Senin, 18 April 2011

Tetap bersinar dibawah mendung derita

Kualitas pelayanan Kristen menuntut kita untuk menyikapi persoalan hidup yg paling berat sekalipun, lebih dari sebagai orang-orang yg cakap dalam bertahan (defensif) tetapi menjadi pribadi yg berani maju, terus berjuang melewati segala rintangan mencapai kemenangan sampai garis akhir.
Realitas penderitaan bukanlah pembenaran argumentasi kita untuk menurunkan bobot iman atau bahkan sengaja menghentikan langkah maju dan berkarya bagi Tuhan.
Walau mendung bergelayut menutupi bumi, sinar terang haruslah tetap terpancar dari iman kristen yg memandang Allah sebagai tujuan hidup.
Sanggupkah iman kita bersinar ditengah kekelaman hidup?


I Petrus. 2:18-25 
Latar Belakang
Kulifikasi penderitaan umat percaya yang dikemukakan di sangatlah khusus dan unik. Sebab penderitaan tersebut dialami oleh orang-orang Kristen yang waktu itu berlatar-belakang dari golongan ekonomi yang sangat miskin;  yang saat itu berstatus sebagai para budak. Dimana hak hidup mereka telah dirampas secara paksa oleh tuan mereka. 

a. Budak adalah gambaran mereka yg kehilangan hak hidup dan masa depan.


Sejarah mencatat tentang perlakuan-perlakuan yang sangat bengis dan tidak manusiawi terhadap mereka yang berstatus sebagai budak. Warna hidup mereka bagaikan sansak yg dapat dianiaya, dipukuli atau diperlakukan seperti kuda  yg dipaksa bekerja keras yang melampaui  batas-batas normal hingga dijadikan komodi yg dapat diperjual-belikan  oleh tuan mereka kepada orang lain tanpa ada orang yang dapat membela atau melindungi diri mereka.

b. Budak adalah alat yg hanya boleh berguna bagi orang lain. 

Karena itu orang-orang yang menjadi budak pada zaman itu sama sekali tidak memiliki lagi hak bagi hidup mereka sendiri. Kondisi memaksa  mereka hidup hanyalah untuk menghidupi dan melayani orang lain yang menjadi majikan mereka, sama sekali bukan utuk hidup bagi dirinya sendiri.

c. Budak simbol pengabdian tanpa menuntut upah

Semua budak tidak pernah menerima upah apapun walau mereka telah bekerja keras, membanting tulang dan mengerahkan seluruh tenaga dan waktu sepanjang hidup mereka. Hidup mereka sudah menjadi milik tuannya sehingga tidak dibutuhkan lagi penghargaan atas pekerjaannya.

d. Budak adalah realita arogansi superior kepada yg inferior.

Tuan tidak  menggunakan komunikasi verbal (perkataan) untuk memanggil atau memerintah budak sebagai bagain dari gengsinya. Ia cukup menepuk tangan dalam memberi isyarat pada budak. Demikian murah dan tak berharganya mereka yg menjadi budak. 
Apabila mereka suatu saat bertindak melawan karena tidak tahan terhadap perlakuan para majikan yang kejam itu, maka mereka akan mendapat hukuman siksaan yang sangat keji. 

Bagi para budak yang berani memberontak, melawan atau mereka yang melarikan diri dari para tuannya tetapi kemudian mereka dapat tertangkap kembali. Para budak ini akan dipaksa untuk memanggul beban yang sangat berat di atas kepalanya, tubuh mereka akan diikat dan digantung pada tiang gantungan, atau mereka akan mendapat cambukan di punggung secara bertubi-tubi sehingga menimbulkan bekas bilur-bilur yang dalam. 
Saat itu belum ada hukum atau peraturan yang dapat menjerat para majikan yang berlaku bengis dan kejam terhadap para  budaknya. Sebab hukum yang ada justru melindungi para majikan untuk memperlakukan para budak sesuka hatinya.



Di tengah-tengah situasi perbudakan yang demikian, rasul Petrus memberi nasihat kepada para budak yang menderita dianiaya oleh para tuannya, demikian: 
Hai kamu, hamba-hamba, tunduklah dengan penuh ketakutan kepada tuanmu, bukan saja kepada yang baik dan peramah, tetapi juga kepada yang bengis



1. Penderitaan bukanlah alasan untuk menurunkan KUALITAS IMAN.ayat.18 


Anggota jemaat yang menjadi pengikut Kristus yg berstatus budak memang dapat menderita lahir batin karena perlakukan kasar majikan. Namun harus tetap bersikap hormat, mau tunduk dan tidak melawan kepada tuan mereka baik kepada tuan yang berlaku ramah  atau yang murah hatinya maupun kepada tuan yang berlaku bengis. 

