Kamis, 24 Maret 2011

Totalitas pengabdian atau ibadah yg semu ?



Tuhan Yesus selalu berterus terang pada kita: bahwa tampilnya standar NILAI itu jauh lebih penting dari sekedar penampilan MODE. Kekristenan adalah persoalan nilai bukan mode, ekspresi phisik atau pesona kata-kata indah.

Pengabdian yg berjalan bersama ucapan syukur, pujian dan penyembahan adalah warna asli dari kekristenan . Sikap ini demikian suci, agung, megah, mulia seharusnya lebih dahulu diperankan oleh mereka yg lebih mengenal Tuhan, yg mengaku percaya Tuhan, melek Alkitab dan terdidik secara khusus di pelayanan, namun kita sering tidak lulus test ketaatan dalam melakukannya.


Ironi memang, orang-orang yg menjadi agen suara kebenaran sering gagal dalam ujian praktek ketaatan ,sehingga  tampilan sesungguhnya adalah peforma luar bukan mewakili kemurnian hati.

Apakah yg sedang kita kerjakan saat ini, Totalitas pengabdian atau ibadah yg semu ?



Lukas 7 : 36 -50


1. Spritualitas semu:  (ayat.44-45)



Simon orang Farisi mengundang Tuhan Yesus unuk makan dirumahnya.

Pemilik rumah dalam Injil mempunyai persamaan nama yaitu ‘Simon’, tetapi perlu diketahui bahwa nama ‘Simon’ adalah nama yang sudah umum (pasaran), Lebih jelasnya dalam Injil Matius dan Markus ia disebut sebagai ‘Simon si kusta’ (Mat 26:6), sedangkan dalam Lukas, ia adalah ‘seorang Farisi’ (ay 36). Seorang Farisi yg mengudang Tuhan Yesus makan dirumahnya sungguh pengalaman yg tidak lazim, karena orang Farisi secara umum tidak menge-pro (menyukai) Tuhan Yesus.
Lalu apa motivasi Simon mengundang Yesus?



Dilihat dari etiket baik yg bersedia mengundang Tuhan Yesus dan dari sebutan memanggil TUhan Yesus sebagai "guru" ayat. 40, Tampaknya Simon, berbeda dengan komunitas orang Farisi yang lain, Ia tidak memusuhi ataupun membenci pribadi maupun ajaran Tuhan Yesus. Tetapi, Simon juga bukanlah orang yang percaya, bukanlah orang yg mengasihi dan menghormati Yesus.

Mungkinkah ia mengundang Yesus tanpa tujuan.........?

Kemungkinan Simon sedang menginjak kopling netral (menghormati tetapi tidak percaya Yesus; respec not believe) atau berdiri diwilayah abu-abu, namun secara normatif sikap sebenarnya dapat dinilai merendahkan martabat Yesus.


Apa dasar theologisnya?

Perhatikan perlakuan Simon menurut tatakrama jaman itu! Menurut adat yg berlaku pada waktu itu, kepada semua tamu undangan yg dihormati harus ada tiga sikap "welcome" yg harus dilakukan oleh tuan rumah.

  • Clean Welcome: Ketika tamu datang, keluarlah seorang hamba membawa tempayan (wadah air) dan handuk untuk membersihkan kaki tamu dari debu. Maklum Timur Tengah (bukan jalan hot mix) jalan pasir dan berdebu dengan model sepatu sandal jadul yg terbuka dan bertali
  • Kiss Welcome: Ketika masuk kedalam rumah, tuan rumah mencium tamu sebagai ucapan selamat datang supaya merasa disambut dengan senang hati dan betah dirumah.
  • Fresh Welcome: Selanjutnya kepala tamu diurapi dengan minyak wangi untuk menyegarkan kelelahan selama perjalanan.

Tiga hal penting dalam tata cara penyambutan tamu ini, semuanya tidak dilakukan oleh Simon kepada Yesus. Ini artinya Simon sebenarnya tidak menempatkan Yesus sebagai orang yg dihormati dirumahnya atau dengan sengaja melanggar kesopanan!
Mengundang Tuhan Yesus dengan maksud palsu....



Aplikasi:



Dalam membangun relasi dengan Tuhan, tidak ada posisi netral atau tidak berpihak, semua yg kita kerjakan pastilah bermotif tujuan: semu atau sejati, mempermuliakan nama Tuhan atau sebaliknya mempermalukanNya. Orang lain mungkin saja luput atau salah untuk menilai kualitas karakter kita, namun Tuhan Yesus tahu segalanya sampai di kedalam hati kita.
Apa motivasi kita berbakti kepadaNya, apa yg kita harapkan dalam pelayanan?, Ada apa dibalik pemberian kita, berangkat dari mana kebaikan kita? Benarkah kita terpanggil untuk kebaikan manusia dan kemuliaan Tuhan.........?

Tidak ada yg tersembunyi, tidak ada yg tercecer dari catatanNya, semuanya terbuka dihadapanNya. Maksud baik, niat jahat atau bahkan sikap abu-abu.

Keberhasilan kita dalam mengelabuhi orang lain, tidak berarti Tuhan juga dapat kita bohongi. Tidak ada untungnya penampilan lahiriah kita yg tampak sempurna jika dikedalam hati Tuhan menilainya sebagai tulang belulang yg berserakan!


Bagaimakah seharusnya tampilan percaya, harapan dan cinta kita pada Tuhan?


2. Spritualitas sejati

Sementara Simon mengundang Tuhan Yesus dengan maksud yg semu, datanglah seorang perempuan yang terkenal sebagai seorang berdosa. Ia menangis tersedu-sedu, air matanya membasahi kaki Yesus. Dan menggunakan air matanya ia membasahi kaki Yesus, ia pergunakan rambut yg menjadi mahkotanya untuk menyeka air mata yg membasahi kaki Tuhan. ia bersujud dibelakang kaki Tuhan:  menciuminya dan meminyakinya dengan minyak wangi (ay 37b-38).
Ia adalah seorang wanita yg datang tanpa diundang (wanita penyusup), ia sedang menjatuhkan dirinya untuk memberikan penghargaan yg setinggi tingginya pada Tuhan Yesus. hanya dengan satu tujuan memberi....memberi dan memberi.....tak mengharapkan pamrih....
Kita dapat saja memberi kepada siapa saja tanpa mengasihi tetapi kita tidak dapat mengasihi tanpa memberi yg terbaik.
The Spirit of love is  the spirit of giving........

Siapakah perempuan ini?
Ada yang mengatakan bahwa ia adalah Maria dari Betania, yaitu saudara Marta dan Lazarus. Tetapi perlu dicamkan bahwa sekalipun Maria dari Betania pernah mengurapi Yesus dalam peristiwa yang serupa (Mat 26:6-13 Mark 14:3-9 Yoh 12:1-8), tetapi peristiwa itu berbeda atau tidak paralel dengan peristiwa dalam Luk 7:36-50 ini!

Jadi, sebetulnya kita tidak tahu siapa nama perempuan ini. Yang jelas ia adalah seseorang yang terkenal sebagai seorang yang berdosa (ay 36). Dari istilah itu kebanyakan penafsir menganggap bahwa ia adalah seorang pelacur, tetapi inipun belum tentu benar, karena Alkitab biasanya menyebut pelacur secara terang-terangan.

Satu hal, wanita ini dulu pembuat dosa namun sekarang telah diubahkan menjadi orang yg membenci dosa,ia mau menyampaikan terimakasih atas pengampunan yg dikerjakan Allah.

Statusnya sebagai orang yg terkenal berbuat dosa telah seolah terhapus oleh harumnya aroma parfum yg ditumpahkan dikaki Yesus.
Teladan dari spiritualtas sejati:

1. Memberi karena telah mendapatkan yg kekal (pengampunan dosa)

Ia terkenal sebagai seorang yang berdosa (ay 37a).namun kini ia menjadi penyembah Tuhan yg memberi hidup karena sudah diubahkan hidupnya oleh Tuhan. Jadi pengabdian dan penyembahan harus berangkat dari perubahan karakter kita bukan keinginan berbuat baik.

kata yg dipakai untuk menjelaskan bagian ini ke dalam past perfect tense: ‘who had been a sinner’ (= yang dulunya adalah seorang berdosa), supaya orang tidak beranggapan bahwa pada saat itu ia masih adalah orang berdosa. Alasan yg benar kita memberi adalah karena sudah diberi sesuatu yg bernilai kekal dari Tuhan bukan supaya kita diberi hal-hal yg temporer (sementara).

2. Memberi walaupun banyak alasan untuk tidak memberi

Perempuan itu sanggup mengatasi halangan untuk datang kepada Yesus.
Rasanya tidak mudah bagi perempuan itu, yang terkenal sebagai orang yang berdosa untuk datang dan melakukan tindakan kasih kepada Yesus, mengingat diskriminasi sosial dan spiritual ada batasan antara orang berdosa dan orang saleh sangat kuat (Luk 15:1-2). Pasti ada halangan (social barrier) bagi dia: dari orang-orang di sekitarnya, teman-temannya, atau mungkin dari bisikan setan ke dalam hati, pikirannya, yang mengatakan bahwa ia sudah sangat jatuh dalam dosa sehingga tidak layak untuk datang kepada Yesus.
Namun wanita itu tetap memberi karena alasan Tuhan Yesus, terlepas dari keteladanan orang lain atau apa kebutuhannya sendiri. Tuhan Yesus menjadi alasan sekaligus kekuatan untuk mengatasi segala rintangan.
Pertanyyan etis yg mungki Anda ajukan: Pantaskah orang yg tidak diundang boleh masuk 
kerumah orang yg sedang mengadakan perjamuan makan?

William Barclay menjelaskan: Merupakan suatu kebiasaan bahwa pada waktu seorang Rabi sedang makan di suatu rumah, semua jenis orang datang ke rumah itu - mereka cukup bebas untuk melakukan hal itu - untuk mendengarkan mutiara-mutiara hikmat yang jatuh dari bibirnya.

Lalu apa motivasinya sehingga sedemikian kuat memiliki keberanian untuk mendatangi Tuhan Yesus?
Pastilah desakan di dalamnya untuk menyatakan rasa terima kasih kepada Yesus begitu tidak bisa ditahan sehingga tidak ada apapun yang bisa menghentikan dia dari melakukan apa yang ingin dilakukannya

3. Memberi dengan semangat Kasih

Perempuan itu menangis, dan membasahi kaki Yesus dengan air matanya, dan menyekanya dengan rambutnya, dan mencium kaki Yesus (ay 38a).

‘Mencium’.kaki Yesus
Kata ‘mencium’ dalam bahasa Yunaninya adalah KATEPHILEI, yang artinya ‘fervently / affectionately kissed’ ( mencium dengan sungguh-sungguh atau dengan penuh kasih sayang), atau ‘repeatedly kissed’ ( mencium berulang-ulang).
Kata yang sama digunakan dalam Luk 15:20 (ciuman bapa kepada anak bungsu yang kembali), dan juga dalam Mat 26:49, Mark 14:45 (ciuman Yudas Iskariot kepada Yesus!).
Ciuman mempunyai beberapa kemungkinan makna yaitu: kasih, penghormatan, permohonan, ketundukan, dan ibadah atau penyembahan.
Adam Clarke berkata bahwa: Ciuman digunakan pada jaman kuno sebagai simbol dari kasih, penghormatan agama, ketundukan, dan permohonan.

4. Memberi dengan kerelaan Pengorbanan

‘menyeka dengan rambutnya’.
Bagi orang-orang Yahudi merupakan sesuatu yang memalukan bagi seorang perempuan untuk mengurai rambutnya apalagi untuk menyeka dengan rambutnya di depan umum, tetapi perempuan ini bersedia melakukan pengorbanan tersebut. Maria dari Betania (saudara Marta dan Lazarus) melakukan pengorbanan yang serupa, karena kasihnya yang besar terhadap Yesus (Yoh 12:3).

5 Memberi yang paling Berharga

Perempuan itu meminyaki kaki Yesus dengan menggunakan minyak wangi, yang tentu saja mahal harganya.
Perempuan-perempuan Yahudi umumnya memakai sebuah botol minyak wangi yang digantungkan pada seutas tali di sekeliling leher, dan itu merupakan sebagian dari diri mereka sedemikian rupa sehingga mereka diijinkan oleh Torat untuk memakainya pada hari Sabat . Terlihat bahwa minyak wangi itu bukan hanya mahal, tetapi juga merupakan sebagian dari diri pemiliknya. Namun perempuan ini rela mempersembahkannya bagi Yesus! Tidak ada yang terlalu bagus yg dapat diberikan kepada Tuhan Yesus
Jika kita sungguh mengasihi Tuhan Yesus, dorongan kasih itu merelakan kita memberikan segalanya bagi Dia seolah-olah milik kita tida berharga bagi kemuliaanNya.

6. Memberi dengan Totalitas

Akhirnya ia mengurapi kaki-kaki Yesus dengan minyak wangi itu. Biasanya ini dicurahkan pada kepala. Penggunaannya pada kaki-kaki mungkin merupakan suatu tanda kerendahan hati. Mengurusi kaki-kaki merupakan tugas yang rendah, tugas yang diberikan kepada seorang budak..
Sesuatu yang luar biasa dari perempuan ini adalah bahwa ia memberikan sesuatu yang berharga untuk Yesus, tetapi ia tidak memberikannya dengan perasaan bangga, tetapi dengan perasaan tidak layak, sehingga ia mencurahkannya ke kaki Yesus!
Habis sudah semua keberhargaan dirinya dihadapan Tuhan, tak menyisakan kebanggan sedikitpun dalam hidupnya sebagai manusia. Perempuan ini telah berani memberikan semuanya, yg paling baik dengan kasih untuk Tuhan. Inilah totalitas pengabdian sejati!

Aplikasi
Lebih dari sekedar kesembuhan, pemulihan keluarga, mendapatkan peluang bisnis, atau tpenghiburan atau kekuatan. Momentum perjumpaan dengan Tuhan Yesus pasti berdampak revolusi spiritual, perubahan yg mendasar dan bernilai kekal. Perubahan ini nyata berbuahkan kebenaran dan kasih. Indikasi perubahan hidup tampak dari apa yg sedang kita berikan kepada Tuhan. Fokus pada sikap yg memberi dan berTuhankan Kristus setiap hari.

Watak kekristenan yg esensial bukan keberhasilan kita mengeruk kekayaan sorga untuk memfasilitasi hidup kita didunia. Kita bangga dengan prestasi material, posisi karir dan masa depan karena menunjukkan tingkat relasi dan kesalehan pada Tuhan sehingga Tuhan balas memberkati. apa ya....benar..........Kekristenan bukanlah agama menerima tetapi ajaran Kristus yg mendorong kita memiliki keberanian memberikan sesuatu kepada Tuhan dengan kasih tanpa pamrih, seluruhnya dan yg paling baik.

Anda masih bertanya lho....terus  apa bagian yg pantas saya diterima...?

Eh broooo.....Anda berpikir Tuhan berkepentingan dengan pemberian kita. oooooh tidak
Segala yg kita beri tidak menambahkan kekayaanNya
Semua yg tidak kita berikanpun juga tidak mengurangi kemuliaanNya.
Justru kita yg berkepentingan dengan pemberian kita sendiri.
Ini solusi yang Tuhan berikan untuk kita:
kalau kita berani membeli kerajaan sorga sekarang ini, maka Tuhan akan memberikan bonus semuanya...
Anda beli satu saja dan silahkan bawa pulang semuanya sekalian dengan keranjangnya, semuanya habiskan....jangan ada yg tersisa.....semua untuk Anda......ho oh...ho oh mau........

Pikirkan dan kerjakan saja apa yg menjadi peran kita: memberi yg paling baik, tanpa pamrih dengan kasih dan jangan pernah meragukan Tuhan melupakan pekerjaanNya memberkati kita. amin.

Selamat melayani
God Bless U all...................

by Haris Subagiyo
Redaktur Gracia Ministry http://graciaministry.blogspot.com


Tidak ada komentar:

Posting Komentar