Minggu, 28 Agustus 2011

Bagaimana sih cara menyebut “YHWH” dengan benar?



Di dalam Kejadian 10 dikatakan Nuh mempunyai 3 anak; Sem, Ham dan Yafet.
Kejadian 10:22-24
10:22Keturunan Sem ialah Elam, Asyur, Arpakhsad, Lud dan Aram.10:23Keturunan Aram ialah Us, Hul, Geter dan Mas.10:24Arpakhsad memperanakkan Selah, danSelah memperanakkan Eber.
Ibrani=keturunan Eber.
Dari Eber turun temurun muncullah Abraham (Kejadian 11). Jika kita membaca kisah Abraham, maka kita akan mendapat bahwa Abraham tinggal di Ur-Kashdim. Ketika para keturunan Eber ini tinggal di ur-Kashdim, mereka belum disebut sebagai orang Ibrani. Tetapi masih dikaitkan dengan orang Aram (Kejadian 10:22 tadi menerangkan bahwa Aram adalah salah satu keturunan Sem juga, saudara Arpakhsad), yang menduduki daerah Padan-Aram/Mesopotamia.
Kata-kata “orang Ibrani” baru kita akan temui di Kejadian 14:13.
Kejadian 14:13
14:13Kemudian datanglah seorang pelarian dan menceritakan hal ini kepadaAbram, orang Ibrani itu, yang tinggal dekat pohon-pohon tarbantin kepunyaan Mamre, orang Amori itu, saudara Eskol dan Aner, yakni teman-teman sekutu Abram.
Abraham pergi dari Ur-Kashdim dan menjadi orang asing di Kanaan. Kata-kata “orang Ibrani” ini pertama kali ditujukan kepada Abraham sebagai orang asing yang menyebrang ke daerah lain. Kata “Ibrani” ini dari kata “Ibri” yang artinya“menyeberang.” Jadi “Ibrani” artinya: orang yang menyebrang.
Abraham mempunyai cucu yang bernama Yakub. Didalam perjumpaannya dengan Allah, Allah memberi nama baru kepada Yakub, nama itu adalah ISRAEL. Jadi dari nama Israel ini bisa tercetus bangsa Israel. Yakub lari dari rumah dan pergi ke Padan-Aram, kepada Laban, pamannya. Laban adalah orang Aram/keturunan dari Aram. Yakub cukup lama mengembara di tempat Laban dan mengawini anak-anak Laban yang orang Aram. disini Yakub ketika berpindah ke Mesir masih disebut sebagai orang Aram.
Ulangan 26:5
26:5Kemudian engkau harus menyatakan di hadapan TUHAN, Allahmu, demikian:Bapaku dahulu seorang Aram, seorang pengembara. Ia pergi ke Mesir dengan sedikit orang saja dan tinggal di sana sebagai orang asing, tetapi di sana ia menjadi suatu bangsa yang besar, kuat dan banyak jumlahnya.
Setelah sampai kepada generasi Yusuf, anak Yakub. Maka orang-orang keturunan Abraham ini pindah ke Mesir akibat kelaparan. Setelah berkembang pesat di Mesir, orang Israel barulah menjadi bangsa yang besar.
Dari Abraham sampai kepada Yusuf, terjadi banyak sekali percampuran kebudayaan, baik itu dari Aram, Ibrani, Kanaan, Mesir. Bahasa merekapun mengalami banyak sekali perkembangan, baik itu dari segi arti, penulisan maupun dialeg.


  • Bahasa Ibrani
Setelah bangsa Israel bertumbuh menjadi banyak di Mesir, merekapun mengalami percampuran kebudayaan dan bahasa tentunya. Tetapi karena bangsa israel sangat banyak dan dibedakan dengan orang Mesir, maka kemungkinan terjadinya perbedaan dialeg karena status sosial. Jadi kemungkinan besar di Israel pun sudah terjadi suatu dialeg tersendiri. Dari situlah diperkirakan sumber timbulnya bahasa IBRANI KUNO. Setelah Israel keluar dari Mesir barulah mereka bisa dengan leluasa mengembangkan dialeg-dialeg mereka sendiri, maka timbullah bahasa IBRANI KUNO. Di dalam Alkitab (2Raja-raja 18:26) dicatat bahwa bahasa Aram dan bahasa Ibrani (kuno) sudah dibedakan, disini bahasa Ibrani (kuno) disebut sebagai bahasa Yehuda.
2Raja-raja 18:26
18:26Lalu berkatalah Elyakim bin Hilkia, Sebna dan Yoah kepada juru minuman agung: “Silakan berbicara dalam bahasa Aram kepada hamba-hambamu ini, sebab kami mengerti; tetapi janganlah berbicara dengan kami dalam bahasa Yehuda sambil didengar oleh rakyat yang ada di atas tembok.”
Tetapi dasar nasib ya nasib, sekitar abad 6SM bangsa Israel menjadi bangsa jajahan lagi dan mengalami pembuangan ke Babel. Akibat pembungan, Israel mengalami penggodogan kebudayaan dan bahasa lagi. Lama kelamaan bahasa Ibrani kuno tidak lagi menjadi bahasa percakapan sehari-hari oleh rakyat biasa. Bahasa Ibrani kuno hanya menjadi bahasa Kitab, bahasa Kesusastraan dan bahasa Keagamaan yang hanya dimengerti oleh sedikit orang-orang yang ahli, contohnya adalah ahli kitab seperti Ezra. Sedangkan pada jaman pembuangan itu kegiatan-kegiatan keagamaan israel sudah sangat redup/mati, hal ini lebih membuat bahasa Isarel kuno menjadi hilang sebagai bahasa percakapan sehari-hari. Bahasa sehari-hari rakyat jelata lebih menggunakan bahasa Aram. Hal ini terbukti ketika bangsa Israel kembali dari pembuangan jaman Ezra-Nehemia, bangsa Israel sudah tidak mengerti lagi bahasa kitab Taurat lagi, maka pembacaan kitab Taurat itu perlu dijelaskan, diterjemahkan dan diberi keterangan-keterangan sehingga rakyat mengerti.
Nehemia 8:1-9
8:1(8-2) maka serentak berkumpullah seluruh rakyat di halaman di depan pintu gerbang Air. Mereka meminta kepada Ezra, ahli kitab itu, supaya ia membawa kitab Taurat Musa, yakni kitab hukum yang diberikan TUHAN kepada Israel.
8:2(8-3) Lalu pada hari pertama bulan yang ketujuh itu imam Ezra membawa kitab Taurat itu ke hadapan jemaah, yakni baik laki-laki maupun perempuan dan setiap orang yang dapat mendengar dan mengerti.
8:3(8-4) Ia membacakan beberapa bagian dari pada kitab itu di halaman di depan pintu gerbang Air dari pagi sampai tengah hari di hadapan laki-laki dan perempuan dan semua orang yang dapat mengerti. Dengan penuh perhatian seluruh umat mendengarkan pembacaan kitab Taurat itu.
8:4(8-5) Ezra, ahli kitab itu, berdiri di atas mimbar kayu yang dibuat untuk peristiwa itu. Di sisinya sebelah kanan berdiri Matica, Sema, Anaya, Uria, Hilkia dan Maaseya, sedang di sebelah kiri berdiri Pedaya, Misael, Malkia, Hasum, Hasbadana, Zakharia dan Mesulam.
8:5(8-6) Ezra membuka kitab itu di depan mata seluruh umat, karena ia berdiri lebih tinggi dari semua orang itu. Pada waktu ia membuka kitab itu semua orang bangkit berdiri.
8:6(8-7) Lalu Ezra memuji TUHAN, Allah yang maha besar, dan semua orang menyambut dengan: “Amin, amin!”, sambil mengangkat tangan. Kemudian mereka berlutut dan sujud menyembah kepada TUHAN dengan muka sampai ke tanah.
8:7(8-8) Juga Yesua, Bani, Serebya, Yamin, Akub, Sabetai, Hodia, Maaseya, Kelita, Azarya, Yozabad, Hanan, Pelaya, yang adalah orang-orang Lewi, mengajarkan Taurat itu kepada orang-orang itu, sementara orang-orang itu berdiri di tempatnya.
8:8(8-9) Bagian-bagian dari pada kitab itu, yakni Taurat Allah, dibacakan dengan jelas, dengan diberi keterangan-keterangan, sehingga pembacaan dimengerti.
8:9(8-10) Lalu Nehemia, yakni kepala daerah itu, dan imam Ezra, ahli kitab itu, dan orang-orang Lewi yang mengajar orang-orang itu, berkata kepada mereka semuanya: “Hari ini adalah kudus bagi TUHAN Allahmu. Jangan kamu berdukacita dan menangis!”, karena semua orang itu menangis ketika mendengar kalimat-kalimat Taurat itu.
Dari sini muncul adanya tradisi TARGUM. Targum adalah ulasan atau terjemahan yang disertai tafsiran atas suatu bagian PL/Taurat dalam bahasa Aram yang disampaikan secara lisan, yang mengiringi pembacaan naskah dalam bahasa Ibrani. Tradisi targum ini terjadi semenjak jaman Ezra ini. Karena dianggap perlu, maka Targum ini akhirnya dibuat menjadi tulisan. jika kita pernah mendengar istilah “tulisan-tulisan Targum,” ya inilah asal mula tulisan-tulisan Targum tersebut.
Perlu kita ketahui bahwa tulisan Ibrani Kuno hanya berupa huruf-huruf mati/konsonan, tidak ada huruf vokalnya. Huruf vokalnya baru ketahuan ketika diucapkan. Jadi satu kata yang mengandung huruf mati semua itu di dalam penggunaan bahasa percakapannya bisa terjadi kemungkinan memiliki beberapa huruf vokal yang berbeda, tergantung kepada konteksnya. Jadi memang bisa dimaklumi jika masyarakat setelah pembuangan tidak lagi bisa memahami bahasa Kitab Suci, karena penulisan kitab Suci hanya menggunakan huruf mati saja. Dialeg dan pengucapan Ibrani-nya mereka sudah tidak tahu lagi, karena sehari-hari menggunakan bahasa Aram. Maka dibutuhkan orang-orang ahli kitab seperti Ezra contohnya.
Bahasa Ibrani sendiri mengalami banyak perkembangan jaman dengan mengalami beberapa fase, tulisan Ibrani yang sekarang kita lihat ada huruf Vokalnya itu Ibrani modern banget yang sudah banyak berbeda dengan arti dan dialeg tulisan Ibrani kuno. Dimulai dari abad 6M dimana bahasa Ibrani mengalami fase yang dinamakan “bahasa Ibrani para Rabi,” dimana bahasa Ibrani-tulisan mulai diberikan huruf-huruf vocal, tetapi tetaplah bahasa Ibrani ini menjadi bahasa tulisan, tidak menjadi bahasa percakapan sehari-hari.
Pada jaman menjelang abad-abad pertama sampai abad-abad awal, bahasa aram dialeg orang Yahudi ini disebut juga sebagai bahasa Ibrani, tetapi yang dimaksut disini sebenarnya adalah HEBRAISTI/lidahnya orang Ibrani, bukan bahasa Ibrani asli.
Bahasa “Ibrani Modern” dibangun dan dipopulerkan sejak abad 18-19M sebagai bahasa tulis dan bahasa percakapan. Hal ini terjadi karena adanya Zionisme/nasionalisme untuk membentuk negara Israel Yahudi di kalangan orang-orang Yahudi yang tersebar dan membentuk WZO (The World Zionist Organization).


  • YHWH Dan Bahasa Ibrani
Nah, sekarang kita sampai kepada topik YHWH.
Setelah kita baca penjelasan-penjelasan diatas, maka sekarang setidaknya kita mengerti mengapa YHWH ditulis dalam huruf mati semua? Karena memang tulisan Ibrani Kuno itu ditulis dalam huruf mati saja.
“YHWH” karena dipandang sebagai sebutan sakral, mereka menganggap YHWH ini tidak boleh disebutkan sembarangan. Maka di dalam penyebutannya, YHWH diganti dengan ADONAY, artinya TUAN. Karena TUAN yang diatas segala TUAN maka kita sebut TUHAN. Nah, karena penyebutannya YHWH selalu diganti dengan ADONAY, maka semua orang bila membaca tulisan YHWH ini dibaca ADONAY.
Karena dari jaman dulunya selalu dilkukan tradisi demikian (mengganti YHWH dengan ADONAY), maka orang-orang banyak sudah tidak tahu lagi penyebutan YHWH. Bahkan di dalam kotbah-kotbah pembacaan kitab Musa, YHWH tetap dibaca ADONAY. Karena tulisan Ibrani adalah huruf mati semua dan vocalnya hanya bisa keatahuan waktu diucapkan, maka sampai sekarang huruf vocal YHWH tidak diketahui.
Terutama semenjak masa pembuangan Israel ke Babel pada sekitar abad 6SM, bait Allah dihancurkan, dan tradisi pembacaan YHWH ini sudah tidak lagi dilakukan. Dahulu ketika upacara Yomkipur/upacara pendamaian yang dilakukan setahun sekali, Imam besar akan menyebut nama YHWH ini. Memang tidak sembarang orang tahu akan penyebutan nama ini karena dianggap sakral. Mereka biasa membaca atau menyebut YHWH dengan ADONAY. Pada waktu masa pembuangan ke Babel upacara dan tradisi-tradisi seperti ini sudah tidak dilakukan lagi seperti waktu dulu. Kemungkinan besar dari sinilah timbulnya tragedi hilangnya penyebutan/pelafalan nama YHWH ini. Maka dari itu, sampai sekarang penyebutan yang benar dari YHWH tidak diketahui.
Maka dari itu, dari berbagai aliran “sacred name movement/gerakan nama suci” yang walaupun ingin mengembalikan/mengibarkan nama YHWH ini, tetapi mereka tidak pernah sama di dalam penyebutan YHWH ini. Ada yang nyebut JAHAVEH, JAHVAH, JAHVE, JEHOVAH, YAHVE, YAHVEH, YAHWE, YAHWEH, dll.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar