Minggu, 04 Desember 2011

YESUS, SANG TERANG DUNIA SEBAGAI SATU-SATUNYA JALAN

(Mat. 11:2-6)


Keragu-raguan umat manusia khususnya umat Kristen di atas muka bumi untuk mengakui bahwa Tuhan Yesus sebagai satu-satunya jalan, kebenaran dan hidup adalah saat ini kita berada di tengah-tengah kehidupan yang serba pluralistis (majemuk). Tiap-tiap agama menawarkan dan mengklaim bahwa agama mereka sebagai satu-satunya jalan keselamatan. Ketika setiap agama mengklaim bahwa diri mereka sebagai yang mutlak, maka pada saat yang sama umat manusia didorong untuk menyadari bahwa tiap-tiap klaim tersebut menjadi serba relatif. Agama kehilangan kekuatannya ketika ia gemar mempromosikan dirinya dengan propaganda. Sebab dengan membuat propaganda bahwa dirinya sebagai yang mutlak, maka agama telah menyamakan dirinya dengan pola pikir dunia pemasaran bahwa dirinya memiliki merk nomor satu. Di tengah-tengah kehidupan kita telah terbiasa mendengar tiap-tiap produk mengiklankan dirinya sebagai yang terbaik dan terunggul, tetapi kita juga tahu siapa di antara mereka yang benar-benar nomor satu dan berkualitas unggul.

Selain keragu-raguan di tengah-tengah pluralisme agama, kita selaku umat Kristen sering bimbang bahwa Tuhan Yesus sebagai satu-satunya jalan, kebenaran dan hidup ketika secara faktual kita berada dalam kesusahan dan pergumulan berat namun Tuhan seakan-akan tidak menolong diri kita. Sikap kita seperti yang dilakukan oleh Yohanes Pembaptis ketika ia di penjara, ia menyuruh murid-muridnya bertanya kepada Tuhan Yesus, “Engkaukah yang akan datang itu atau haruskah kami menantikan orang lain?” (Mat. 11:2-3). Pada saat kita mengalami kesedihan, kesusahan dan penderitaan yang berat; kita mengharapkan pertolongan dari Tuhan. Namun seringkali Tuhan tidak segera menolong atau menjawab permasalahan kita. Karena itu tidak mengherankan banyak orang Kristen di tengah krisis dan pergumulan hidup yang berat, bertanya, benarkah Tuhan Yesus sebagai satu-satunya jalan keselamatan?

Ketika Tuhan Yesus menerima pertanyaan para murid Yohanes Pembaptis yang meragukan keMessiasanNya, Ia menjawab mereka: “Pergilah dan katakanlah kepada Yohanes apa yang kamu dengar dan kamu lihat: orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik. Dan berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolak Aku” (Mat. 11:4-6). Keragu-raguan Yohanes Pembaptis terhadap diri Tuhan Yesus tidak dijawab dengan jawaban yang mengandung propaganda. Tetapi Yohanes Pembaptis diajak untuk memahami fakta kuasa diri Tuhan Yesus yang telah menunjukkan karya Allah yang menyelamatkan, yang mana orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik. Yohanes Pembaptis dan para muridnya mungkin akan menjadi lebih ragu dan bimbang terhadap keMessiasan Yesus, seandainya Tuhan Yesus saat ini hanya memberi jawaban yang hanya berisi klaim-klaim pribadi, bahwa diriNya sebagai satu-satunya jalan keselamatan. Bahkan kalau kita membaca dengan teliti Yoh. 14:6, yang mana Yuhan Yesus berkata: “Akulah jalan, dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa kalau tidak melalui Aku” dilanjutkan dengan pembuktian diri, agar kita melihat pekerjaan-pekerjaan yang dilakukanNya. Di Yoh. 14:11, Tuhan Yesus berkata, “Percayalah kepadaKu, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku; setidak-tidaknya, percayalah karena pekerjaan-pekerjaan itu sendiri”.

Iman Kristen dan gereja mengakui dengan pasti bahwa Tuhan Yesus sebagai satu-satunya jalan keselamatan bukan karena hanya didasarkan pada ajaran dan khotbahNya, tetapi lebih didasarkan pada bukti-bukti pekerjaan atau karya keselamatan yang telah dilakukan oleh Tuhan Yesus. Karya keselamatan yang dilakukan oleh Tuhan Yesus terlihat mulai dari saat Dia lahir, ketika Ia melayani dan akhirnya Ia mati di kayu salib serta dibangkitkan. Itu sebabnya iman Kristen senantiasa menggambarkan diri Yesus sedang melakukan tindakan kasih Allah tanpa henti-hentinya. Dia tidak digambarkan senantiasa dalam posisi duduk seperti Budha digambarkan. Wajah kemanusianNya ditampilkan jelas, tidak disembunyikan dalam simbol huruf atau kalimat seperti teologi Islam. Tahukah Saudara, bahwa pengaruh karya Tuhan Yesus kini terlihat dalam berbagai aspek kehidupan. Bahkan pola pikir dan kebijaksanaan Yesus mempengaruhi pola perjuangan dari Mahatma Gandhi yang beragama Hindu? Perhatikan pula prinsip-prinsip management dan kepemimpinan sangat dipengaruhi oleh pola pemikiran Tuhan Yesus. Juga prinsip-prinsip demokrasi dan Hak Asasi Manusia pada hakikatnya tidak dapat dilepaskan dari pengaruh iman Kristen. Itu sebabnya Charles C.Manz menulis sebuah buku tentang bagaimana pengaruh kepemimpinan dan kebijaksanaan Yesus bagi umat manusia sepanjang abad. Dia menulis buku dengan judul: “The Leadership Wisdom of Jesus” (Kebijaksanaan kepemimpinan Yesus). Seluruh kehidupan dan pelayanan Tuhan Yesus mencerminkan seluruh karya Allah yang memberi terang bagi bangsa-bangsa dalam perjalanan sejarahnya. Sehingga tepatlah jika Natal tahun 2004 diberi tema: “Telah hadir! Terang Bagi Bangsa-bangsa” yang diinspirasi dari nubuat nabi Yesaya yang berkata, “Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar” (Yes. 9:1).

Jika konteks bangsa dan negara, serta umat manusia pada umumnya kini berada dalam kegelapan atau masih hidup dalam kekelaman, maka pada saat yang sama bangsa dan negara serta umat manusia saat ini sangat membutuhkan jalan keselamatan. Yang mana jalan keselamatan itu kini mengarah kepada satu jalan, yaitu Tuhan Yesus sebagai satu-satunya jalan, kebenaran dan hidup. Sebab agama-agama di dunia ini makin membuktikan keterbatasan dan kegagalannya untuk membangun dunia dan kehidupan ini menjadi lebih baik. Ini berarti kita selaku umat Kristen memiliki tugas besar, agar bangsa dan negara serta sesama kita makin terbuka hatinya kepada kasih Allah sebagaimana yang dinyatakan dalam pekerjaan-pekerjaan Tuhan Yesus. Dalam situasi ini, kita selaku gereja sering berada di tengah-tengah kontradiksi kerohanian yang serba mendua. Kita dipanggil untuk menjadi berkat, tetapi pada sisi lain hidup kita berada dalam cengkeraman dan belenggu kuasa dosa. Sehingga perbuatan dan pekerjaan-pekerjaan yang kita lakukan sama sekali jauh dari tindakan memberkati. Mengamini firman Tuhan agar kita dapat menjadi terang seperti kehadiran bayi Tuhan Yesus di atas bumi, berarti kita saat ini mulai melangkah pada suatu perubahan mendasar dalam kepribadian kita. Salah satu pemicu kerusuhan di Poso disebabkan kebiasaan orang Kristen di Indonesia Timur yang kebanyakan masih menyukai kebiasaan mabuk sehingga kemudian dia menganiaya sesamanya yang kebetulan umat Muslim. Ternyata kebiasaan-kebiasaan kita yang buruk dalam praktek hidup sering membawa label identitas kekristenan. Berapa banyak anggota jemaat, yang saat ini memiliki kebiasaan menganiaya anak-anak dan isteri? Berapa banyak anggota jemaat yang masih menghalalkan berbagai cara untuk mencapai tujuan dalam berbisnis? Berapa banyak anggota jemaat yang masih memiliki kebiasaan berkata-kata kasar, sewenang-wenang, jahat dan memfitnah kepada sesamanya? Berapa banyak anggota jemaat yang masih mempraktekkan “perdukunan” dan segala bentuknya, agar mereka memperoleh keuntungan dan keselamatan dari kuasa-kuasa kegelapan tersebut?

Mengakui dan mengimani bahwa Tuhan Yesus sebagai satu-satu jalan, kebenaran dan hidup sangatlah mudah untuk kita ucapkan. Tetapi ketika kita dipanggil untuk mengaplikasikan pengakuan iman kita tersebut dalam tindakan nyata, barulah kita sadar bahwa ternyata kita sering mengingkari bahwa Tuhan Yesus sebagai satu-satunya jalan keselamatan dalam hidup kita. Jika selama ini kita telah gagal dan mengingkari dalam praktek hidup bahwa Tuhan Yesus sebagai satu-satu jalan keselamatan, maka saat ini merupakan saat yang tepat bagi kita untuk hidup baru dalam terang Natal. Juga bagi mereka yang saat ini yang sedang dalam kesusahan dan pergumulan besar. Atau bagi mereka yang sedang menanti jawaban Tuhan tetapi belum ada bukti pertolongan dari Tuhan; sangatlah indah jika kita mengimani kasih dan kemaharahiman Allah sebagaimana yang dilakukan oleh Yohanes Pembaptis. Sampai akhir hidupnya, Yohanes Pembaptis masih berada dalam penjara; tetapi iman dan kesetiaannya terus bergema sepanjang abad. Dalam peristiwa Natal, kita melihat kerapuhan fisik dan kemanusiaan bayi Yesus; tetapi pada saat yang sama di balik semua kerapuhan dan keterbatasan yang ada terpancarlah kuasa Allah yang mengubah dan menerangi dunia ini. Sehingga sangatlah tepat jika seorang anthropolog terkenal yaitu Teilhard de Chardin menyatakan, bahwa seluruh gerak sejarah dan umat manusia sejak kedatangan Tuhan Yesus terus-menerus bergerak kepada Dia. Seluruh sejarah dan umat manusia bergerak dari titik Alpha ke titik Omega yaitu bergerak menuju kedatangan Kristus yang kedua. Ini mau menyatakan dengan jelas, bahwa Tuhan Yesus adalah Alpha dan Omega. Dia adalah satu-satunya jalan, kebenaran dan hidup. Karena itu percayakah Saudara dengan segenap hati dan kini Saudara mau menyerahkan hidup Saudara hanya kepadaNya? Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar