Jumat, 11 November 2011

Mengakhiri Ketidakwarasan

Idealnya semua orang yg hidup dalam anugerah Allah, sanggup menggunakan  kesempatan  mengabdikan hidup bahkan terdorong secara agresif menampilkan kesehatan spiritual yg prima sehingga efektivitas kerja pelayanan berdampak mewarnai lingkungannya. Namun realitanya justru tidak jarang mereka yg merasa telah ditebus darah Tuhan Yesus dan beroleh keselamatan menampilkan sikap yg berbanding terbalik dengan besarnya anugerah, kasih setia dan demontrasi kuasa Tuhan. Apresiasi kepada Tuhan bukan sikap hormat dan penuh tanggungjawab namun justru bersifat nyleneh ,tidakwaras, sembrono kalau  tidak boleh dikatakan kurangajar kepada TUHAN. karena membalas kebaikan Tuhan dengan sikap semau-maunya.


Bilangan 14 :1 -  45


Pengalaman bangsa Israel yg telah diselamatkan Allah dari perbudakan bangsa Mesir adalah bukti sekaligus menjadi peringatan keras bagi kita yg rentan dengan ketidakpuasan hidup dalam pimpinan Allah. Demikian mudah kita memaksa Allah sebagai produsen untuk mensuplai keinginan jasmaniah dan menyediakan masa depan gemilang. Allah kita tuntut terus menerus untuk menyatakan kehebatan kuasaNya dan tidak boleh mengedipkan mata dalam memelihara kita. Namun sedemikian cepat kita berbalik  arah saat manakala rancangan Allah tidak memenuhi harapan ,terlalu lambat atau kita anggap tidak memberi keuntungan sesaat. Kita melupakan semua kebaikan hatiNnya dan menabraknya dengan pemberontakan yg sangat tidak beralasan. 
Inilah realita ketidakwarasan yg bukan tidak mungkin menjangkiti orang percaya !


Indikator KETIDAKWARASAN:


1. BERANI MELAWAN TUHAN ayat.1-2


14:1 Lalu segenap umat itu mengeluarkan suara nyaring dan bangsa itu menangis   pada malam itu. 14:2 Bersungut-sungutlah   semua orang Israel kepada Musa dan Harun; dan segenap umat itu berkata kepada mereka: "Ah, sekiranya kami mati di tanah Mesir,   atau di padang gurun ini!   
Seharusnya tidak ada alasan bagi generasi yang telah melihat campur tangan Tuhan yang dahsyat, seperti: tiang awan, tiang api, manna, air yang keluar dari cadas, bersikap melawan Allah.
Bagaimana mereka dapat memilih respon yg salah terhadap pimpinan Allah secara langsung?
ini terjadi karena hati mereka condong kepada yang jahat.  Hati yang condong kepada yang jahat menyebabkan mata seseorang tertutup, telinganya tertutup, dan hatinya tertutup kepada setiap Kebenaran, tidak lagi memiliki kepekaan kepada apa yang baik, tetapi cenderung suka kepada yang jahat dan sesat.  
Walaupun bangsa Israel adalah umat pilihan Tuhan, mereka tetap memiliki respons yang salah karena mereka pernah menjadi warga Mesir. Mereka lahir, bertumbuh dengan segala budaya, etika, nilai keagamaan kekafiran. Pada waktu mereka keluar dari Mesir, sisa-sisa budaya dan agama kafir masih melekat pada diri mereka. Orang Kristen lahir di dunia berdosa, membawa tubuh yang memiliki sifat dosa, dengan anugerah Tuhan orang Kristen sejati akan mengalami lahir baru, memiliki hati yang baru, tetapi masih ada sisa-sisa kekafiran di dalam diri kita. Pergumulan manusia lama kita adalah pergumulan seumur hidup. Jikalau kita tidak mematikan dosa dalam diri kita maka dosa yang akan mematikan kita. Kalau kita tidak berhati-hati, maka ada pergumulan-pergumulan yang akan menyeret kita ke dalam dosa. 
Orang Kristen sejati tidak akan membiarkan dirinya terseret oleh arus melainkan akan terus berperang sambil terus menanti anugerah pertolongan Tuhan. Dalam diri kita ada campuran antara kesalehan dan hal-hal yang negatif, maka tidaklah heran jika ada orang Kristen yang sudah aktif melayani sekian lama tetapi memiliki sikap yang negatif. Itulah sisa-sisa kekafiran yang harus senantiasa diperjuangkan untuk kita matikan agar kita bisa sama seperti Kristus.
Biarlah kita boleh memiliki kepekaan rohani, peka akan suara Roh Kudus, sehingga hati kita senantiasa mengarah kepada apa yang dicintai Tuhan, Kebenaran Tuhan, dan senantiasa peka terhadap tawaran yang menggiurkan. Ketika hati dipenuhi ketamakan, maka orang tersebut akan menjadi korban penipuan yang paling empuk. Biarlah hati kita condong kepada apa yang benar, yang mulia, yang saleh, yang menjadi isi hati Tuhan, sehingga kita tidak jatuh dari titik yang paling nadir

2. MENCURIGAI TUHAN  ayat.3


14:3 Mengapakah TUHAN membawa kami ke negeri ini, supaya kami tewas oleh pedang,    dan isteri serta anak-anak   kami menjadi tawanan?  Bukankah lebih baik kami pulang ke Mesir?  


Hati yang condong kepada kejahatan tidak akan mengerti jalan Tuhan, tidak menghargai janji Tuhan, tidak memiliki wawasan rohani, dan tidak memiliki kesiapan untuk mengikuti pimpinan Tuhan. Tuhan akan membawa mereka ke negeri Kanaan yang berlimpah susu dan madunya, tetapi mereka memandangnya sebagai tempat yang mematikan. Mereka melihat secara terbalik dengan apa yang Tuhan lihat. Apa yang dikatakan baik oleh Tuhan, mereka katakan buruk, dan sebaliknya. Mereka lebih memilih untuk kembali ke Mesir walaupun Mesir adalah tempat perbudakan, tempat pembinasaan, tidak ada kasih, tidak ada anugerah, dan janji kepada Abraham tidak pernah terwujud. Orang yang berhati jahat akan memiliki mata yang kotor sehingga menghalangi mereka melihat dari cara pandang Tuhan. Kebenaran Tuhan dan janji Tuhan tidak bisa mereka lihat.
Tuhan Yesus berkata: Berbahagialah orang yang suci hatinya karena mereka akan melihat Allah. Hal ini berarti: orang yang berhati suci akan dimampukan untuk melihat tangan Tuhan sedang memimpin hidupnya. Orang yang suci hatinya akan memiliki kepekaan untuk melihat dan menghindari dari hal-hal yang berujung maut. Seringkali kita tidak mau belajar Firman, tidak mau mengerti Tuhan, tetapi langsung memvonis bahwa Tuhan tidak baik ketika doa kita tidak didengarkan Tuhan, lalu kita meninggalkan Tuhan. Yang menjadi rugi adalah diri kita sendiri.
Orang yang berpikir bahwa Tuhan itu jahat, maka dia akan mengalami kerasnya disiplin Tuhan, bukan karena Tuhan tidak baik melainkan karena dia yang punya hati yang tidak berest. Ketika kita memiliki hati yang jahat, kita akan marah, bersungut-sungut, memberontak, dan mendatangkan celaka bagi diri kita sendiri.
Jalan Tuhan bukanlah jalan kita. Seringkali kita merasakan jalan di depan kita begitu gelap, nantikanlah pertolongan Tuhan. Tangan Tuhan sedang merenda suatu karya yang indah dan mulia. 

3. MENGATUR TUHAN ayat.3


14:3 Mengapakah TUHAN membawa kami ke negeri ini, supaya kami tewas oleh pedang,    dan isteri serta anak-anak   kami menjadi tawanan?  Bukankah lebih baik kami pulang ke Mesir?  


Indikator ketidakwarasan bangsa Israel adalah lebih baik memilih penjajahan di Mesir dengan konsekuensi penderitaan daripada mengikuti Tuhan menuju Kanaan 
Bangsa Israel takut mati di  padang gurun dan memilih Mesir sebagai tempat  yg ideal untuk mati. Ketakutan adalah reaksi alami yg wajar  tetapi umat yg sedang dipimpin Allah secara langsung dengan tiang awan dan tiang api seharusnya dapat menyisati rasa takut secara benar. Ketika kita takut, kita akan mencari tempat yang aman; dan tidak ada tempat yang aman kecuali Tuhan sendiri. Ketika bangsa Israel takut mati, seharusnya mereka datang kepada Tuhan. Takut yang benar akan membuat orang semakin bertumbuh dalam iman dan makin dekat kepada Tuhan. Takut yang salah akan membinasakan.
Seharusnya bangsa Israel pada waktu itu tidak perlu takut, karena mereka telah melihat Mesir sudah ditaklukkan oleh Allah sedangkan Kanaan tidaklah sepenting Mesir. Allah yang berperang bagi mereka, tetapi karena hati mereka yang tidak beres, perspektif mereka untuk melihat Kebenaran Tuhan, Firman Tuhan, janji Tuhan menjadi hancur, maka iman menjadi kosong. Inilah takut yang salah tempat. Mereka tidak memiliki takut akan Tuhan yang dapat mengalahkan takut apapun. Ketika orang Kristen tidak takut mati, tidak takut sakit, tidak takut rugi, tidak takut menderita, maka dia akan menjadi hamba Tuhan yang luar biasa. Orang yang demikian akan membuat setan kewalahan. Banyak orang Kristen yang hidup dalam ketakutan, kegelapan, dan Tuhan mungkin tidak menolong mereka, maka orang tersebut akan cenderung untuk kompro­mi dengan dunia dan menjual iman.
Hati yang condong kepada kesesatan, membawa pada perspektif yang salah.  Akhirnya menimbulkan keanehan dalam diri bangsa Israel, mereka mulai berkelakuan dan berbicara yang tidak benar.  Ada suatu ketidakwarasan dalam perkataan mereka yaitu: sekiranya kami mati di Mesir atau padang gurun. Mereka sepertinya siap mati di Mesir atau di padang gurun tetapi mereka takut mati di Kanaan. Padahal lebih baik mereka mati di Kanaan karena mereka taat untuk masuk ke sana. Bahkan kalau mereka taat, mereka justru tidak akan mati di Kanaan. Akhirnya mereka menuduh Tuhan hendak mematikan mereka, padahal Tuhan sudah sedemikian menyertai dan memelihara mereka.
Orang yang hatinya tidak beres, tidak suka mendengar Firman Tuhan, kemudian akan menaruh persepsi yang salah yaitu takut kepada manusia tetapi tidak takut kepada Tuhan, dan akhirnya orang demikian akan cenderung menjadi aneh, dalam dirinya ada kekacauan, di satu sisi dia cinta Firman tetapi di sisi lain dia juga cinta dosa. Orang yang dipengaruhi oleh dosa menjadi orang yang bodoh, gila, aneh, dan memusuhi diri sendiri. Orang berdosa menolak berkat yang paling besar untuk mencari hukuman. 


Kiranya Tuhan menolong kita untuk melihat wajah asli dunia. Dunia selalu tampak menarik tetapi di dalamnya mengandung racun yang menggerogoti jiwa kita. Berkat sejati adalah dari Tuhan yang akan mencukupkan kita, memberikan kebahagiaan kepada kita.


Pada akhirnya, hati yang jahat tersebut membuahkan pemberontakan. Bangsa Israel menolak Tuhan, dan hendak mengangkat pemimpin baru untuk membawa mereka kembali ke Mesir. Pada saat itulah Kaleb dan Yosua bersaksi kepada mereka bahwa yang menyertai bangsa Kanaan sudah meninggalkan Kanaan. Yosua dan Kaleb adalah  pembawa suara Kebenaran bagi bangsa Israel. Kalau mereka mau mendengarkan kedua orang tersebut maka mereka akan selamat. Tetapi bangsa Israel yang sudah dikuasai dosa justru mau merajam kedua orang itu. Itulah yang disebut dengan menindas Kebenaran dengan kelaliman. Bangsa Israel yang semula merupakan bangsa yang dikasihi dan diberkati Tuhan, kini berubah menjadi bangsa yang jahat dan mengerikan. Mereka telah mengalami transformasi kemerosotan. Akhirnya hukuman dari Tuhan dijatuhkan atas mereka.


Hukuman Tuhan atas bangsa Israel dicatat berulang diulangkali yaitu dalam Bilangan 14:22-23, 26-34. Tuhan menghukum mereka sesuai dengan apa yang mereka katakan (ayat 28). 


Kita harus berhati-hati dengan apa yang kita katakan, kita lakukan secara diam-diam, Tuhan selalu melihat dan mencatatnya, dan kelak semuanya itu akan menjadi alat untuk kita dihakimi.
Bangsa Israel menjadi generasi yang dimurkai,  Tuhan muak dan tidak lagi menyayangi bangsa itu. Hukuman Tuhan merupakan pembersihan atas “sampah-sampah yang tidak berguna“. Orang yang melanggar Firman Tuhan adalah orang yang sedang memusuhi diri sendiri. Bangsa Israel yang dihukum Tuhan tidak akan masuk ke Tanah Kanaan melainkan akan mati bergelimpangan sebagai bangkai-bangkai. Hanya Kaleb dan Yosua yang akan masuk ke Tanah Kanaan, inilah hukuman yang menyakitkan bagi bangsa Israel.


Berhentilah berpikir bahwa Allah itu baik lalu selanjutnya kita bisa berbuat seenaknya kepada Dia. Nyatalah bahIwa KEBAIKAN ALLAH berkolaborasi dengan KEADILAN sehingga pengampunan yg disediakan Allah tidak menghapus hukuman yg setimta haruslah berbuat jahat. Dengan anugerahNya, masih ada kesempatan untuk mengubahkan hati untuk kembali mengasihi, mengabdi dan menyembahnya secara total. Jangan biarkan kegilaan menguasai hati kita. 
Jika kita masih berharap tidak dikatakan sebagai umat pilhan Tuhan yang TIDAK WARAS


by Haris Subagiyo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar