Minggu, 15 Mei 2011

Apa kata Alkitab mengenai perempuan yang melayani?

Bolehkah perempuan melayani sebagai Pendeta/ pengkhotbah? 

Pertanyaan:  "Bolehkah perempuan melayani sebagai Pendeta/ pengkhotbah? Apa 
kata Alkitab mengenai perempuan yang melayani?"

Jawaban:  Barangkali tidak ada isu yang lebih diperdebatkan dalam gereja 
sekarang ini dibanding dengan isu mengenai perempuan yang melayani sebagai 
Pendeta/ pengkhotbah. Karena itu sangat penting untuk tidak memandang isu ini 
sebagai laki-laki melawan perempuan. Ada perempuan-perempuan yang percaya bahwa 
perempuan tidak sepatutnya melayani sebagai Pendeta dan bahwa Alkitab membatasi 
pelayanan dari para perempuan, dan ada pula laki-laki yang percaya bahwa 
perempuan dapat melayani sebagai Pendeta dan tidak ada batasan bagi perempuan 
yang melayani. Ini bukan soal chauvinisme atau diskriminasi. Isu ini adalah 
soal penafsiran Alkitab.

1 Timotius 2:11-12 mengatakan, "Seharusnyalah perempuan berdiam diri dan 
menerima ajaran dengan patuh. Aku tidak mengizinkan perempuan mengajar dan juga 
tidak mengizinkannya memerintah laki-laki; hendaklah ia berdiam diri." Dalam 
gereja Tuhan menetapkan fungsi yang berbeda pada laki-laki dan perempuan. Ini 
adalah karena cara umat manusia diciptakan (1 Timotius 2:13) dan cara dosa 
masuk ke dalam dunia (2
Timotius 2:14). Tuhan, melalui tulisan dari Rasul Paulus, membatasi perempuan 
dari pelayanan pengajaran rohani yang memberikan dia otoritas atas laki-laki. 
Hal ini membatasi perempuan dari pelayanan sebagai Pendeta, yang meliputi 
berkhotbah, mengajar dan memiliki otoritas rohani atas laki-laki.

Pandangan terhadap pendeta perempuan dalam pelayanan yang seperti ini mendapat 
kan banyak "keberatan." Keberatan yang umum adalah bahwa Paulus membatasi 
perempuan dari mengajar karena pada abad pertama perempuan biasanya tidak 
berpendidikan. Namun demikian, 1 Timotius 2:11-14 sama sekali tidak menyinggung 
status pendidikan. Kalau pendidikan menjadi kualifikasi untuk pelayanan, 
mayoritas murid Yesus mungkin sekali tidak akan memenuhi syarat. Keberatan 
kedua yang sering diutarakan adalah bahwa Paulus hanya membatasi 
perempuan-perempuan
Efesus dari pelayanan (1 Timotius ditulis kepada Timotius yang adalah Pendeta 
dari gereja di Efesus). Kota Efesus terkenal dengan kuil Artemis, seorang dewi 
Roma/ Yunani. Dalam penyembahan kepada Artemis, perempuan adalah pemegang 
kekuasaan. Namun demikian, kitab 1 Timotius sama sekali tidak menyinggung 
tentang Artemis. Paulus juga tidak menyinggung penyembahan pada Artemis sebagai 
dalih dari larangan dalam 1 Timotius 2:11-12.

Keberatan ketiga adalah Paulus hanya merujuk pada suami dan isteri, bukan 
laki-laki dan perempuan secara umum. Kata-kata Bahasa Yunani dalam 1 Timotius 
2:11-14 dapat merujuk pada suami dan isteri. Namun demikian, arti dasar dari 
kata-kata tsb. adalah laki-laki dan perempuan. Lebih lanjut lagi, kata-kata 
bahasa Yunani tsb juga
digunakan dalam ayat 8-10. Apakah hanya suami-suami yang boleh berdoa dengan 
menadahkan tangan yang suci tanpa marah dan perselisihan (ayat 8)? Apakah hanya 
para isteri yang yang harus berpakaian dengan sopan, melakukan perbuatan baik 
dan beribadah kepada Tuhan (ayat 9-10)? Tentu tidak. Jelas bahwa ayat 8-10 
merujuk pada laki-laki dan perempuan secara umum dan bukan hanya suami dan 
isteri. Tidak ada sesuatupun dalam konteksnya yang mengindikasikan adalah 
peralihan kepada suami dan isteri dalam ayat 11-14.

Keberatan lain yang sering diutarakan terhadap pendeta/pengkhotbah perempuan 
adalah dalam hubungannya dengan Miryam, Debora, Hulda, Priskila, Phebe, dll - 
para perempuan yang memegang posisi kepemimpinan dalam Alkitab. Keberatan ini 
lalai memperhatikan beberapa faktor penting. Debora adalah satu-satunya hakim 
perempuan di antara 13 hakim-hakim laki-laki. Hulda adalah satu-satunya nabiah 
yang disebutkan dalam Alkitab di antara sekian banyak nabi-nabi laki-laki.
Satu-satunya koneksi Miryam kepada kepemimpinan adalah karena dia adalah 
saudara perempuan dari Musa dan Harun. Kedua perempuan yang paling tekenal 
dalam zaman Raja-Raja adalah Atalya dan Izebel dan mereka tidak dapat disebut 
sebagai teladan perempuan yang rohani.

Dalam kitab Kisah Para Rasul pasal 18 Priskila dan Akwila diperkenalkan sebagai 
hamba-hamba Kristus yang setia. Nama Priskila disebut lebih dahulu, kemungkinan 
besar mengindikasikan bahwa dalam pelayanan dia lebih "utama/penting" dibanding 
dengan suaminya. Sekalipun demikian, Priskila sama sekali tidak dikatakan 
berpartisipasi dalam aktifitas pelayanan yang bertolak belakang dengan 1 
Timotius 2:11-14. Priskila dan Akwila membawa Apolos ke rumah mereka dan mereka 
berdua memuridkan dia dan menjelaskan Firman Tuhan kepada Apolos dengan lebih 
akurat (Kisah Rasul 18:26).

Dalam Roma 16:1, bahkan jika Phebe dianggap sebagai "diaken perempuan" dan 
bukan "hamba," ini tidak mengindikasikan bahwa Phebe adalah guru dalam jemaat. 
"Dapat mengajar" adalah salah satu persyaratan penatua dan bukan diaken (1 
Timotius 3:1-13; Titus 1:6-9). Penatua/penilik jemaat/diaken digambarkan 
sebagai "suami dari satu isteri," "disegani dan dihormati oleh anak-anaknya," 
dan "mempunyai nama baik." Lebih dari itu, dalam 1 Timotius 3:1-13 dan Titus 
1:6-9, kata ganti maskulin digunakan secara eksklusif untuk menunjuk pada para 
penatua/penilik jemaat./diaken.

Struktur 1 Timotius 2:11-14 membuat "alasannya" menjadi sangat jelas.
Ayat 13 dimulai dengan "karena" dan memberikan "penyebab" dari apa yang Paulus 
uraikan dalam ayat 11-12. Mengapa perempuan tidak bileh mengajar atau memiliki 
otoritas atas laki-laki? Karena "Adam yang pertama dijadikan, kemudian barulah 
Hawa. Lagipula bukan Adam yang tergoda, melainkan perempuan itulah yang tergoda 
dan jatuh ke dalam dosa" (1 Timotius 2:13-14). Inilah alasannya. Tuhan terlebih 
dahulu
menciptakan Adam baru kemudian menciptakan Hawa sebagai "penolong" bagi Adam. 
Urut-urutan penciptaan ini memiliki penerapan universal dalam keluarga (Efesus 
5:22-33) dan gereja. Fakta bahwa Hawa tergoda juga diberikan sebagai alasan 
mengapa perempuan tidak melayani sebagai pendeta atau memiliki otoritas rohani 
atas laki-laki. Hal ini menyebabkan beberapa orang yang percaya bahwa perempuan 
lebih gampang
tegoda dan tertipu. Ini adalah anggapan yang bisa diperdebatkan .
namun jika perempuan lebih gampang tergoda dan ditipu, mengapa mereka diizinkan 
untuk mengajar anak-anak (yang muda ditipu) dan perempuan lainnya (yang 
seharusnya juga lebih mudah ditipu)? Ini bukanlah yang dikatakan oleh ayat tsb. 
Perempuan tidak boleh mengajar atau memiliki otoritas rohani atas laki-laki 
karena Hawa tergoda. Sebagai akibatnya, Tuhan memberi kepada laki-laki otoritas 
utama untuk mengajar di gereja.

Perempuan memiliki kelebihan dalam karunia keramah-tamahan, kemurahan, mengajar 
dan menolong. Sering kali pelayanan gereja tergantung pada para perempuan. 
Perempuan dalam gereja tidak dibatasi hanya kepada doa di depan umum atau 
bernubuat (1 Korintus 11:5), namun hanya dibatasi dari memiliki otoritas rohani 
atas laki-laki. Alkitab tidak pernah membatasi perempuan dari mempraktekkan 
karunia-karunia Roh Kudus (1 Korintus 12). Perempuan, sama seperti laki-laki, 
dipanggil untuk
melayani orang-orang lain, menyatakan buah Roh (Galatia 5:22-23), dan untuk 
memproklamirkan Injil kepada mereka yang terhilang (Matius 28:18-20; Kisah 
Rasul 1:8; 1 Petrus 3:15).

Tuhan telah menentukan bahwa hanya laki-laki yang melayani dalam posisi yang 
memberi otoritas untuk pengajaran rohani dalam gereja. Hal ini bukan karena 
laki-laki lebih bisa mengajar atau karena perempuan lebih rendah derajatnya 
atau kurang pintar. Ini sekedar adalah cara Tuhan mengatur bagaimana gereja 
untuk berfungsi. Laki-laki dipanggil untuk menjadi teladan dalam kepemimpinan 
rohani, dalam hidup dan kata-kata mereka. Perempuan diberi peranan yang 
otoritasnya lebih rendah. Perempuan didorong untuk mengajar sesama perempuan 
(Titus 2:3-5). Alkitab juga tidak melarang perempuan dari mengajar anak-anak. 
Satu-satunya aktifitas yang perempuan dibatasi adalah mengajar atau memiliki 
otoritas rohani atas laki-laki. Secara logis ini membatasi perempuan dari 
pelayanan sebagai pendeta/pengkhotbah. Ini sama sekali tidak berarti perempuan 
kurang penting, tapi ini justru memberikan para perempuan fokus pelayanan yang 
lebih sesuai dengan karunia yang Tuhan sudah berikan pada mereka.

sumber : http://www.gotquestions.org/Indonesia/pendeta-perempuan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar