Efek yang paling menonjol dalam peristiwa kebangkitan Kristus kepada para murid adalah hadirnya perasaan damai-sejahatera.
Makna damai-sejahtera yang diterjemahkan dari kata “eirene” (Yun.) atau “syalom” (Ibr.) pada hakikatnya untuk menunjuk suatu keadaan batiniah yang bebas dari perasaan gusar, bebas dari rasa ngeri akibat malapetaka perang.
Syalom menunjuk pula keadaan damai di antara para individu dan persekutuan, perasaan aman, ketenangan, kesejahteraan, dan berlimpah dalam keselamatan.
“syalom” merupakan manifestasi dari keselamatan yang dilandasi oleh damai-sejahtera dan berkat Allah.
Secara ringkas, makna syalom Allah merupakan manifestasi keselamatan dan damai-sejahtera dari Allah. Sebab keselamatan Allah tidak mungkin kita alami ketika kita kehilangan damai-sejahteraNya. Sebaliknya perasaan damai-sejahtera dari Allah tidak mungkin kita alami ketika kita mengalami hukuman atau jauh dari keselamatan Allah.
Syalom Allah akan dialami secara eksistensial bagi setiap orang yang begitu pasti telah memperoleh keselamatan dan berkat Allah. Karena mereka telah mengalami keselamatan Allah yang sangat pasti, maka timbullah suatu damai (peace) dan kebahagiaan besar (prosperity and felicity) yang tidak dapat diberikan oleh kuasa dunia. Itu sebabnya makna “syalom” atau “eirene” senantiasa bersifat kekal, langgeng dan tidak pernah berubah-ubah. Makna pengalaman syalom bukan sekedar suatu ekspresi dari emosi seseorang yang “up and down” yaitu emosi yang kadang-kadang penuh sukacita, tetapi tidak lama lagi berubah menjadi depresi.
Seandainya para murid dan jemaat perdana waktu itu ditandai oleh kehidupan yang “manic-depressive” yaitu sebentar merasa gembira dan sebentar lagi tenggelam dalam kesedihan, maka tidaklah mungkin mereka mampu membangun persekutuan yang berpengaruh secara transformatif dalam kehidupan masyarakat.
Sebab pengalaman “syalom” atau damai-sejahtera dari para murid dan jemaat perdana terbukti dalam sejarah mampu menarik banyak orang untuk percaya kepada Kristus yang wafat dan bangkit dari kematianNya. Yang mana setiap orang percaya pada saat itu secara ikhlas menyerahkan seluruh harta milik dan kehidupan mereka agar menjadi berkat bagi banyak orang. Rahasia dari kuasa kebangkitan Kristus adalah Dia mampu mengubah atau mentransformasikan ketakutan para muridNya menjadi realitas damai-sejahtera yang ilahi. Lebih dari pada itu Kristus memampukan para muridNya untuk menjadi utusan Allah, yaitu para pewarta dan saksi kebangkitan yang membawa keselamatan dan damai-sejahtera.
Sebagaimana kita ketahui bahwa keadaan kejiwaan yang neurotis senantiasa ditandai oleh perasaan serba cemas dan kuatir. Itu sebabnya para penderita neurotis tidak pernah mengalami batin yang bahagia dan penuh damai. Tepatnya batin yang bahagia dan damai haruslah lahir dari kondisi jiwa yang sehat atau dipulihkan oleh anugerah Allah. Secara manusiawi, para murid Yesus tentu sempat terpukul dengan kematian Kristus yang tragis di kayu salib. Tetapi kehadiran dari Kristus yang bangkit ternyata memampukan mereka untuk mengalami pemulihan yang transformatif. Mereka bukan hanya dipulihkan dari trauma suatu peristiwa, tetapi mereka
juga dipulihkan oleh Kristus dari cengkeraman kuasa dosa. Sehingga hati para murid dan jemaat perdana setelah kematian Kristus dilimpahi oleh kasih-karunia Allah untuk mengampuni dan mengasihi para musuh mereka.
Dengan perkataan lain kehadiran Kristus yang bangkit pada hakikatnya mampu membawa suatu pemulihan yang menyeluruh dalam kehidupan setiap orang yang percaya kepadaNya. Yang mana para murid dan setiap orang percaya kepada Kristus yang bangkit senantiasa ditandai oleh pola spiritualitas yang penuh damai sejahtera. Itu sebabnya mereka juga tidak pernah segan menjadi para utusan Kristus yang berani berhadapan dengan bahaya maut.
Sejarah telah membuktikan bahwa sebagian besar dari para murid Yesus dan jemaat Tuhan sepanjang zaman rela berhadapan dengan bahaya maut.
Mereka tidak pernah mundur atau gentar untuk menyaksikan anugerah keselamatan dan damai-sejahtera (syalom) Kristus kepada setiap orang. Jadi darah para martir sepanjang zaman mau menyaksikan bahwa Kristus yang bangkit bukanlah sekedar hasil halusinasi dan “emosi” (keberanian) sesaat dari orang-orang yang kehilangan harapan hidup.
Kita dapat melihat bahwa sebagian besar dari para martir adalah para pemikir, orang-orang yang cerdas dan bijaksana. Mereka telah memberi kesaksian, penjelasan dan argumentasi yang menguraikan rahasia terdalam dari kuasa iman kepada Kristus yang menyelamatkan.
Lebih dari pada itu para martir dan saksi iman sepanjang zaman adalah orang-orang yang hidup kudus dan benar. Itu sebabnya seluruh tulisan para martir dan para saksi iman sepanjang zaman selalu menggugah, inspiratif, reflektif-teologis namun kritis sebab didasarkan kepada kebenaran Allah yang telah dinyatakan di dalam pengorbanan dan kebangkitan Kristus. Sehingga setiap orang yang membaca kesaksian mereka selalu diteguhkan imannya, dibukakan suatu wawasan yang terus melebar dan mau bertobat. Jika seandainya Kristus tidak pernah bangkit, maka yang dihasilkan oleh para pengikutNya hanyalah berbagai tulisan yang dangkal, sempit dan jauh dari pemaknaan hidup yang mendalam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar