik mereka yang masih percaya, walaupun mereka telah dikhianati.
Milik mereka yang masih mencintai, walaupun mereka telah disakiti.
Dan milik mereka yang mempunyai keberanian dan keyakinan bahwa cinta bukan untuk sementara tetapi untuk selamanya.
Permulaan cinta adalah membiarkan orang yang kita cintai menjadi dirinya sendiri, dan tidak merubahnya menjadi gambaran yang kita inginkan. Jika tidak, kita hanyalah mencintai pantulan dari diri sendiri yang di temukan di dalam dirinya.
Bercinta memang mudah. Untuk dicintai juga mudah. Tapi untuk dicintai oleh orang yang kita cintai itulah yang sukar diperoleh.
CINTA sejati adalah saat kita dapat merelakan CINTA itu bahagia, bukan untuk mendapatkannya.
Satu-satunya cara agar kita memperoleh kasih sayang, ialah jangan menuntut agar kita dicintai, tetapi mulailah memberi kasih sayang kepada orang lain tanpa mengharapkan balasan.

– Dale Carnagie -
Sesungguhnya:
Cinta sejati bukanlah dimensi penampilan fisik atau romantisme belaka.  Cinta sejati adalah kesediaan menerima keberadaan pasangan hidup apa adanya, yang telah berlalu,   yang akan datang dan yang tidak bisa terjadi.
Orang yang berbahagia tidak harus memiliki semua yang terbaik, kadang mereka berbahagia karena sanggup menggunakan situasi sebaik-baiknya  apapun yang mereka miliki.
Kehidupan bukanlah melulu mengenai bagaimana mengatasi badai, tetapi kehidupan seringkali adalah bagaimana kita dapat menari  di tengah badai.
ah... indahnya hidup dalam cinta sejati..
Selamat pagi Dewiku....selalu bahagia bersamamu, Cintaku ........
Diberkatilah Sayangku, kekasihku, belahan jiwaku....selamanya kita berdua, 
selamanya kita berbahagia.....


Have nice day all...... God bless U all.................


by Haris Subagiyo
Redaktur Gracia Ministry
http://graciaministry.blogspot.com

Kamis, 24 Maret 2011

Batas antara Jalan Tuhan dengan kebetulan?

Menyimpulkan bahwa titik perhentian kita saat ini merupakan Jalan Tuhan sering kali berbenturan dengan fakta-fakta didepannya.  Jika jalan Tuhan mengapa realitanya adalah Karena jalan Tuhan bukan jalan kita dan rancangan Tuhan bukanlah rancangan kita.. Bagaimanakah kita tahu bahwa langkah kita saat ini merupakan jalan Tuhan ?

Suatu ketika di Decatur, Illinois (Chicago) hidup seorang anak laki-laki yg sangat tertarik pada seni photo (photography). Dengan tekun ia menabung uang jajannya untuk dapat membeli sejilid buku, lalu memesannya. Namun penerbit membuat suatu kekeliruan dalam menangani pesanan tersebut. Sebagai ganti buku tentang seni photo yg telah dipesan anak itu, penerbit mengirim sebuah buku tentang "Ventriloqouism" atau seni berbicara dengan perut. Anak itu sama sekali tak merasa tertarik pada buku itu, bahkan ia sama sekali tidak mengerti apa ventriloquisn itu. 
Ia pun tidak tahu bahwa sebenarnya ia dapat mengirim buku itu kembali lewat pos. 
Ia bisa saja mengesampingkan buku itu dengan penuh kekecewaan. 
Tetapi ia tidak berbuat demikian. Sebaliknya ia mulai membaca buku tersebut lembar demi lembar dan lambat laun ia merasa tertarik. Ia mulai mempelajari bagaimana berbicara dengan perut , yang akhirnya ia membuat sebuah boneka kayu yang ia namakan Charlie McCarthy. 

Dari kekecewaan Edwar Bergen, anak itu membangun suatu karir besar.(1930-1978) anak imigran Swedia Nilla Svensdotter (née Osberg) dan JohanHenriksson Berggren. Dia memberikan kinerja publik pertama di Waveland Avenue Congregational Church yang terletak di sudut timur laut Waveland dan Janssen. Pada tahun 1965 dia memberi kontribusi gereja dengan murah hati, sehingga foto dirinya yang telah diminta oleh negara untuk ditampilkan di ruangan majelis gereja yang didedikasikan untuk Bergen.


Dari kekecewaan, Bergen berhasil menjadi entertainer kondang baik di radio, TV maupun talk show. berikut beberapa karya layar lebar Edwar Bergen: Stage Door kantin (1943) dengan Mortimer Snerd Peran Film lainnya untuk tim termasuk Look Who's Laughing (1941) dan Here We Go Again (1942), Bergen dan McCarthy yang ditampilkan dalam Fun and Fancy Free (1947) The Muppet Movie (1979). Pada puncak popularitasnya pada tahun 1938, Bergen dibuatkan secara khusus piala Oscar Kehormatan (dalam bentuk patung Oscar kayu) untuk ciptaan-Nya Charlie McCarthy.
Ternyata kekecewaan dapat diubahkan menjadi karir besar....!

Dimanakah batas antara kebetulan dengan rencana Tuhan?
"Apakah kejadian itu kesalahan penerbit belaka atau merupakan pimpinan Tuhan, sehingga anak itu mendapatkan buku yg salah?"

Dalam menghadapi kekecewaan, sebelum kita menyerah paada rasa sayang diri atau rasa putus asa, biarlah kita bertanya, apakah dalam kekecewaan itu Tuhan mempuyai tujuan yg indah bagi kita?


Menjadikan Tuhan sebagai relasi bisnis

Menjadikan Tuhan sebagai relasi bisnis


Sikap sekulerisme yang sebagian mendorong orang untuk menjadi “atheistis” (tidak percaya kepada keberadaan Allah) dan sebagian mendorong orang untuk menjadi “deistis” (hanya percaya kepada Allah pencipta dan bukan pemelihara) seringkali tidak disadari oleh umat percaya (theistis) sebagai akibat ulah dan tingkah-laku mereka sendiri. Umat percaya sering mengecam

orang-orang yang menjadi atheistis dan deistik, tidak menyadari bahwa sikap dan tingkah-laku sering menjadi batu sandungan. Sebab mereka sering menganggap dirinya umat percaya (theistis) justru memperlakukan Allah dan Kristus hanya selaku “obyek” untuk memenuhi berbagai kepentingan dan kebutuhan mereka sendiri. 

Tepatnya orang-orang yang merasa dirinya percaya sering menempatkan mukjizat kesembuhan sedemikian rupa, tetapi dalam kehidupan sehari-hari mereka memperlihatkan sikap yang duniawi dan jauh dari sikap moral. Dalam hal ini orang-orang yang mengklaim percaya kepada Allah dalam hidup sehari-hari justru sering memperlihatkan sikap atheistis (jauh dari sikap iman) yang tidak bermoral. 
Padahal pada sisi lain cukup banyak orang yang menganggap dirinya seorang yang atheistis dalam kehidupan sehari-hari justru mereka memperlihatkan sikap yang sangat etis dan bermoral. Sehingga jelaslah bahwa sikap umat yang menganggap dirinya percaya (theisme) sering hanya terbatas pada harapan dan keinginan memperoleh berkat dan mukjizat dari Kristus. Mereka berdoa, beribadah dan melayani dengan sungguh-sungguh dengan harapan agar hidup mereka dikaruniai berbagai berkat dan mukjizat-mukjizat ilahi. Sehingga dengan pemberian berkat dan mukjizat-mukjizat dari Kristus tersebut mereka dapat berada di posisi yang lebih tinggi dan mulia dibandingkan dengan sesama yang kurang memperoleh berkat dan mukjizat. Dengan demikian sikap “theisme” dari umat yang mengklaim diri sebagai umat percaya sebenarnya sering dilatar-belakangi oleh sikap rohani yang sangat materialistis. 

Dibalik kehausan kerohaniannya, umat percaya justru sering memperlihatkan kehausan dan keserakahannya akan hal-hal yang duniawi. Karena itu tidaklah mengherankan jikalau orang-orang yang menganut paham sekulerisme menuduh umat beragama sebagai kelompok orang-orang yang munafik dan malas bekerja. Bahkan menurut Frederick Nietzche, umat Kristen pada zaman itu dianggap sebagai kelompok yang bermental budak (herden-moral), sebab umat Kristen tidak memperlihatkan sikap hidup yang ulet, rajin dan bertanggungjawab.

Apabila kita memperlakukan Allah atau Kristus hanya sekedar sebagai obyek untuk memenuhi segala kebutuhan dan keinginan pribadi yang duniawi, sebenarnya kita telah bersikap secara atheistis dalam arti yang sesungguhnya. Sebab Allah dan Kristus hanya menjadi obyek dari segala kepentingan diri sendiri. Kita menyembah dan beribadah kepadaNya hanya bertujuan untuk memperoleh apa yang kita inginkan. Sehingga yang kita harapkan atau inginkan dari Kristus hanyalah kuasa mukjizatNya. Kita seringkali secara faktual tidak terlalu mengharapkan relasi yang personal dan akrab dengan Tuhan Yesus. Seperti seseorang yang berbisnis yang

tujuan utamanya adalah keuntungan yang besar. Dia akan selalu berusaha berlaku baik dan ramah kepada setiap para pelanggannya dengan harapan mereka berminat untuk membeli barang-barang yang ditawarkan. Namun di luar konteks penawaran barang, dia akan kembali kepada watak aslinya, yaitu sikap egoistis dan tidak peduli dengan orang lain. 

Padahal sikap iman yang benar pada hakikatnya akan senantiasa menempatkan Allah sebagai subyek yang berdaulat, penuh kuasa dan memiliki kehendak bebas sesuai dengan kemurahanNya. Mereka sungguh-sungguh percaya dan mengasihi Allah dalam sikap yang murni walaupun dalam realitanya, Allah tidak senantiasa memenuhi seluruh harapan dan keinginan mereka. Sikap iman yang demikian tidak pernah mempersoalkan apa yang dapat mereka peroleh dari Kristus. Sebab yang mereka harapkan dari Kristus adalah anugerah keselamatanNya yang memampukan mereka untuk mengenal dan bertumbuh secara pribadi dalam kuasa kasihNya. 

Tepatnya sikap iman kepada Kristus lebih ditujukan kepada pengalaman akan penyataanNya selaku Tuhan dan Juru-selamat atas kuasa dosa dibandingkan hanya sekedar sebagai penyembuh ilahi atau pemberi berkat jasmaniah. Itu sebabnya mereka mampu bersyukur atas anugerah keselamatan dalam karya penebusan Kristus, walaupun secara duniawi mereka tidak memperoleh kekayaan yang berlimpah-limpah atau kesembuhan fisik yang prima. Bagi mereka makna keselamatan dalam karya penebusan Kristus telah cukup. Karya penebusan Kristus lebih tinggi dan mulia dibandingkan dengan seluruh berkat kekayaan atau kesembuhan atas penyakit jasmaniahnya.
entah sampai kapan kita akan memperlakuan Tuhan hanya sebagai mitra bisnis saja????

Totalitas pengabdian atau ibadah yg semu ?



Tuhan Yesus selalu berterus terang pada kita: bahwa tampilnya standar NILAI itu jauh lebih penting dari sekedar penampilan MODE. Kekristenan adalah persoalan nilai bukan mode, ekspresi phisik atau pesona kata-kata indah.

Pengabdian yg berjalan bersama ucapan syukur, pujian dan penyembahan adalah warna asli dari kekristenan . Sikap ini demikian suci, agung, megah, mulia seharusnya lebih dahulu diperankan oleh mereka yg lebih mengenal Tuhan, yg mengaku percaya Tuhan, melek Alkitab dan terdidik secara khusus di pelayanan, namun kita sering tidak lulus test ketaatan dalam melakukannya.


Ironi memang, orang-orang yg menjadi agen suara kebenaran sering gagal dalam ujian praktek ketaatan ,sehingga  tampilan sesungguhnya adalah peforma luar bukan mewakili kemurnian hati.

Apakah yg sedang kita kerjakan saat ini, Totalitas pengabdian atau ibadah yg semu ?



Lukas 7 : 36 -50


1. Spritualitas semu:  (ayat.44-45)



Simon orang Farisi mengundang Tuhan Yesus unuk makan dirumahnya.

Pemilik rumah dalam Injil mempunyai persamaan nama yaitu ‘Simon’, tetapi perlu diketahui bahwa nama ‘Simon’ adalah nama yang sudah umum (pasaran), Lebih jelasnya dalam Injil Matius dan Markus ia disebut sebagai ‘Simon si kusta’ (Mat 26:6), sedangkan dalam Lukas, ia adalah ‘seorang Farisi’ (ay 36). Seorang Farisi yg mengudang Tuhan Yesus makan dirumahnya sungguh pengalaman yg tidak lazim, karena orang Farisi secara umum tidak menge-pro (menyukai) Tuhan Yesus.
Lalu apa motivasi Simon mengundang Yesus?



Dilihat dari etiket baik yg bersedia mengundang Tuhan Yesus dan dari sebutan memanggil TUhan Yesus sebagai "guru" ayat. 40, Tampaknya Simon, berbeda dengan komunitas orang Farisi yang lain, Ia tidak memusuhi ataupun membenci pribadi maupun ajaran Tuhan Yesus. Tetapi, Simon juga bukanlah orang yang percaya, bukanlah orang yg mengasihi dan menghormati Yesus.

Mungkinkah ia mengundang Yesus tanpa tujuan.........?

Kemungkinan Simon sedang menginjak kopling netral (menghormati tetapi tidak percaya Yesus; respec not believe) atau berdiri diwilayah abu-abu, namun secara normatif sikap sebenarnya dapat dinilai merendahkan martabat Yesus.


Apa dasar theologisnya?

Perhatikan perlakuan Simon menurut tatakrama jaman itu! Menurut adat yg berlaku pada waktu itu, kepada semua tamu undangan yg dihormati harus ada tiga sikap "welcome" yg harus dilakukan oleh tuan rumah.

  • Clean Welcome: Ketika tamu datang, keluarlah seorang hamba membawa tempayan (wadah air) dan handuk untuk membersihkan kaki tamu dari debu. Maklum Timur Tengah (bukan jalan hot mix) jalan pasir dan berdebu dengan model sepatu sandal jadul yg terbuka dan bertali
  • Kiss Welcome: Ketika masuk kedalam rumah, tuan rumah mencium tamu sebagai ucapan selamat datang supaya merasa disambut dengan senang hati dan betah dirumah.
  • Fresh Welcome: Selanjutnya kepala tamu diurapi dengan minyak wangi untuk menyegarkan kelelahan selama perjalanan.

Tiga hal penting dalam tata cara penyambutan tamu ini, semuanya tidak dilakukan oleh Simon kepada Yesus. Ini artinya Simon sebenarnya tidak menempatkan Yesus sebagai orang yg dihormati dirumahnya atau dengan sengaja melanggar kesopanan!
Mengundang Tuhan Yesus dengan maksud palsu....



Aplikasi:



Dalam membangun relasi dengan Tuhan, tidak ada posisi netral atau tidak berpihak, semua yg kita kerjakan pastilah bermotif tujuan: semu atau sejati, mempermuliakan nama Tuhan atau sebaliknya mempermalukanNya. Orang lain mungkin saja luput atau salah untuk menilai kualitas karakter kita, namun Tuhan Yesus tahu segalanya sampai di kedalam hati kita.
Apa motivasi kita berbakti kepadaNya, apa yg kita harapkan dalam pelayanan?, Ada apa dibalik pemberian kita, berangkat dari mana kebaikan kita? Benarkah kita terpanggil untuk kebaikan manusia dan kemuliaan Tuhan.........?

Tidak ada yg tersembunyi, tidak ada yg tercecer dari catatanNya, semuanya terbuka dihadapanNya. Maksud baik, niat jahat atau bahkan sikap abu-abu.

Keberhasilan kita dalam mengelabuhi orang lain, tidak berarti Tuhan juga dapat kita bohongi. Tidak ada untungnya penampilan lahiriah kita yg tampak sempurna jika dikedalam hati Tuhan menilainya sebagai tulang belulang yg berserakan!


Bagaimakah seharusnya tampilan percaya, harapan dan cinta kita pada Tuhan?


2. Spritualitas sejati

Sementara Simon mengundang Tuhan Yesus dengan maksud yg semu, datanglah seorang perempuan yang terkenal sebagai seorang berdosa. Ia menangis tersedu-sedu, air matanya membasahi kaki Yesus. Dan menggunakan air matanya ia membasahi kaki Yesus, ia pergunakan rambut yg menjadi mahkotanya untuk menyeka air mata yg membasahi kaki Tuhan. ia bersujud dibelakang kaki Tuhan:  menciuminya dan meminyakinya dengan minyak wangi (ay 37b-38).
Ia adalah seorang wanita yg datang tanpa diundang (wanita penyusup), ia sedang menjatuhkan dirinya untuk memberikan penghargaan yg setinggi tingginya pada Tuhan Yesus. hanya dengan satu tujuan memberi....memberi dan memberi.....tak mengharapkan pamrih....
Kita dapat saja memberi kepada siapa saja tanpa mengasihi tetapi kita tidak dapat mengasihi tanpa memberi yg terbaik.
The Spirit of love is  the spirit of giving........

Siapakah perempuan ini?
Ada yang mengatakan bahwa ia adalah Maria dari Betania, yaitu saudara Marta dan Lazarus. Tetapi perlu dicamkan bahwa sekalipun Maria dari Betania pernah mengurapi Yesus dalam peristiwa yang serupa (Mat 26:6-13 Mark 14:3-9 Yoh 12:1-8), tetapi peristiwa itu berbeda atau tidak paralel dengan peristiwa dalam Luk 7:36-50 ini!

Jadi, sebetulnya kita tidak tahu siapa nama perempuan ini. Yang jelas ia adalah seseorang yang terkenal sebagai seorang yang berdosa (ay 36). Dari istilah itu kebanyakan penafsir menganggap bahwa ia adalah seorang pelacur, tetapi inipun belum tentu benar, karena Alkitab biasanya menyebut pelacur secara terang-terangan.

Satu hal, wanita ini dulu pembuat dosa namun sekarang telah diubahkan menjadi orang yg membenci dosa,ia mau menyampaikan terimakasih atas pengampunan yg dikerjakan Allah.

Statusnya sebagai orang yg terkenal berbuat dosa telah seolah terhapus oleh harumnya aroma parfum yg ditumpahkan dikaki Yesus.
Teladan dari spiritualtas sejati:

1. Memberi karena telah mendapatkan yg kekal (pengampunan dosa)

Ia terkenal sebagai seorang yang berdosa (ay 37a).namun kini ia menjadi penyembah Tuhan yg memberi hidup karena sudah diubahkan hidupnya oleh Tuhan. Jadi pengabdian dan penyembahan harus berangkat dari perubahan karakter kita bukan keinginan berbuat baik.

kata yg dipakai untuk menjelaskan bagian ini ke dalam past perfect tense: ‘who had been a sinner’ (= yang dulunya adalah seorang berdosa), supaya orang tidak beranggapan bahwa pada saat itu ia masih adalah orang berdosa. Alasan yg benar kita memberi adalah karena sudah diberi sesuatu yg bernilai kekal dari Tuhan bukan supaya kita diberi hal-hal yg temporer (sementara).

2. Memberi walaupun banyak alasan untuk tidak memberi

Perempuan itu sanggup mengatasi halangan untuk datang kepada Yesus.
Rasanya tidak mudah bagi perempuan itu, yang terkenal sebagai orang yang berdosa untuk datang dan melakukan tindakan kasih kepada Yesus, mengingat diskriminasi sosial dan spiritual ada batasan antara orang berdosa dan orang saleh sangat kuat (Luk 15:1-2). Pasti ada halangan (social barrier) bagi dia: dari orang-orang di sekitarnya, teman-temannya, atau mungkin dari bisikan setan ke dalam hati, pikirannya, yang mengatakan bahwa ia sudah sangat jatuh dalam dosa sehingga tidak layak untuk datang kepada Yesus.
Namun wanita itu tetap memberi karena alasan Tuhan Yesus, terlepas dari keteladanan orang lain atau apa kebutuhannya sendiri. Tuhan Yesus menjadi alasan sekaligus kekuatan untuk mengatasi segala rintangan.
Pertanyyan etis yg mungki Anda ajukan: Pantaskah orang yg tidak diundang boleh masuk 
kerumah orang yg sedang mengadakan perjamuan makan?

William Barclay menjelaskan: Merupakan suatu kebiasaan bahwa pada waktu seorang Rabi sedang makan di suatu rumah, semua jenis orang datang ke rumah itu - mereka cukup bebas untuk melakukan hal itu - untuk mendengarkan mutiara-mutiara hikmat yang jatuh dari bibirnya.

Lalu apa motivasinya sehingga sedemikian kuat memiliki keberanian untuk mendatangi Tuhan Yesus?
Pastilah desakan di dalamnya untuk menyatakan rasa terima kasih kepada Yesus begitu tidak bisa ditahan sehingga tidak ada apapun yang bisa menghentikan dia dari melakukan apa yang ingin dilakukannya

3. Memberi dengan semangat Kasih

Perempuan itu menangis, dan membasahi kaki Yesus dengan air matanya, dan menyekanya dengan rambutnya, dan mencium kaki Yesus (ay 38a).

‘Mencium’.kaki Yesus
Kata ‘mencium’ dalam bahasa Yunaninya adalah KATEPHILEI, yang artinya ‘fervently / affectionately kissed’ ( mencium dengan sungguh-sungguh atau dengan penuh kasih sayang), atau ‘repeatedly kissed’ ( mencium berulang-ulang).
Kata yang sama digunakan dalam Luk 15:20 (ciuman bapa kepada anak bungsu yang kembali), dan juga dalam Mat 26:49, Mark 14:45 (ciuman Yudas Iskariot kepada Yesus!).
Ciuman mempunyai beberapa kemungkinan makna yaitu: kasih, penghormatan, permohonan, ketundukan, dan ibadah atau penyembahan.
Adam Clarke berkata bahwa: Ciuman digunakan pada jaman kuno sebagai simbol dari kasih, penghormatan agama, ketundukan, dan permohonan.

4. Memberi dengan kerelaan Pengorbanan

‘menyeka dengan rambutnya’.
Bagi orang-orang Yahudi merupakan sesuatu yang memalukan bagi seorang perempuan untuk mengurai rambutnya apalagi untuk menyeka dengan rambutnya di depan umum, tetapi perempuan ini bersedia melakukan pengorbanan tersebut. Maria dari Betania (saudara Marta dan Lazarus) melakukan pengorbanan yang serupa, karena kasihnya yang besar terhadap Yesus (Yoh 12:3).

5 Memberi yang paling Berharga

Perempuan itu meminyaki kaki Yesus dengan menggunakan minyak wangi, yang tentu saja mahal harganya.
Perempuan-perempuan Yahudi umumnya memakai sebuah botol minyak wangi yang digantungkan pada seutas tali di sekeliling leher, dan itu merupakan sebagian dari diri mereka sedemikian rupa sehingga mereka diijinkan oleh Torat untuk memakainya pada hari Sabat . Terlihat bahwa minyak wangi itu bukan hanya mahal, tetapi juga merupakan sebagian dari diri pemiliknya. Namun perempuan ini rela mempersembahkannya bagi Yesus! Tidak ada yang terlalu bagus yg dapat diberikan kepada Tuhan Yesus
Jika kita sungguh mengasihi Tuhan Yesus, dorongan kasih itu merelakan kita memberikan segalanya bagi Dia seolah-olah milik kita tida berharga bagi kemuliaanNya.

6. Memberi dengan Totalitas

Akhirnya ia mengurapi kaki-kaki Yesus dengan minyak wangi itu. Biasanya ini dicurahkan pada kepala. Penggunaannya pada kaki-kaki mungkin merupakan suatu tanda kerendahan hati. Mengurusi kaki-kaki merupakan tugas yang rendah, tugas yang diberikan kepada seorang budak..
Sesuatu yang luar biasa dari perempuan ini adalah bahwa ia memberikan sesuatu yang berharga untuk Yesus, tetapi ia tidak memberikannya dengan perasaan bangga, tetapi dengan perasaan tidak layak, sehingga ia mencurahkannya ke kaki Yesus!
Habis sudah semua keberhargaan dirinya dihadapan Tuhan, tak menyisakan kebanggan sedikitpun dalam hidupnya sebagai manusia. Perempuan ini telah berani memberikan semuanya, yg paling baik dengan kasih untuk Tuhan. Inilah totalitas pengabdian sejati!

Aplikasi
Lebih dari sekedar kesembuhan, pemulihan keluarga, mendapatkan peluang bisnis, atau tpenghiburan atau kekuatan. Momentum perjumpaan dengan Tuhan Yesus pasti berdampak revolusi spiritual, perubahan yg mendasar dan bernilai kekal. Perubahan ini nyata berbuahkan kebenaran dan kasih. Indikasi perubahan hidup tampak dari apa yg sedang kita berikan kepada Tuhan. Fokus pada sikap yg memberi dan berTuhankan Kristus setiap hari.

Watak kekristenan yg esensial bukan keberhasilan kita mengeruk kekayaan sorga untuk memfasilitasi hidup kita didunia. Kita bangga dengan prestasi material, posisi karir dan masa depan karena menunjukkan tingkat relasi dan kesalehan pada Tuhan sehingga Tuhan balas memberkati. apa ya....benar..........Kekristenan bukanlah agama menerima tetapi ajaran Kristus yg mendorong kita memiliki keberanian memberikan sesuatu kepada Tuhan dengan kasih tanpa pamrih, seluruhnya dan yg paling baik.

Anda masih bertanya lho....terus  apa bagian yg pantas saya diterima...?

Eh broooo.....Anda berpikir Tuhan berkepentingan dengan pemberian kita. oooooh tidak
Segala yg kita beri tidak menambahkan kekayaanNya
Semua yg tidak kita berikanpun juga tidak mengurangi kemuliaanNya.
Justru kita yg berkepentingan dengan pemberian kita sendiri.
Ini solusi yang Tuhan berikan untuk kita:
kalau kita berani membeli kerajaan sorga sekarang ini, maka Tuhan akan memberikan bonus semuanya...
Anda beli satu saja dan silahkan bawa pulang semuanya sekalian dengan keranjangnya, semuanya habiskan....jangan ada yg tersisa.....semua untuk Anda......ho oh...ho oh mau........

Pikirkan dan kerjakan saja apa yg menjadi peran kita: memberi yg paling baik, tanpa pamrih dengan kasih dan jangan pernah meragukan Tuhan melupakan pekerjaanNya memberkati kita. amin.

Selamat melayani
God Bless U all...................

by Haris Subagiyo
Redaktur Gracia Ministry http://graciaministry.blogspot.com