Kita dipanggil melebihi dari harapan untuk sekedar keluar dari persoalan pribadi. Namun ada tuntutan sikap yg lebih bernilai dari sekedar keluar dari penderitaan, yaitu KETAATAN pengabdian pada Allah. 
Penderitaan, penolakan, ketidakadilan, arogansi dalam pelayanan bukanlah kesempatan kita merintih untuk menjual keberanian dan membeli simpati dari orang lain.
Berhasil keluar dari penderitaan adalah perkara biasa-biasa saja, nilainya rata-rata, tidak menggugah hati Allah untuk memberi inisiai jempol pada kita. Allah merindukan kita untuk dapat memanfaatkan penderitaan sebagai kesempatan untuk memunculkan kualitas iman yg semakin murni 
Penderiataan akan menjelaskan kualitas konstruksi iman kita!, didasari oleh jerami, kayu kering atau batukarang. Pesan moral yg hendak disampaikan oleh rasul Petrus adalah:
Iman kita kepada Allah tak  boleh digoncangkan oleh tekanan phisik dan psikis: pukulan, kemarahan, aniaya dan ketidak adilan. 
Iman yg terus bersinar melewati awan kegelapan, hujan badai dan gelombang. 
Iman yg memiliki visi untuk lebih dari tercapainya pemenuhan kepentingan dirisendiri. 
Iman yg terus bergerak maju menerobos celah-celah gunung persoalan  hingga berhasil mencapai puncak kemenangan sampai garis akhir. 


2. Penderitaan adalah kesempatan hidup dalam ANUGERAH ALLAH.ayat.19


Sebab adalah kasih karunia, jika seorang karena sadar  akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung”.  
Kualifikasi penderitaan yg dimaksud sangatlah jelas: menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung. artinya kita tidak sedang dalam posisi pembuat persoalan tetapi sebagai korban ketidak adilan, kesewenangan atau arogansi bahkan tatanan sistem  yg kotor.   
Nasehat yg disampaikan rasul Petrus ini cukup mengejutkan karena berlawan dengan logika etis!
Sebab kepada para budak yang telah hidup sangat menderita akibat paksaan untuk bekerja melampaui harapan dan kemampuan serta siksaan yang tidak manusiawi dari para tuannya itu. Namun justru mereka diminta  untuk menghayati penderitaannya sebagai kasih karunia Allah. 


Rumusan kehidupan yg disampaikan rasul Petrus ini lebih dari sekedar kata-kata manis, ucapan penghiburan atau bentuk simpati yg mendalam terhadap praktek perbudakan yg menimpa jemaat. Ini adalah cara Allah bukan cara dunia ini.
Cara yg dipakai bukanlah pendekatan psikologis untuk memberi stimulasi supaya tetap gairah meski dalam penderitaan. Juga bukan dengan pendekatan etis. Malahan yg disampaikan Firman Tuhan adalah FORMULA YG A-SIMETRIS (berlawanan dengan logika etis).
"adalah kasih karunia" Penderitaan sebagai konsekuensi iman dapat kita sadari bukan sebagai kehinaan, kutuk, atau nasib sial yg menimpa hari depan kita. Penderitaan karena menangung apa yg seharusnya tidak usah kita tanggung adalah KEHORMATAN yg diberikan Allah sebagai anugerah.
Jika konsep anugerah hanya dipersepsikan sebagai berkat yg membawa sukses pelayanan, bisnis, relasi dan keluarga kita maka:


Kita akan terkaget-kaget untuk menerima kenyataan iman kristen yg menjelaskan bahwa penderitaan karena konsekuensi iman adalah kasih karunia Allah.
Kita tidak memiliki energi untuk menyampaikan ucapan syukur untuk keadaan yg sedang kita hadapi bahkan cenderung patah semangat (muthung: bhs.Jawa) dalam pengabdian kepada Tuhan.


3. Penderitaan adalah REALITA alami para pengikut Kristus. ayat.21


 “Sebab untuk itulah kamu dipanggil, karena Kristuspun telah menderita untuk kamu dan telah meninggalkan teladan bagimu, supaya kamu mengikuti jejakNya” 
Semua pengikut Kristus bukanlah mereka yg dipanggil hanya untuk percaya pada Kristus tetapi dipanggil untuk menderita bersama dengan Kristus. Standar pembenaran sikap kita tidak diukur dari para martir atau bapa-bapa gereja yg terbukti kokoh dalam iman. Tolok ukur kita adalah Tuhan Yesus peran pengabdian Kristus dikayu salib.


Imitatio Christi 
adalah panggilan untuk hidup menderita bersama Kristus.
Orang-orang percaya yang saat itu berstatus sebagai para budak dipanggil untuk memiliki spiritualitas Kristus, yaitu agar mereka sungguh-sungguh mengikuti jejak dan pola kehidupan Kristus.


Bagaimanakah karakteristik penderitaan Kristus:  ayat.33


Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil


a. Di tengah-tengah pergumulan, penderitaan dan kematianNya Kristus tetap menampilkan integritas diriNya yang sempurna. 


b. Pada saat Tuhan Yesus diperlakukan secara kejam dan tidak adil, Dia tidak pernah membalas kejahatan dengan kejahatan, caci-maki yang dilontarkan oleh para musuhNya dengan caci maki, pukulan dari para lawanNya dengan pukulan dan nyawa dengan nyawa. 


c. Ketika Ia diperlakukan secara tidak adil dan sewenang-wenang. tidak ada catatan pelanggaran yg dilakukan Tuhan Yesus adalah: “Ia tidak berbuat dosa” (I Petrus. 2:22) 


d. Tuhan Yesus telah menampilkan sosok diri dari “Hamba Tuhan yang menderita” dan yang mampu menghadapi setiap penderitaan dan kematianNya dengan kasih yang sangat sempurna. 


Dorongan instintif VS Panggilan hidup yang berkualitas


Penderitaan sekarang ini adalah saat dimana kita  dapat hidup secara berkualitas dalam spiritualitas Kristus di tengah-tengah pergumulan dan penderitaannya. Namun kita sering dibelokkan dengan kecenderungan manusia pada saat dia mengalami penderitaan dan perlakuan tidak adil atau kejam adalah hawa nafsu untuk membalas tindakan yang sama kepada si pelaku. 


Dorongan instingtif tersebut kemudian dilegitimasikan oleh berbagai ideologi, budaya, adat-isitiadat, filosofi bahkan sistem pengajaran agama sehingga penyelesaian terhadap kejahatan sepanjang perjalanan sejarah manusia senantiasa diwarnai kekerasan dan balas dendam. 


Sikap Kristus sepanjang hidupNya tidak pernah membalas kejahatan dengan kejahatan; tetapi Dia senantiasa membalas kepada si pelaku kejahatan dengan kasih, kesabaran, dan kesediaan untuk berkorban. 


Demikian pula anggota jemaat yang pada waktu itu berstatus sebagai para budak yang kerap dianiaya dan diperlakukan secara tidak adil oleh para tuan mereka; mereka dipanggil untuk senantiasa meneladan sikap Tuhan Yesus. Mereka dipanggil untuk kaya dalam kasih dan sabar menderita seperti yang telah dilakukan oleh Tuhan Yesus; tetapi dengan suatu keyakinan yang kokoh, yaitu: “menyerahkan kepada Allah yang akan menghakimi dengan adil” (I Petr. 2:23).  


Iman kepada Kristus menyadarkan umat percaya sepanjang zaman, yaitu bahwa hanya kasih Allah yang rela berkorban akan mampu mengubah setiap sistem dan pola kehidupan yang buruk. Walau kasih Allah tidak segera direspon oleh dunia ini , namun Realita KASIH KRISTUS yg tidak terbatas didemontrasikan dikayu salib telah lebih dahulu merubah hati kita untuk dipenuhi kasihNya. kasih Allah itu yg memampukan kita berhasil mentransformasi segala situasi yang jahat menjadi kebaikan.


Sahabatku yg super
Di manakah posisi kita saat ini berada? 
Apakah kita menderita karena menjadi korban, ataukah kita menderita akibat kelakuan kita yang jahat? 
“Sebab dapatkah disebut pujian, jika kamu menderita pukulan karena kamu berbuat dosa? Tetapi jika kamu berbuat baik dan karena itu kamu harus menderita, maka itu adalah kasih karunia pada Allah” (I Petr. 2:20).  Amin.


Godmorning All...selamat bersibukria menyambut Paskah 2011
GodblessU all.....


by Haris Subagiyo





Tidak ada komentar:

Posting Komentar